Radarjambi.co.id-Perempuan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan orang yang memiliki vagina, mengalami masa menstruasi, mengalami kehamilan, melahirkan dan menyusui.
Pengertian tersebut memberikan pandangan bahwa perempuan hanya diidentikkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas dan seolah-olah perempuan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas lain.
Oleh karena itu, perempuan seringkali mengalami kekerasan baik secara fisik maupun psikis.
Perempuan adalah korban pelecehan seksual yang paling potensial.
Kebanyakan orang Indonesia beranggapan bahwa perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual (perkosaan) atau perempuan yang tidak perawan bukanlah perempuan yang baik karena tidak bisa menjaga “kesuciannya”.
Korban pelecehan seksual tidak hanya menerima dampak fisik tetapi juga dampak psikis.
Dampak psikis yang diterima oleh korban pelecehan seksual berasal dari pengaruh eksternal seperti lingkungan kekerasan seksual yang diberikan oleh masyarakat di lingkungan korban pelecehan seksual, terutama dalam kasus pelecehan seksual yang dimuat oleh media.
Seperti kasus pelecehan seksual yang dikisahkan oleh Winna Efendi dalam novelnya.
Winna Efendi adalah seorang penulis yang mendapat penghargaan Longlist Khatulistiwa Award untuk Penulis Muda Berbakat pada tahun 2009.
Novel yang berhasil diterbitkan oleh Winna Efendi diantaranya _Kenangan Abu-Abu_ (2008), _Ai_ (2009), _Refrain_ (2009), _Glam Girls Unbelievable_ (2009), _Remember When_ (2011), _Unforgettable_ (2012), _Truth or Dare_ (2012), _Melbourne: Rewind_ (2013), _Tomodachi_ (2014), _Happily Ever After_ (2014), dan _Girl Meets Boy_ (2015), _Some Kind of Wonderful_ (2017), dan _Scars and Other Beautiful Things_ (2020).
Novel yang ditulis oleh Winna Efendi sebagian besar mengisahkan tentang kisah cinta antara laki-laki dan perempuan yang masih remaja.
begitu pula dengan novelnya yang berjudul _Scars and Other Beautiful Things_. Novel tersebut mengisahkan tentang bagaimana cara mencintai diri sendiri, menentukan pilihan, dan bangkit dari rasa terpuruk akibat peristiwa di masa lalu.
Pelecehan seksual yang dialami tokoh Harper dalam novel tersebut membuatnya mengalami traumatik pistanthrophobia atau kesulitan mempercayai orang lain.
“Kini, yang gadis itu miliki adalah malam-malam penuh mimpi buruk yang hanya terlewati dengan bantuan obat tidur.
Psikiater yang kerap kali menanyakan apa ketakutan terbesarnya. Ayah yang larut di balik tumpukan pekerjaan, adik kembar yang berhenti mengejar impiannya, sahabat yang tak kunjung mengerti, dan cinta yang perlahan-lahan berubah serapuh porselen.”
Kutipan di atas adalah penggambaran dari kisah yang ditulis oleh Winna Efendi dalam novel _Scars and Other Beautiful Things_.
Melalui kutipan tersebut pembaca dapat mengetahui penderitaan yang dialami tokoh utama. Kasus pelecehan seksual tidak hanya merugikan satu orang, namun semua yang berada didekat korban termasuk keluarga dan sahabat.
Novel _Scars and Other Beautiful Things_ karya Winna Efendi merupakan cetakan pertama pada tahun 2020, memiliki 295 halaman, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dengan nomor seri ISBN 978-602-06-4205-5. Winna Efendi adalah seorang penulis yang cukup produktif dalam menghasilkan karya.
Winna Efendi aktif menulis sejak tahun 2007. Karya-karyanya yang terkenal adalah _Refrain_, _Remember When_ hingga _Melbourne: Rewind_ yang berhasil diadaptasi ke layar lebar.
Karya-karya Winna mampu mempermainkan perasaan pembacanya. Begitu juga dengan karyanya yang berjudul _Scars and Other Beautiful Things_.
Winna Efendi kerap mengangkat tema persahabatan, keluarga, dan cinta di setiap karyanya, begitu pula dengan novelnya yang berjudul _Scars and Other Beautiful Things_.
Novel tersebut mengisahkan tentang bagaimana cara mencintai diri sendiri, menentukan pilihan, dan bangkit dari rasa terpuruk akibat peristiwa di masa lalu.
Winna menulis novel _Scars and Other Beautiful Things_ karena terinspirasi dari kisah nyata yaitu kasus pelecehan seksual yang dilakukan mahasiswa Universitas Stanford pada seorang perempuan yang sedang mabuk.
Kejadian tersebut membuat Winna ingin menulis novel dengan kisah yang serupa yaitu seorang perempuan bernama Harper Simmons yang berusaha mengalahkan trauma akibat peristiwa pemerkosaan.
Selain itu, Winna juga memberikan kritik terkait kasus pelecehan seksual yang terjadi selama ini.
Winna mengungkapkan, para pelaku seringkali tidak mendapatkan hukuman yang layak dan keadilan dalam kasus-kasus tersebut. Bahkan, kerap mengkriminalkan korban yang seharusnya dilindungi dan mendapat konseling yang layak.(*)
Penulis: Anis Surya Trisanti, M.Pd.
Teknologi Informatika Sebagai Sahabat Pembelajaran di Era Society 5.0
Self-Assessment sebagai Kunci Sukses Pembelajaran Kurikulum Merdeka
KPU Sarolangun Optimalisasikan Pendistribusian Logistik Pilkada 2024