Pencegahan Anemia Pada Anak

Rabu, 08 November 2023 - 16:26:43


Ilustrasi
Ilustrasi /

Radarjambi.co.id-Beberapa kondisi anemia yang dialami anak mungkin tidak memerlukan perawatan, sedangkan yang lainnya membutuhkan obat-obatan, transfusi darah, pembedahan, atau transplantasi sel induk.

Dikutip dari www.halodoc.com Jika anak terindikasi mengalami anemia, profesional medis akan merujuk orangtua ke ahli hematologi.

Anemia ringan hingga menengah biasanya tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada anemia berat terdapat beberapa gejala seperti mudah lelah, nafas pendek ketika beraktifitas, nyeri pada dada, dilatasi jantung, pusing, bahkan hingga gagal jantung. Terdapat beberapa jenis Anemia, yaitu :

Berdasarkan permasalahan asupan nutrisi

  • Anemia pernisiosa: Salah satu penyebabnya karena kekurangan vitamin B12. Terjadi karena kondisi autoimun yang mencegah tubuh menyerap vitamin B12.
  • Anemia defisiensi besi: Terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk membuat hemoglobin. Hemoglobin adalah zat dalam sel darah merah yang memungkinkan membawa oksigen ke seluruh tubuh.
  • Anemia megaloblastik: Terjadi karena defisiensi vitamin yang terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup vitamin B12 dan/atau vitamin B9 (folat).

Berdasarkan adanya kerusakan genetik

  • Anemia sel sabit: Bentuk sel darah merah seperti sel sabit yang kaku dan lengket sehingga dapat menghalangi aliran darah.
  • Anemia Fanconi: Adanya kelainan darah yang langka.
  • Anemia Diamond-Blackfan: Kelainan bawaan ini membuat sumsum tulang tidak memproduksi sel darah merah dengan baik.

Berdasarkan adanya kelainan sel darah merah

  • Anemia hemolitik: Keadaan sel darah merah rusak atau mati lebih cepat dari biasanya.
  • Anemia aplastik: Terjadi ketika sel induk di sumsum tulang tidak menghasilkan sel darah merah dengan cukup.
  • Anemia hemolitik autoimun: Kondisi ketika sistem kekebalan menyerang sel darah merah.
  • Anemia sideroblastik: Terjadi karena tidak memiliki sel darah merah yang cukup dan terlalu banyak zat besi dalam tubuh.
  • Anemia makrositik: Sumsum tulang membuat sel darah merah yang besar.
  • Anemia mikrositik: Terjadi ketika sel darah merah tidak memiliki hemoglobin yang cukup sehingga ukuran sel darah merah lebih kecil dari biasanya.
  • Anemia normositik: Sel darah merah lebih sedikit dari biasanya dan tidak memiliki jumlah hemoglobin yang normal.

Anemia pada anak biasanya terjadi akibat dari kekurangan zat besi atau zinc. Sehingga berdampak pada perkembangan anak yaitu keterlambatan perkembangan, penurunan kemampuan secara fisik, dan menghambat sintesis asam lemak yang dapat menyebabkan penurunan produktifitas kerja.

Dan cara pencegahan anemia pada anak yaitu dengan memberikan suplemen zat besi dan vitamin, memberi makanan yang bergizi, memberi obat yang di anjurkan oleh dokter, melakukan transfusi darah, dan melakukan transplantasi sumsum tulang.

Beberapa kasus anemia tidak membutuhkan penanganan lebih lanjut. Namun, beberapa jenis anemia lainnya mungkin memerlukan obat, transfusi darah, pembedahan, hingga transplantasi sel punca.

Menurut saya, Cara mengatasi anemia pada anak yang disebabkan defisiensi besi adalah lewat suplemen zat besi dan perubahan pola makan.

Jika suplemen zat besi diperlukan, dokter akan merekomendasikan formulasi dan dosis khusus berdasarkan usia dan tingkat kekurangan zat besi anak.Dalam kasus yang lebih ringan, dokter mungkin menyarankan untuk menambah jumlah makanan yang diperkaya zat besi dalam makanan anak.

Beberapa makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging merah, seafood, unggas, telur, sereal yang diperkaya zat besi, kacang dan lentil, hingga sayuran berdaun hijau gelap.

Selain menambahkan makanan kaya akan zat besi ke dalam makanan anak, orangtua juga bisa menyiapkan makanan yang kaya vitamin C dan bermanfaat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh.

Beberapa makanan yang kaya akan vitamin C, antara lain buah sitrus, beri, pepaya, tomat, ubi jalar, brokoli, kubis, dan sayuran berdaun hijau gelap.Tidak hanya itu, orangtua bisa memberikan asupan nutrisi tambahan untuk menjaga kondisi tubuh anak.(*)

 

 

Penulis :  Aulia Ramadhani mahasiswa Gizi dari Universitas Ahmad Dahlan