Radarjambi.co.id-KOTA JAMBI-Peristiwa pengerusakan pintu IGD rumah sakit Arafah Saptu (21/01) lalu berlanjut ke pihak kepolisian karena pihak rumah sakit melaporkan kejadian tersebut ke Polisi.
Kejadian bermula ketika ada korban penusukan atas nama Rangga yang datang ke IGD sekitar pukul 24.00 WIB bersama teman dan keluarganya.
''Jadi kemenankan saya itu datang ke IGD sekitar pukul 12 malam (24.00 red) dengan kondisi darah masih keluar dari lukanya. Namun masih dalam kondisi sadar bahkan masih bercerita dengan kami,'' tutur Yani, tante dari Rangga.
Setelah menunggu menurutnya tidak ada tindakan yang bearti dilakukan perawat dan dokter jaga di IGD rumah sakit Arafah tersebut.
''Kemenakan saya hanya dikasih infus dua. Dan nafasnya mulai sesak, tidak dipasang oksigen. Ketika ditanyakan katanya harus dioperasi dan harus di ronsen. Ternyata alat ronsenya tidak ada,'' kata Yani.
Lebih lanjut Yani menjelaskan, melihat kondisi Rangga yang mulai menurun Yani lalu menanyakan kembali ke dokter dan perawat jaga mengenai penanganan Rangga.
''Waktu ditanyakan dibilang dokter masih dijalan, alatnya masih di jalan. Sabar dulu,'' sebutnya.
Yang membuat keluarga Rangga lebih kecewa dengan pelayanan rumah sakit Arafah, jika memang peralatan medis tidak lengkap kenapa Rangga tidak dirujuk ke rumah sakit lain.
''Kurang lebih 3 jam dari jam 12 hingga jam 3 subuh kami menunggu tidak ada tindakan bearti. Kondisi kemenakan kami menurun baru dibawa ke atas untuk dironsen. Begitu kembali ke bawah kondisnnya sudah krisis,'' sebut Yani.
''Dokter bedah datang anak kami sudah meninggal. Sempat juga kami melihat dokter memompa tempat luka Rangga, hingga darah mengalir. Saya bilang jangan dipompa seperti itu, tambah banyak darah yang keluar,'' jelasnya.
Yani menambahkan, tidak ada niat pihak keluarga menjelek-jelakan rumah sakit arafah. Namun Yani dan keluarganya kecewa dengan lambatnya penanganan dari pihak rumah sakit.
''Dalam kondisi panik campur kecewa terjadilah pemecahan kaca itu. Itu spontan tidak kami rencanakan kondisi panik karena anak kami meninggal. Jika penanganan yang dilakukan sesuai prosedur dan cepat kami ikhlas,'' tukasnya.
Keluarga Yani kecewa dengan pelayanan rumah Sakit Arafah yang terkesan lambat. ''Kalau peralatan tidak lengkap jangan terima pasien.Yang saya ceritkan ini semua fakta. Walau pun belum 7 hari kami sudah dipanggil polisi. Laporannya kami disebut melakukan pengeroyokan dan penganiayaan. Padahal tidak ada, yang dikeroyok dan tidak ada penganiayan. Kami akan lapor balik,'' timpalnya, sembari mengatakan jika dirinya hari ini diperiksa sebagai saksi. (akd)
Pertama Kalinya di Jambi, Kejari Muaro Jambi Gelar Program Jaksa Masuk Sekolah
Ayah Brigadir J Kecewa Dengan Tuntutan 8 tahun Terhadap Putri Candrawathi
Tabrakan di Nes Muhajirin, Mahasiswi Asal Batanghari Meninggal Dunia
Kapolres Tebo Sebut Bakal Tindak Tegas Anggotanya Jika Terbukti Tilap Uang BB TSK Narkoba
Tingkatkan Perlindungan Konsumen, Satgas PASTI Lakukan Soft Launching Indonesia Anti-Scam Centre