Mental Breakdown Dalam Dunia Kerja

Kamis, 16 November 2023 - 21:20:13


/

Radarjambi.co.id-Belakangan ini, terdapat beberapa isu mengenai kesehatan mental dalam dunia kerja.

Isu ini mungkin sudah terdengar di telinga masyarakat. Isu ini menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental. Mental breakdown (Gangguan mental) dapat terjadi di berbagai kalangan, baik muda maupun tua.

Kasus terburuk akibat mental breakdown adalah bunuh diri. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti kerja yang represif, lingkungan kerja yang tidak nyaman (Toxic), dan penghasilan yang tidak sesuai dengan tekanan kerja. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya faktor dari pribadi itu sendiri.

Melansir laman situs klikdokter.com, mental breakdown adalah sebuah kondisi yang menggambarkan tekanan mental yang sangat serius.

Orang yang mengalami mental breakdown akan sulit menjalani aktivitas sehari-hari karena akan terganggu dengan beberapa hal yang mempengaruhi psikis mereka.

Istilah mental breakdown digunakan untuk beberapa kondisi kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stress akut.

Kondisi-kondisi tersebut tentu sangat berisiko jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Kemungkinan terburuk yang terjadi yaitu bunuh diri, tentunya kita sebagai individu harus mengenali gejala-gejala mental breakdown sedini mungkin.

Hal ini bertujuan sebagai upaya pencegahan gangguan mental. Pepatah “Mencegah lebih baik daripada mengobati”.

Kutipan tersebut perlu kita tanamkan dalam pikiran kita bahwasannya semua hal buruk itu bisa dicegah, dan pencegahan itu lebih baik daripada kita harus mengobati setelah mengalaminya.

Pepatah tersebut mungkin terdengar sepele bagi sebagian orang, tetapi pepatah tersebut dapat memberikan persepsi yang lebih baik mengenai mental breakdown.

Seperti yang telah dikatakan di atas, kita sebagai individu harus mengenali gejala-gejala mental breakdown. Melansir laman rs-jih.co.id, gejala seseorang yang mengalami mental breakdown sebagai berikut:

Pertama, orang yang mengalami mental breakdown akan mengalami gejala kecemasan dan depresi. Orang yang mengalami gejala mental breakdown cenderung merasakan cemas yang berlebihan.

Selain cemas, orang yang mengalami gejala mental breakdown juga akan mengalami gejala depresi, seperti sedih yang berlarut-larut, putus asa, merasa tidak berharga, merasa dirinya selalu bersalah, kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan sering melukai diri sendiri, termasuk keinginan untuk bunuh diri.

Kedua, orang yang mengalami mental breakdown cenderung tidur terus menerus. Orang yang mengalami mental breakdown banyak memilih tidur sebagai alternatif untuk menenangkan pikiran mereka, namun ada beberapa orang yang justru mendapat gangguan tidur akibat mental breakdown.

Saat berusaha tidur, biasanya orang yang mengalami mental breakdown akan memikirkan masalah mereka yang akhirnya menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan, sehingga mengganggu mereka untuk tidur.

Ketiga, orang yang mengalami mental breakdown cenderung merasa tubuhnya mudah lelah. Energi mereka habis untuk memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu mereka pikirkan, sehingga membuat tubuh mereka terasa lelah karena energinya telah terkuras oleh pikiran mereka.

Keempat, orang yang mengalami mental breakdown biasanya mengalami perubahan nafsu makan yang drastis.

Dalam jangka pendek, stress dapat membuat nafsu makan menurun. Hal ini karena struktur otak yang disebut hipotalamus memproduksi hormon penekan nafsu makan atau corticotropin releasing hormon yang membuat penderitanya mengalami penurunan nafsu makan.

Namun beberapa orang mungkin mengalami peningkatan nafsu makan yang drastis, hal tersebut biasa disebut dengan istilah stress eating. Stress eating adalah kondisi yang dapat terjadi ketika stress berlangsung dalam jangka panjang.

Situasi ini membuat otak memerintahkan kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon glukokortikoid yang bertugas meningkatkan nafsu makan.

Kelima, orang yang mengalami mental breakdown biasanya merasakan sakit secara fisik seperti sakit perut, sakit kepala, dan gangguan pencernaan. Stress merupakan salah satu faktor penyebab sakit perut akibat refluks asam lambung.

Stress yang berlebihan terkadang memengaruhi sistem pencernaan dan membuat seseorang mengalami maag atau GERD yang dapat menyebabkan rasa nyeri pada perut, gangguan sistem pencernaan, sakit kepala, dan bahkan bisa menyebabkan sesak nafas.

Keenam, orang yang mengalami mental breakdown biasanya mengalami sulit fokus. Stress menyebabkan kemampuan otak untuk fokus menjadi terganggu akibat adanya gangguan neurotransmitter di otak.

Itulah yang memicu terjadinya gangguan pada penyampaian informasi antarsinaps di otak. Bahkan jika kadar stress tergolong berat, terkadang bisa membuat seseorang tidak dapat bekerja atau belajar secara efektif.

Mungkin beberapa dari anda pernah merasakan satu atau dua gejala mental breakdown tersebut. Namun, karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran terhadap mental breakdown membuat anda tidak menggubris akan gejala tersebut.

Sebaiknya, anda mulai mempertimbangkan untuk mengenali gejala mental breakdown secara lebih dalam. Selain menambah wawasan tentang mental breakdown, anda juga dapat mengenali gejala mental breakdown jika kemugkinannya terjadi pada diri anda sendiri.

Dikutip dari laman futuresrecoveryhealthcare.com, berikut adalah beberapa cara pencegahan mental breakdown yang bisa kita lakukan, diantaranya adalah :

Pertama, sering-seringlah beristirahat. Beristirahat di sela-sela pekerjaan dan aktivitas dapat mengurangi stress, meringankan suasana hati, dan dapat meingkatkan produktivitas dan kinerja.

Kedua, pangkas daftar tugas anda. Memecah tugas-tugas besar menjadi tujuan-tujuan kecil yang dapat dikelola bisa memberikan manfaat yang besar. Isi daftar anda dengan tujuan-tujuan praktis dan jangka pendek serta tetapkan batas untuk hari itu.

Ketiga, identifikasi apa saja yang dapat menyebabkan anda stress. Anda dapat memulai dengan membuat jurnal dan melacak situasi atau lingkungan yang menyebabkan anda stress atau cemas di masa lalu.

Setelah anda mengidentifikasi pemicunya, terapkan mekanisme penanggulangan untuk membantu anda melewati situasi tersebut.

Keempat, pertahankan pola makan yang seimbang. Pola makan yang seimbang dapat meningkatkan tingkat energi dan mencegah anda merasa lesu dan lelah.

Mempertahankan pola makan juga dapat mencegah anda dari berbagai macam penyakit.

Kelima, hidup di masa kini. Kita sering kali terganggu oleh pikiran-pikiran yang meresahkan tentang masa lalu atau kekhawatiran tentang masa depan. Terkadang, pikiran tidak sehat ini dapat memicu gangguan emosi.

Kendalikan emosi anda dan cobalah hidup di masa sekarang. Ini akan membantu anda menjadi lebih produktif.

Keenam, mintalah bantuan. Manusia adalah makluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup seorang diri. Ingatlah bahwa anda tidak sendirian dan tidak harus menderita dalam kesunyian.

Anda dapat menghubungi oarang-orang terdekat anda dan mendapatkan bantuan serta dukungan dari mereka dalam mengelola kesehatan mental anda. Meminta bantuan itu sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, pencegahan mental breakdown bisa dimulai dari hal-hal kecil. Mungkin menurut anda cara tersebut terlihat tidak penting atau bahkan membosankan.

Tapi percayalah, hal-hal kecil tersebut dapat berdampak besar jika anda melakukannya dengan baik. Tidak mengeluarkan biaya yang mahal bukan berarti tidak efektif.

Daripada harus mengalami mental breakdown ditambah biaya pengobatan yang tidak murah, ada baiknya jika kita dapat mengetahui dan dapat memahami cara mencegah mental breakdown.

Ingat, kesehatan mental itu sangatlah penting. Jangan biarkan kesehatan mental merusak kehidupan anda di masa depan. Jangan pernah anda memendam masalah anda sendirian, karena kita merupakan makhluk sosial. Ingat, saya, anda, kita semua tidak sendirian.(*)

 

 

Penulis : Wildan Firdaus
Awandha Aprilio Al Madani Mahasiswa UAD Jogya