Seberapa Penting Buku Bagi Kita?

Minggu, 09 April 2023 - 12:24:12


Bherlian Tisofania
Bherlian Tisofania /

Radarjambi.co.id-"Siapapun yang terbiasa dengan buku-buku, kebahagiaan tak akan sirna dari dirinya".– Ali bin Abi Thalib.

Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia (World Book and Copyright Day), atau yang biasa dikenal dengan Hari Buku Sedunia dan Hari Buku Internasional merupakan bentuk penghargaan pada buku sebagai tanda harapan dan bagian yang sangat penting dalam kehidupan.

Hari Buku Sedunia ditetapkan oleh UNESCO pada 23 April 1995, di mana pada tanggal tersebut merupakan tanggal kematian dari tiga penulis besar dunia, yakni Miguel de Cervantes, William Shakespeare, dan Inca Garcilaso de la Vega.

Jendela Dunia

Buku adalah jendela dunia. Kalimat tersebut menggambarkan bahwa buku sangat penting karena memberikan banyak pengetahuan kepada kitas emua.

Kita dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang dunia yang belum kita ketahui dengan membaca buku.

Saat membuka buku, kita bagaikan membuka jendela dunia dan menatap buku sebagai hal baru yang menambah wawasan serta pengetahuan kita.

Seiring berjalannya waktu, buku yang awalnya hanya berisi kumpulan kertas yang mengandung berbagai tulisan, kini beralih bentuk menjadi buku digital yang wujudnya dapat dibuka melalui benda elektronik, seperti gawai.

Ini berarti ketika seseorang hendak membaca, perlu untuk membuka gawai dan menyusuri internet. Membaca juga akan menumbuhkan kreativitas dan imajinasi dalam menulis. Apalagi jika mereka menyukai novel atau komik yang menjadikan mereka dapat menulis cerita dengan imajinasi mereka sendiri.

Hari Buku Sedunia yang diperingati setiap tanggal 23 April ini, pada tahun 2022 lalu mengusung tema “You are a reader".

Tujuan peringatan Hari Buku Sedunia di tahun tersebut adalah untuk mendorong para generasi muda agar rajin membaca dan menambah wawasan juga ilmu pengetahuannya lewat buku yang dibaca dan ikut serta menambah kesadaran tentang minat untuk membaca buku.

Minat Baca

Minat baca dapat dimaknai dengan perasaan seseorang terhadap kegiatan membacanya, entah suka atau tidak suka. Membaca dapat menambah minat baca jika dilakukan secara rutin.

Namun, pada kenyataannya di beberapa negara termasuk Indonesia memiliki minat baca yang rendah. Beberapa dari mereka menganggap buku sebagai bahan bacaan yang membosankan dan kurang menarik.

Di Indonesia sendiri minat baca masyarakatnya berada di peringkat 60 dari 61 negara. Hal ini berdasarkan pada penelitian dari Central Connecticut State University pada Maret 2016.

Kurangnya minat baca, salah satunya disebabkan oleh banyaknya penggunaan gawai yang merambah ke media sosial sebagai hiburan.

Masyarakat saat ini lebih memilih belajar dengan instan sembari melihat sebuah tayangan visual sehingga buku sebagai sumber ilmu atau bacaan kini menjadi terabaikan.

Kurangnya minat baca terhadap buku tidak semestinya dianggap remeh karena dapat menimbulkan kurangnya wawasan serta pengetahuan kita. Hal ini perlu menjadi perhatian kita untuk meningkatkan minat baca yang rendah.

Lalu, bagaimana solusi kita untuk meningkatkan minat baca yang rendah ini? Pertama, kita bisa mengawali dengan membaca buku yang menarik minat kita.

Contohnya, novel, komik, atau buku lainnya yang sesuai dengan kita. Kedua, cari suasana yang menyenangkan.

Ketika suasana membaca kita terasa nyaman, tenang, dan mengasyikkan, kita tentu merasa lebih enak ketika membaca buku. Ketiga, adakan sebuah program literasi minimal satu kali dalam seminggu. Hal ini dapat berguna untuk meningkatkan kemampuan membaca kita.

Selain itu, dari pemerintah sendiri perlu adanya fasilitas memadai, seperti perpustakaan dan taman bacaan untuk anak-anak.

Kita semua bisa menambah minat baca untuk masyarakat dengan menggunakan teknologi dengan mengesampingkan penggunaan teknologi untuk hal-hal yang tidak berguna, seperti berselancar ke media sosial hanya untuk melihat berita negatif.

Bagi orang yang ingin praktis dan tidak ingin repot bisa juga menggunakan perpustakaan digital yang penggunaannya sangat mudah untuk menemukan buku yang ingin dicari.(*)

 

Penulis : Bherlian Tisofania, Mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UAD.