Cerpen

Tak Seburuk yang Dipikirkan

Senin, 01 November 2021 - 09:30:59


Ilustrasi
Ilustrasi /

Di sebuah pendesaan kecil yang terpencil, yang bernama desa Kampung Baru. yang mana masyarakat didesa tersebut tidak tertarik dengan masalah pendidikan.

Masyarakat Kampung Baru berpikir bahwa  pendidikan itu tidak menjaminan apa-apa pada masa yang akan datang. yang mereka inginkan ialah melakukan perkerjaan sehari-hari yaitu bekerja sebagai petani, dan berkebun karena mereka berpikir pekerjaan yang mereka lakukan itu langsung mendatangkan hasil dan dapat dijamin.

Didesa Kampung Baru banyak pemuda-pemudi yang tidak ingin bersekolah, dikarenakan sudah terpengaruh oleh masyarakat yang mempengaruhi mereka tanpa mencaritahu terlebih dahulu sebenarnya pendidikan itu dan seperti apa.

Didesa tersebut terdapat seorang remaja yang bernama Naura, ia berasal dari keluarga yang tidak mampu. Tetapi tidak membuat ia tidak harus bersekolah seperti teman-temannya.

Pada suatu hari, Naura sudah memikirkan rencana jika ia lulus SMA, ia akan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.

Saat pengumuman kelulusan berlangsung, tiba-tiba dia berteriak histeris saat pihak sekolah menyatakan ia lulus dan saat itu juga dia meneteskan air mata bahagia.

Namun sangat disayangkan, ketika Naura pulang dan sampai dirumahnya, ia mendengarkan pembicaraan ayah dan ibunya yang sedang berdiskusi kecil di meja makan, ia mendengar percakapan mereka bahwa mereka tidak mampu melanjutkan Naura ke perguruan tinggi karena mereka tidak mempunyai biaya.

“Bu, makan kita sehari-hari saja terkadang tidak cukup apalagi biaya pendidikan yang begitu mahal, untuk melanjutkan pendidikan Naura ke penguruan tinggi.” Ucap ayahnya

Wajah Naura yang tadinya gembira kini berubah menjadi sedih karena harapan yang sudah dia rencanakan sebelumnya akan menjadi sia-sia.

Disore hari, Naura duduk termenung dibawah pohon yang rindang. Lalu seorang petani lewat, ia melihat Naura termenung dan menyapa naura “ Heii.. Kamu kenapa? Kok melamun” Tanya seorang petani itu. Naura tak mengacuhkan pertanyaan petani itu, petani itu pun berkata “Pasti soal pendidikan ya, Makanya jangan sok-sokan sekolah dehh, mending langsung kerja aja.

Kan udah jelas tu" petani itu pergi sambil meledeki Naura. Naura yang mendengar perkataan petani itu langsung meneteskan air mata.

Didalam hati Naura berkata “ Aku akan menjadi orang yang paling hebat apabila aku bisa memperjuangkan pendidikanku meskipun orang tuaku tidak mampu melanjutkan aku ke perguruan tinggi, dan orang-orang disekitarku mengataiku, aku akan berusaha untuk bisa lanjut walaupun itu sulit” .

Akhirnya Naura mempunyai tekad yang kuat dan tidak ingin menyerah. Ia akan mencari cara supaya ia bisa melanjutkan pendidikan, diperjalanan pulang Naura mendapat brosur tentang pendaftaran untuk tes perguruan tinggi.

Tidak berpikir panjang lagi Naura langsung mendaftarkannya tanpa memberi tahu Orang Tuanya. Karena  dia tidak mau perjuangannya berhenti sampai disitu dan dia tidak ingin putus asa.

Namun, Naura juga berpikir jika ia mengikuti tes tersebut bagaimana caranya ia  mendapatkan uang untuk biaya transportasinya untuk menuju ketempat perguruan tinggi perlu biaya untuk tiket bus dan uang makan diperjalanan tersebut.

Tak lama kemudian ia menemukan cara bagaimana supaya ia bisa mendapatkan uang, caranya yaitu dengan bekerja dan ia menyadari bahwa ia harus bekerja disebuah perkebunan karet yang sedang panen dan membutuhkan karyawan, karena disanalah cara ia untuk mendapatkan uang, Naura pun pergi ke perkebunan karet dan ia diterima oleh si pemilik kebun tersebut.

Naura mulai bekerja dengan penuh semangat. setelah pekerjaan itu selesai, Naura mendapatkan hasilnya sebanyak Rp. 700.000, uang yang tidak ada apa-apanya bagi sebagian orang tapi itu sangat berharga bagi ia.

Dengan jumlah uang Rp. 700.000, itu sebagai pembuka jalan pertamanya untuk menjadi orang sukses.

Kemudian Naura memisahkan uangnya sebanyak Rp.200.000, dari uang Rp. 700.000, tadi untuk membeli tiket bus yang akan dinaikinya untuk merantau dengan niat melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, dan sisa uang tersebut menjadi pegangannya sebesar Rp. 500.000, sebagai bekal ketika di rantau. 

Itu merupakan sebuah tindakan yang tidak semua orang bisa melakukannya tapi dia hanya bermodal Iman dan keberanian. Naura berangkat secara diam-diam tanpa sepengatahuan orang tuanya. Saat tiba di tempat tujuannya.

ia berkata “ betapa besarnya kota ini, kemana aku akan pergi hari ini dan dimana aku akan tidur malam ini”

Dengan sedikit kebingungan dan bekal yang sangat sedikit, ia berjalan kesana kemari, ia melihat seorang ibu-ibu yang kesusahan membawa barang belanjaan.

Lalu naura berinisiatif untuk membantu ibu itu “Nampaknya ibu sedang kesusahan, sini saya bantu bu” ibu itu menjawab “Iya nak, bisa bantu ibu?” Naur pun membantu ibu itu membawa baranya ke mobil.

Sesampai dimobil “ini bu, kalau gitu saya pergi dulu ya bu” kata naura. Ibu itu membuka dompet dan memberikan Naura sedikit uang, Namun naura tidak mengambilnya. Ia pun pergi dengan wajah yang kebingungan.

Ibu tersebut mengejar Naura dan berkata “Nak, nampaknya kamu kebingungan” Naura menjawab Iiiiya bu, saya baru sampai dan bingung malam nanti saya akan tidur dimana” Dengan pemikiran singkat ibu itu mengajak Naura untuk menginap dirumahnya.

Mereka pun pergi ke rumah ibu itu. Setelah sampai di tempat dirumah ibu tersebut, mereka berbincang-bincang.

Dan ibu itu menanya kan apa tujuannya ke jakarta ini. Lalu Naura menjelaskan bahwa tujuannya untuk mendaftar dirinya di sebuah perguruan tinggi. Tak diketahui ibu itu adalah salah satu Wadek di perguruan tinggi yang ingin Naura daftarkan. Dan ibu itu akan membantunya.

Setelah itu Naura baru memberitahu kepada orang tuanya tentang keberadaannya di kota orang karena dia pergi tanpa sepengetahuan keluarganya.

Saat Naura memberitahu kepada orang tuanya, Orang tuanya kaget bahwa anaknya berada di kota orang, mereka sangat menghawatirkan keadaan Naura dan saat itu mereka berada dalam kebingungan.

Kemudian orang tuanya menyadari bahwa begitu besar keinginan anaknya untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi tapi orang tuanya memikirkan tentang dimana dia tinggal tapi saat dia beritahu bahwa dia tinggal bersama seorang ibu yang ia bantu.

Namun mendengar naura tinggal bersama seorang ibu yang baru saja ia kenal orang tuanya tambah khawatir “Nak, mana tau ibu itu cuman baik awalnya nak.

Karena ia melihatmu dari kampung mana tau ia ingin merencanakan sesuatu nak” Naura menjelaskan bahwa ibu itu baik dan akan membantunya untuk mendaftarkan naura keperguruan tinggi.

Setelah mendengarkan penjelasan naura akhirnya orang tuanya merasa agak sedikit tenang.

Beberapa hari kemudian, naura mendapatkan pesan bahwa orang tuanya mengirimkan sejumlah uang kepada naura untuk mencari kamar kost beserta perlengkapan yang dibutuhkan dan juga sebagai uang pendaftaran masuk ke perguruan tinggi.

Dalam pelaksanaan test untuk masuk ke perguruan tinggi akhirnya dia lolos dan diterima di sebuah perguruan tinggi terkemuka di kota itu.

Hari pertama Naura berproses sebagai seorang mahasiswa, ia merasa sangat bahagia karena impiannya untuk bisa lanjut ke perguruan tinggi kini tersampaikan, Naura merupakan sosok pintar, sopan, dan baik hati.

Namun ia harus menghadapi masalah baru lagi, karena pemerintah telah merubah system baru yaitu UKT(uang kuliah tunggal).

Mahasiswa yang seperti naura harus membayar  uang semester sebeser Rp. 2.500.000 atau lebih, naura sangat kebingungan karena masalah UKT yang membuat orang tuanya mau tidak mau harus mengatakan kepada naura bahwa mereka tidak sanggup membayar uang semester. Orang tua naura memintanya  agar pulang kepada mereka. 

Naura sangat terpukul pada saat itu tapi dia berusaha fokus serta mencari jalan keluar.

Naura  mendatangi dosen agar diberikan beasiswa namun tidak pernah berhasil, Naura hanya bisa pasrah dan terima atas semua ujian yang diberikan oleh Tuhan kepadanya.

Tetapi ibu ani mengetahui permasalahan naura dan ibu ani  berencana ingin membiayai kehidupan naura selama ia berada di kota tersebut.

Saat itu Naura sangat bersyukur dan berterimakasih kepada ibu ani “Terimakasih banyak, naura ngak tau harus membalas seperti apa lagi, ibu sudah banyak membantu naura” kata naura. “ iya nak sama-sama, ibu udah anggap naura seperti anak ibu kok, naurakan tau bahwa ibu tidak punya siapa-siapa setelah ketemu naura. Hati ibu ingin dekat dengan naura.

Naura bisa menganggap ibu sebagai orang tua naura” setelah mengetahui bahwa ibu ani akan membantu naura untuk membiayainya. Naura merasakan sangat bahagia sekali, ia akan tetap melanjutkan kuliahnya.

Tiba-tiba ada seorang temannya menelpon naura dan berkata bahwa naura terdaftar sebagai penerima beasiswa pengganti, sebagian mahasiswa yang memiliki IP di bawah standar maka akan digantikan oleh mahasiswa lain yang memiliki IP lebih tinggi yang memenuhi persyaratan penerima beasiswa.

Namun, ia tidak yakin atas apa yang sedang terjadi pada dirinya dan kehidupannya saat itu, tapi temannya berusaha untuk meyakinkannya bahwa ia benar-benar terpilih menjadi salah satu mahasiswa penerima beasiswa.

Naura sangat bersyukur atas semua yang telah diberikan oleh Tuhan kepada dia. Hari itu merupakan hari dimana hidupnya terlihat lebih bahagia dari pada hari-hari yang lain.

Kini Naura mulai merasa lebih nyaman dan tidak ada lagi beban sedikit pun dan naura pun dapat belajar dengan tenang tanpa memikirkan masalah apapun.

Naura semakin berkembang menjadi mahasiswa yang lebih cerdas  bahkan dia menjadi contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat Desa Jeri dan juga kepada semua orang yang mengenal dia.

Masyarakat Kampung Baru mulai menyadari bahwa pendidikan itu penting dan bermanfaat juga menjamin masa depan yang lebih cerah dan masyarakat mulai paham bahwa pendidikan bukanlah tempat yang menyediakan pekerjaan namun pendidikan hanya sebuah wadah untuk merubah cara berpikir seseorang untuk bertindak dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

Dengan perjuangan naura itu telah merubah pola pikir masyarakat di tempat asalnya sehingga masyarakat mulai tertarik dengan pendidikan dan mereka mendorong generasi muda di Desanya  untuk lebih peduli terhadap pendidikan.

Akhirnya budaya yang bertolak belakang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi modern ini dapat ditinggalkan dan dihapuskan dari kehidupan masyarakat tersebut. (***)

 

 

 

Karya :  Laila Despi Ramadhani