Radarjambi.co.id-Asyik dengan membaca
Literasi adalah kegiatan yang seru. Bagi orang-orang yang sudah sering membaca, kegiatan tersebut adalah konsumsi kesehariannya.
Akan tetapi, banyak orang yang belum tahu esensi dari membaca.
Kebanyakan mereka, hanya tahu untuk mencari ilmu semata. Padahal tidak. Arti membaca, lebih luas daripada itu. Seperti halnya orang yang berekreasi.
Dengan membaca buku, dapat mendapat hal serupa dengan menggunakan imajinasi. Benar.
Dengan imajinasi, orang akan terbang melayang membayangkan angan dari apa yang sedang dibaca.
Di saat prosesi membaca dilakukan, imajinasi datang, saat itulah kenikmatan membaca buku terjadi.
Pada waktu itu juga suatu pembelajaran, pengalaman, dan pengetahuan semakin dalam.
Maka dari itu, dewasa ini orang-orang sedang digiatkan literasi.
Mulai dari lansia, dewasa, remaja, sampai anak-anak. Hal tersebut dilakukan karena, jumlah literasi di negara Indonesia sangatlah kurang.
Seperti data yang aku intip di sebuah laman yang bernama Perpusatkaan Kemendagri.
Di sana dikatakan, bahwasannya negara Indonesia ada di peringkat enam puluh dua dari tujuh puluh negara yang berkaitan dengan literasi.
Tentu saja, peringkat memanglah tidak ada artinya. Karena yang paling terpenting adalah, suatu kegiatan literasi memanglah nyata adanya.
Akan tetapi, peringkat membuktikan bahwa negara Indonesia kurang dalam minat berliterasi.
Ada baiknya peringkat yang lumayan rendah, dinaikan dengan cara mengajak semua orang untuk membaca. Apapun itu, misalnya koran, majalah, komik, cerpen, dan karya sastra yang lainnya.
Cara yang paling ampuh dalam menggelitik orang untuk berliterasi adalah, mengenalkan tulisan dari usia dini.
Mengapa demikian? Karena, sebuah kegiatan yang dibiasakan sejak kecil, akan terbiasa sampai nanti dewasa ataupun lansia.
Jikalau sejak usia dini sudah berkecamuk dengan bacaan, maka dengan sendirinya anak akan penasaran dan tertarik untuk membeli buku kesukaannya, berlatih membaca, memahami, lalu mengetahui pesan yang diterima.
Sastra Anak
Banyak buku literasi untuk anak-anak. Seperti halnya buku kesukaanku yaitu Franklin The Turtle (1986) yang ditulis oleh Paulette Bourgeois.
Buku tersebut menceritakan tentang anak kura-kura yang bernama Franklin. Ia tinggal bersama ayah dan ibu yang juga seekor kura-kura.
Kebiasaan kecil yang dilakukan oleh Franklin, selalu menciptakan daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Mulai dari kejahilan, kebaikan, dan kepolosan.
Hal tersebut dikemas dengan peristiwa yang sederhana pula. Seperti Franklin yang tidak diperbolehkan ibunya untuk bermain di luar hanya karena hujan.
Namun, saat keinginannya untuk bermain hujan memuncak, dalam buku cerita tersebut akan memberikan sisi kreatif tokoh utama untuk menyelesaikan masalah.
Peristiwa sederhana seperti di atas, mampu dipahami oleh anak-anak usia dini.
Bahwasannya, bermain hujan di luar kurang baik untuk kesehatan. Pada saat itulah sisi imajinasi anak keluar dan memikirkan suasana yang sedang dirasakan Franklin, memikirkan ide untuk membantu Franklin bermain hujan, dan pada saat ending, anak akan menemukan sisi pembelajaran mengapa Franklin tidak boleh bermain hujan di luar.
Cerita sederhana tersebut, mampu memberikan pembelajaran dari dalam peristiwa.
Penggambaran kejadian pada buku Franklin The Turtle (1986), tidak hanya imajinasi semata. Di dalamnya, dilengkapi ilustrasi yang membantu berlatih anak untuk berimajinasi.
Ilustrasi yang digarap oleh Brenda Clark, mampu memanjakan mata. Gambar bertema kartun vintage, memang mempunyai daya tarik tersendiri. Terlebih lagi untuk anak-anak yang baru mengenal buku.
Masih banyak lagi karya sastra untuk anak-anak. Di Indonesia sendiri, mempunyai majalah Bobo yang terkenal. Di dalam majalah Bobo, banyak edukasi untuk anak-anak.
Adapun cerpen, karya ilmiah, cerita bersambung, dan lain sebagainya. Tidak hanya tulisan, majalah Bobo juga menyajikan ilustrasi ataupun foto sebagai pelengkap bacaan.
Dengan demikian, anak-anak akan tertarik dalam mengobservasi banyak hal yang terkait kegiatan literasi.
Buka jendela
Setiap orang memanglah berbeda-beda. Ada yang suka membaca, Adapun sebaliknya. Akan tetapi tidak mengapa.
Saat pertama kali berkenalan dengan tulisan, orang akan merasa tertindas oleh tulisan yang sedang dibaca.
Aturan-aturan kehidupan, ada pada bacaan. Akan tetapi, hal tersebutlah yang membuat orang mengerti, bahwa diri sendiri tidak lebih baik dari semua yang dianggap baik.
Untuk melatih anak dalam berpikir, memahami, dan meresapi suatu peristiwa, cukup membaca jadikan acuan.
Di sana, anak akan terlatih untuk sabar dalam mengartikan sebuah simbol dalam bentuk tulisan.
Dari hal kecil seperti membaca, efek yang akan didapatkan tentu sangat luar biasa. Imajinasi anak akan menjadi liar, kritis, terpadu, dan tidak terburu-buru. Karena, pikiran mereka sudah terlatih dalam membaca sebuh peristiwa yang terjadi.
Juga mampu membedakan yang benar dan yang salah. Akan tetapi, proses untuk menarik anak dalam berminat literasi tidaklah gampang.
Perlu ada cara dan pendekatan yang khusus. Maka, itulah peran seorang guru dan orang tua dalam memberikan pembelajaran.
Jikalau dari usia dini sudah dilatih untuk membaca. Indonesia tidak akan buta aksara dan makna.
Maka dari itu, jadikan Indonesia melekliterasi sejak dini. Agar suatu bangsa yang akan datang, dipimpin oleh sesorang yang membuka jendela dunia dan melihat fakta hasil dari membaca.(*)
Penulis : Khaidar Naufal Pasingsingan. Mahasiswa PBSI Universitas Ahmad Dahlan.
Teknologi Informatika Sebagai Sahabat Pembelajaran di Era Society 5.0
Self-Assessment sebagai Kunci Sukses Pembelajaran Kurikulum Merdeka
KPU Sarolangun Optimalisasikan Pendistribusian Logistik Pilkada 2024