Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, NadiemMakariem membuat keputusan ada kemungkinan, pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang rencananya dimulai pada Juli 2021 ditunda di sejumlah daerah.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim.
Nadiem beralasan, beberapa daerah tengah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.
Hal ini menuai berbagai tanggapan dan bahasan salah satunya pada media platform Twitter.
Para penghuni jagat media sosial menanggapi keputusan yang diambil oleh Menteri Pendidikan ini dengan berbagai cuitan. Namun, cuitan yang populer dalam tagar ditwitter sebagian besar berisi candaan.
Dengan segala upaya ternyata pelaksanaan pembelajaran tatap mukaterbatas kemungkinan akan ditunda, sebab beberapa daerah tengah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) .
Menurut opini saya pribadi, untuk sekarang ini sekolah tatap muka masih tidak efektif untuk dilaksanakan.
Ditengah peningkatan kembali kasus Covid-19 menjadi alasan mengapa saya menganggap sekolah tatap muka tidak efektif dilaksanakan pada Juli 2021.
Pembelajaran tatap muka menjadi tidak efektif dan efisien karena saya menilai kebijakan pemerintah yang membuka sekolah pada Juli tidak realistis.
Dasarnya karenatingkat penularan virus corona di Indonesia masing tinggi. Banyak juga terdapat berita yang mengabarkan bahwasanya banyak siswa SMP dan SMA yang tertular virus yang tak kasat mata ini.
Munculnya peningkatan kasus pelajar yang terpapar Covid-19 seharusnya bisa menjadi peringatan kepada semua, agar mewaspadai berbagai risiko penularan Covid-19.
Termasuk juga dengan rencana sekolah tatap muka yang direncanakan pada bulan Juli 2021. Sekolah yang menerapkan protokol kesehatan ketat saja masih memiliki potensi penularan yang signifikan.
Saya pribadi sebagai mahasiswa, kurang menyetujui untuk dilakukan kuliah tatap muka pada semester ganjil ini.
Walaupun proses belajar mengajar secara daring bisa dikatakan tidak efektif, tetapi pembelajaran tatap muka di tengah kenaikan kasus Covid-19 ini juga tidak efektif.
Banyak masyarakat yang sekarang sepele terhadap Covid-19, seperti tidak mematuhi protokol kesehatan.
Terdapat banyak risiko mulai dari fasilitas pendidikan yang belum mumpuni hingga kurikulum yang tidak terpusat apabila kuliah tatap muka yang dilaksanakan di tengah Covid-19 yang masih belum reda.
Menurut saya, hal ini tidak bisa dilaksanakan secara buru-buru karena Covid-19 merupakan hal yang serius. Pengawasan untuk kuliah tatap muka tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi perlu dari pihak-pihak lain juga.
Sekolah yang siswanya masih berada disatu wilayah saja terdampak banyak sekali siswa yang terpapar virus Covid-19, apalagi kampus yang mahasiswanya berasal dari berbagai macam daerah.
Kita perlu adaptasi lebih di lingkungan baru dan kebiasaan baru di tengah pandemi Covid-19. Adaptasi di era New Normal inibisa dikatakan sulit, terlihat dari banyaknya masyarakat yang masih sering keluar rumah untuk urusan yang kurang penting, dan kurangnya kesadaran untuk mematuhi protokol kesehatan.
Jikalaupun terpaksa harus mengikuti pembelajaran secara tatap muka, para siswa dan mahasiswa lebih baik untuk karantina secara mandiri terlebih dahulu selama 14 hari agar meminimalisir peningkatan kasus.
Sebelum penyelenggaraannya, pemerintah daerah harus memastikan bahwa kesehatan, keselamatan dan keamanan siswa menjadi prioritas utama.
Dalam penyelenggaraannya kelak, sekolah tatap muka dan sekolah daring bisa dikombinasikan agar kesehatan dan keselamatan warga pendidikan dapat terus menjadi prioritas.(***)
Sekda Tegaskan Sinergitas Pemerintah dengan Forkompimda Cegah Karhutla di Provinsi Jambi
Sejauh Mana Kesiapan Masyarakat Hadapi Virus Corona Varian Baru ?
KPU Gelar Debat Publik Kedua Calon Bupati dan Wakil Bupati Merangin