Menjadi Dosen '41'

Selasa, 06 Desember 2022 - 21:10:16


Sudaryanto, M.Pd.
Sudaryanto, M.Pd. /

Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) meresmikan 9 pusat studi. Di antaranya, pusat studi bidang UMKM, hukum, teknologi, dll.

Harapan dari pihak Unimma, kesembilan pusat studi itu sebagai wadah pengembangan kepakaran para dosen.

Pusat studi, selain juga program studi/departemen, merupakan wadah pengembangan kepakaran para dosen. Bedanya, pusat studi mendorong aktivitas penelitian, sedangkan program studi mendorong pengajaran.

Dosen merupakan profesi yang menuntut adanya pengembangan profesional dan keilmuan.

Pengembangan profesional dan keilmuan itu melekat pada pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi (PT) meliputi bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Pengembangan profesional berupa studi lanjut pascasarjana (S-2/S-3) dan pascadoktoral. Sementara itu, pengembangan keilmuan berupa pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi.

Tridarma Perguruan Tinggi

Dalam menjalankan profesinya, seorang dosen menjadikan Tridarma Perguruan Tinggi sebagai target capaian. Hal itu dilaporkan dalam pengisian Beban Kinerja Dosen (BKD)/Laporan Kinerja Dosen (LKD) per semester.

Secara ideal, dosen yang berhasil dalam pengisian BKD/LKD akan memperoleh tunjangan profesi per bulan. Berkat tunjangan profesi itu, kelak dosen dapat berfokus pada pengembangan profesional dan keilmuan.

Terkait itu, hadirnya pusat studi di kampus, termasuk di Unimma, dapat mendorong dosen berfokus pada pengembangan profesional dan keilmuan. Salah satu ikhtiar yang penulis usulkan adalah menjadi dosen 4I. I pertama adalah interaktif.

Dosen harus rajin berinteraksi dengan masyarakat agar keilmuannya bermanfaat. Sebagai contoh, tim dosen UAD melakukan pengabdian kepada masyarakat di Kabupaten Bantul dengan Gerakan Bantul Bersih Sampah 2024.

I kedua adalah inovatif. Setelah berinteraksi dengan masyarakat, dosen akan memiliki gagasan inovatif untuk mengembangkan ilmunya. Buktinya, tim dosen UNY membuat panel pembangkit listrik tenaga surya guna membantu pengairan di daerah Prambanan, Sleman (KR, 10/10).

Pembuatan panel pembangkit listrik tenaga surya merupakan wujud dari pengembangan ilmu pembuatan panel pembangkit listrik tenaga surya dari para dosen (juga mahasiswanya) terkait.

I ketiga adalah inisiatif. Setelah berinteraksi dengan masyarakat dan memiliki gagasan inovatif, dosen harus menginisiasi gagasan tadi kepada masyarakat.

Dosen bidang kependidikan dapat berinteraksi, berinovasi, dan berinisiasi dengan pihak kepala sekolah/madrasah, guru, dan siswa.

Munculnya lokakarya di sekolah/madrasah dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), misalnya, bukti dari inisiasi pengembangan keilmuan para dosen terkait.

I keempat adalah idaman. Setelah berinteraksi, memiliki gagasan inovatif, dan menginisiasi gagasan kepada masyarakat, kelak dosen menjadi idaman bagi banyak pihak.

Dosen idaman, hemat penulis, adalah dosen yang ilmunya tak hanya bermanfaat bagi mahasiswanya di kampus, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat luas.

Hilirisasi bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat menjadi aspek yang harus diperhatikan oleh dosen dan pengelola PT.

Menjadi Dosen 4I

Gagasan menjadi dosen 4I sesungguhnya berangkat dari realitas bahwa sebagian besar dosen dicap sebagai tukang mengajar.

Dia tak hanya mengajar di kampusnya sendiri, tetapi juga di kampus lain (kelas karyawan, kelas akhir pekan, dll.).

Melalui ikhtiar 4I (interaktif, inovatif, inisiatif, dan idaman), dosen dapat menghapus cap tukang mengajar tadi. Lebih dari itu, dosen dapat berkontribusi demi peningkatan kehidupan masyarakat, baik material maupun nonmaterial.

Akhir kata, melalui ikhtiar 4I tadi, kelak seluruh dosen dapat berfokus pada pengembangan profesional dan keilmuan.

Keterlibatan dosen dalam kegiatan Tridarma PT, termasuk mengelola pusat studi di kampus, dapat mendorong dirinya untuk lebih optimal mengembangkan profesi dan keilmuannya.

Penulis meyakini, jika seluruh dosen di Tanah Air mampu melaksanakan ikhtiar 4I, kelak bangsa-negara ini mengalami pemajuan perikehidupan di masa mendatang. (*)

Penulis : Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD; Mahasiswa S-3 Ilmu Pendidikan Bahasa UNY