Radarjambi.co.id-Bunuh diri masih dianggap hal yang tabu di Indonesia, meskipun begitu, WHO melaporkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai 3,700 orang.
Bunuh diri di Indonesia dianggap hal yang bodoh atau konyol, para korban bunuh diri juga kerap dinyatakan memiliki iman yang lemah. Bunuh diri seringkali dikaitkan dengan iman yang lemah karena Indonesia memegang agama sebagai ideologi yakni Pancasila yang dapat dilihat pada sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ditemukan meninggal dunia pada Senin, 2 Oktober 2023. Korban diduga tewas bunuh diri dengan melompat dari lantai 4 gedung asrama. Seorang saksi mendengar sesuatu terjatuh dari gedung dan pergi keluar untuk mengeceknya.
Korban ditemukan dengan kondisi tertelungkup dan segera dilarikan ke Rumah Sakit. Pada saat pemeriksaan di UGD, denyut nadi masih ada dan selang 10 menit disebutkan bahwa korban sudah meninggal dunia.
Korban meninggal dunia dengan luka-luka di kepala bagian belakang, luka dalam, patah kaki kiri bagian bawah, luka lecet di bagian kaki dan tangan.
”Unggahan yang menyebut ide-ide bunuh diri menunjukkan engagement yang lebih tinggi dibandingkan dengan unggahan yang lain dalam tagar #suicide atau #suicidal,” tulis Carlyle dalam volume 11 Journal of Communication in Healthcare .
Korban bunuh diri yang terjadi pada beberapa waktu terakhir memiliki rentang usia antara 18-25 tahun. Pada usia ini, seseorang sedang mengeksplorasi lingkungan sosialnya dan lebih muda mengikuti apa yang dilakukan oleh lingkungannya.
Dampak remaja tik tok terhadap konten yang berbau bunuh diri memunculkan ide terkait dengan hal semacam itu. Bahkan, dampak pertama ini akan memicu pengguna untuk mencari sumber unggahan sejenis.
Kejadian ini menimbulkan banyak tanggapan yang beraagam dari warganet. Seperti warganet pada aplikasi TikTok yang berpendapat “LIAT NOH ANAK KECIL YG DAGANG DARI AG SAMPE MALEM, YNG RELA NGORBANIN MASA KECILNYA BUAT NGHIDUPIN DIRINYA SENDIRI, MATI MATIAN BUAT BERTAHAN HIDUP," ujar nabilaa.
Sebagian waganet lainnya juga menyayangkan kasus bunuh diri yang sedang terjadi. “semua orang emang punya cerita, tapi ga semua orang punya pandangan yang sama, sesakit apapun itu jangan pernah berpikir untuk mati ditangan sendiri:)," ujar saus tartar.
Persoalan kesehatan mental seseorang kerap kali tidak selalu disadari dengan peka oleh lingkungan korban. Stigma masyarakat terhadap sesorang yang mendatangi ahli psikologis atau pskiater menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang sehingga tidak menyadari adanya gangguan psikis yang dialaminya.
Respon negatif dari warganet menunjukkan minimnya nilai kemanusiaan dan padamnya simpati serta empati kepada sesama manusia.
Dari kasus bunuh diri menjadi peringatan bagi semua pihak agar peka terhadap lingkungan dan menyadari isu yang kian marak terjadi ini.
Berikut beberapa tanda adanya gangguan kesehatan mental seseorang yang sering dijumpai, membicarakan tentang menyakiti diri sendiri,bunuh diri dan kematian.
Selain itu, bertindak merusak diri sendiri; melukai tubuh, mengonsumsi alkohol berlebihan overdosis obat-obatan serta adanya perubahan fisik dan suasana hati yang drastis; mudah marah tak terkendali, tidur lebih lama dari biasanya atau memiliki masalah tidur menjadi tanda adanya gangguan kesehatan mental.
Dengan adanya tanda tersebut dapat menjadikan kita untuk lebih peka terhadap sesama manusia.(*)
Penulis : Fatimah Az Zahra dan Amalia Hidayatul Husna, mahasiswa Teknologi Pangan UAD
Kasus Jessica Wongso : Apakah Bukti Yang Ada Sudah Membuktikan?
Ribuan Warga Sungai Manau Bergelora Menyambut Bang Syukur Dan Khafid Muin