RADARJAMBI.CO.ID-UU nomor. 23 tahun 2004, mendefinisikan kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik seksual, dan psikologis.
Biasanya kekerasan dalam rumah tangga secara mendasar meliputi:
A. kekerasan fisik, yaitu setiap perbuatan yang menyebabkan kematian.
B. Kekerasan psikologis yaitu setiap perbuatan dan ucapan yang mengakibatkan ketakutan, kehilangan rasa percaya diri, kehilangannya kemampuan untuk bertindak dan rasa tidak berdaya.
C. Kekerasan seksual yaitu setiap perbuatan yang memaksa seseorang untuk melakukan
hubungan seksual tanpa persetujuan korban atau di saat korban tidak menghendaki.
D. Kekerasan ekonomi yaitu setiap perbuatan yang membatasi orang dalam (perempuan) untuk bekerja di dalam atau di luar rumah.
Mengapa perempuan lebih rentan menjadi korban seksual?
Karena laki-laki secara fisik lebih kuat daripada perempuan dan pada tingkat individual, faktor psikologis menjelaskan bahwa sebagai laki-laki melakukan kekerasan dan sebagian perempuan menjadi korban kekerasan.
Sementara sebagian laki-laki lain tidak melakukan kekerasan tersebut dan sebagian perempuan juga tidak menjadi sasaran kekerasan. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kekuatan dan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki dalam arti perbedaannya di persepsikan sebagai hak dan kemampuan untuk melakukan pengendalian terhadap satu sama lain titik kekerasan dan ketidakadilan menjadi suatu kemungkinan yang sangat besar muncul. Tetapi dalam kasus tersebut, bisa saja kenyataan itu terbalik, dan laki-laki lah yang menjadi korban.
Berikut ini adalah salah satu contoh dari kasus yang kami ambil yaitu kasus KDRT terhadap perempuan yang bernama ibu Lin Lin.
Ibu Lin Lin merasa tidak bahagia ketika menjalani pernikahan. Ia mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan tidak diperlakukan selayaknya istri. Ia mengunggah kisahnya lewat akun
Tik tok @linlinngapak. Wanita tersebut memperlihatkan foto awal saat pernikahannya dengan sang suami yang kerap melakukan KDRT.
Setelah menikah linlin ikut merantau bersama suami titik 3 tahun menikah dan dia juga belum hamil, dia disebut mandul titik selama menikah lilin mengungkapkan tidak bahagia karena tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Lebih menyakitkan hati, lilin mendapatkan jatah uang Rp 30 ribu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
“Adanya KDRT, dipukul, ditendang, dilempar barang. Sering menangis, tapi kalau ada dia lihat aku nangis aku dimarahin dan katanya aku itu beban titik aku kerja apa aja biar buat jajan, karena hanya di jatah Rp 30 ribu sehari dan harus cukup buat beras, gas dan lain-lain kadang aku pengen jajan hasil kerja aku tabungin tapi diambil sama dia.” Ucap Li
“Kadang di ajak jalan-jalan tetapi setelah pulang jalan-jalan mas aku dijualnya. 4 tahun menikah akhirnya hamil. Tapi nggak lama karena aku keguguran karena kurang bagus pernah dicek laptop dapat uang amplop dari para tetangga tapi uangnya diambil sama dia,” tulis akun Tik tok @linlinngapak lagi.
Ia pun berusaha tersenyum dan menahan rasa sakit hatinya seorang diri “disemangati terus sama teman karena aku nangis terus. Selalu pura-pura bahagia padahal sering menangis dan cekcok terus. Pemarah, kasar, nggak perhatian dan pelit bingung harus bagaimana, mau cerai takut akan lebih parah dari ini,” jelasnya.
Setelah 5 tahun menikah ia merasa tidak kuat hingga akhirnya memilih untuk bercerai.” Ada yang bilang semua salah aku hingga aku diceraikan padahal aku yang minta cerai dan mengajukannya.
Mencoba untuk selalu tersenyum walau banyak orang yang mencibirku,” kata lin kecewa.
Line cerai dan mulai hidup baru setelah bercerai, Line bertemu dengan seorang pria lewat aplikasi kencan online. Line yang saat itu masih trauma belum memikirkan untuk serius ketika akhirnya bertemu pria tersebut.
“tetapi ternyata dia baik banget, perhatian dan tidak pernah marah dan sayang banget sama aku titik akhirnya aku pun jatuh cinta. Aku dilamar, ibunya juga penyabar banget kayak dia titik kita pun menikah berharap langsung,” kisahnya.
Line bersyukur karena suaminya bisa menerimanya dengan tulus. Ia juga berharap agar segera mendapatkan momongan. Suami siaga dan selalu menemaninya hingga akhirnya buah hati keduanya lahir ke dunia. Ia membagi potret kebersamaan suami saat menjaga anaknya.(*)
Mewakili Pj Wali Kota, Staf Ahli Moncar Tutup Diklat PKA Pemerintah Kota Jambi