Kurangnya Etika Warganet dalam Bermedia Sosial

Rabu, 20 Juli 2022 - 22:46:25


 Agam Ringga Wiriyatama
Agam Ringga Wiriyatama /

Warganet, salah satu ras terkuat, maha benar, dan maha mengetahui segalanya yang ada di Indonesia. Kurangnya etika dalam bermedia sosial membuat mereka terkenal di dalam maupun di luar negeri.

Seperti hasil laporan “Digital Civility Index” yang dilakukan oleh Microsoft pada tahun 2021 lalu. Negara kita menempati posisi terendah dalam kesopanan bermedia sosial. Bukankah hal itu sangat memalukan bagi kita?

Mendengar hasil laporan tersebut, para warganet pun ramai menyerang balik akun Instagram Microsoft. Bukankah hal ini sama saja membenarkan klaim dari Microsoft.

Contoh lain adalah perilaku para warganet saat timnas Mobile Legends Bang Bang kalah melawan timnas Filipina. Hal itu menyebabkan akun pelatih timnas Indonesia hilang gara-gara serangan para warganet yang tidak terima atas kekalahan Indonesia di SEA Games 2021.

Tidak hanya sampai di situ, sungai Aare pun menjadi target bagi para warganet, mereka memberikan ulasan buruk, komentar-komentar yang tidak sopan, dan perilaku ini mendapat sorotan dari media-media di Swiss (mengutip dari suara.com).

Lantas apa yang menyebabkan fenomena ini terjadi? Apakah kurangnya usaha orang tua, pendidik, dan pemerintah untuk mengajar, membimbing, dan membina etika moral para warganet.

Mengutip dari pernyataan pengamat psikososial dan budaya, Endang Mariani, mereka para warganet berani mengutarakan pendapat mereka di media sosial karena mereka bisa menyembunyikan identitas mereka (mengkutip dari bpkpenabur.or.id).

Mendukung pernyataan dari Endang Mariani, pendapat dari praktisi psikologi, Hening Widyastuti, bahwa mereka merasa aman dalam mengeluarkan isi pikiran mereka di media sosial.

Mereka juga merasa aman dan nyaman dalam menyampaikan rasa gelisah, kecewa, kata-kata brutal, kejam, dan yang bisa menyakiti hati (mengutip dari bpkpenabur.or.id). Sebegitu mudahnya bagi mereka mengucapkan kalimat-kalimat tersebut.

Lalu begitu, apa yang bisa mereka, kita para pendidik, dan pemerintah lakukan untuk mencegah atau menghilangkan etika buruk para warganet? Hal yang pertama yang bisa mereka lakukan adalah introspeksi diri, dan berhenti beretika buruk.

Bagi kita, para pendidik dan orang tua, untuk berusaha lebih keras lagi dalam mendidik tidak hanya dalam ilmu pelajaran melainkan ahklak, moral, dan etika yang baik.

Pemerintah sebagai pemimpin untuk lebih tegas dalam memberi himbauan/sanksi bagi para warganet yang beretika buruk di media sosial maupun di kehidupan nyata.(*)

Penulis : Agam Ringga Wiriyatama, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.