COVID-19 Masih Tinggi, Kinerja Posko di 20 Provinsi Ini Malah Loyo, Termasuk Jambi

Selasa, 13 Juli 2021 - 22:31:51


/

Jakarta -Satgas COVID-19 mencatat kinerja posko tingkat desa/kelurahan meningkat signifikan dalam sepekan penerapan PPKM Darurat.

Laporan kegiatan pengawasan keluar masuk wilayah dari posko desa/kelurahan naik hingga 199,83 persen dan laporan pembatasan jam malam naik 157,13 persen.

"Kenaikan laporan kinerja posko ini harus terus dipertahankan, mengingat ini adalah langkah pencegahan yang harus dimaksimalkan agar penularan COVID-19 tidak semakin meningkat di tengah masyarakat," ungkap Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam keterangan tertulis, Selasa (13/7/2021).

Wiku mengulas pelaporan kinerja posko paling banyak berasal dari kelurahan di Provinsi DKI Jakarta, DIY, dan Bali, dengan lebih dari 50% Poskonya melaporkan kinerja.

Namun, Wiku menyebut masih ada 20 provinsi yang pelaporan kinerjanya bahkan tidak mencapai 10% dari total kelurahannya, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Kep Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Lampung, Papua Barat, NTB, Sumatera Utara, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Riau, Jambi, NTT, Maluku, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Papua, Maluku Utara dan Sulawesi Tengah.

Ia pun meminta seluruh gubernur dari provinsi-provinsi tersebut segera melakukan perbaikan di wilayahnya masing-masing.

Wiku menyebut di daerah-daerah tersebut belum ada tanda-tanda penambahan posko terbentuk.

"Jangan menunggu sampai kasus di wilayahnya kritis untuk dapat sadar akan pentingnya pembentukan posko," tegas Wiku.

Wiku menjabarkan jumlah kelurahan yang kepatuhan memakai masker warganya kurang dari 60% meningkat. Pada pekan sebelumnya sebanyak 2.654 kelurahan/desa, kini menjadi 3.455 kelurahan/desa.

Dari jumlah tersebut paling banyak berasal dari Jawa Timur (569 kelurahan/desa tidak patuh), Aceh (558 kelurahan/desa tidak patuh), Jawa Barat (481 kelurahan/desa tidak patuh), Jawa Tengah (270 kelurahan/desa tidak patuh), dan Gorontalo (212 kelurahan/desa tidak patuh).

"Ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya kelurahan/desa yang warganya abai dalam menjalankan protokol Kesehatan," cecar Wiku.

Ia mengingatkan jumlah fasilitas kesehatan tidak akan pernah cukup meskipun terus ditambah, apabila orang yang terinfeksi jumlahnya terus meningkat dan tidak terkendali.

Ia menekankan upaya jangka panjang, murah, dan paling cepat adalah dengan terus meningkatkan kedisiplinan dalam menjaga jarak, memakai masker dan menjaga kebersihan diri.

Wiku menggarisbawahi kapan pandemi ini berakhir ditentukan dengan seserius apa setiap orang di Indonesia berkomitmen untuk disiplin protokol kesehatan.

Ketegasan pemerintah pusat maupun daerah dalam menindak tegas pelanggaran oleh individu, kelompok masyarakat, atau institusi, menurut Wiku juga diperlukan.

Wiku menyampaikan untuk melindungi diri dan orang-orang terdekat sebenarnya sangat mudah dilakukan, yaitu dengan menolak kunjungan atau ajakan berkumpul yang berpotensi meningkatkan penularan.

Kesempatan untuk WFH, kata Wiku, mesti dimanfaatkan agar sebisa mungkin tidak keluar rumah untuk keperluan yang tidak mendesak.

Bagi yang terpaksa harus keluar rumah untuk bekerja, Wiku berpesan agar menggunakan masker dengan baik dan benar, dan selalu mencuci tangan atau minimal membawa hand sanitizer.

"Jangan membuka masker di tempat keramaian, apalagi pada saat berbicara dengan orang lain. Saya turut mendoakan semoga kita semua yang terpaksa tetap harus keluar rumah untuk bekerja agar selalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan diberikan kesehatan agar terhindar dari COVID-19," ungkap Wiku.(mul/ega)

 

 

Sumber  :  Detik.com