Radarjambi.co.id-diterasi berasal dari istilah Inggris “literacy” yang berarti kemampuan membaca dan menulis.
Kata ini juga memiliki akar dari Bahasa Latin “littera”, yang merujuk pada penguasaan sistem tulisan dan konvensi terkait.
Konsep literasi awalnya berfokus pada kemampuan membaca dan menulis, namun kemudian berkembang mencakup kegiatan membaca, menulis, berbicara, mendengar, membayangkan, dan melihat.
Gagasan umum literasi selanjutnya diserap dalam berbagai bidang, salah satunya pada bidang matematika, yang memunculkan istilah numerasi.
Numerasi merujuk pada kecakapan dalam menggunakan berbagai angka dan simbol matematika untuk menyelesaikan masalah praktis, menganalisis data dalam berbagai format, dan menggunakan interpretasi tersebut untuk membuat keputusan dan prediksi.
Kemampuan numerasi sangat krusial untuk dimiliki pelajar, karena erat kaitannya dengan kemampuan menangani masalah matematika yang muncul dalam aktivitas sehari-hari.
Keterampilan numerasi yang kuat memungkinkan individu untuk mengambil bagian dalam kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya secara penuh, dan mendukung pembelajaran sepanjang hayat serta mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan kerja.
Pentingnya kemampuan numerasi tidak diimbangi dengan data terkait kemampuan numerasi yang dimiliki siswa.
Rendahnya kemampuan numerasi siswa Indonesia salah satunya dapat dilihat dari hasil PISA (Programme for International Student Assessment) dari tahun 2000 hingga tahun 2018.
Hasil PISA maupun beberapa penelitian terdahulu menunjukkan perlunya intervensi yang signifikan di bidang Pendidikan untuk mengatasi rendahnya kemampuan numerasi.
Dalam menghadapi tantangan ini, banyak penelitian telah mengarah pada teknologi sebagai sarana untuk memperbaiki pendidikan numerasi.
Berbagai upaya tersebut dalam mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran matematika telah menunjukkan hasil yang memuaskan.
Integrasi teknologi dalam proses belajar mengajar tidak hanya memperkaya pengalaman belajar tetapi juga memfasilitasi akses ke sumber belajar yang lebih luas dan beragam.
Aplikasi seperti platform manajemen pembelajaran, alat kolaboratif online, dan sumber daya edukasi digital, menjadi alat bantu penting dalam memodernisasi metode pengajaran dan meningkatkan efektivitas proses belajar.
Dalam hal pentingnya kemampuan numerasi untuk dimiliki siswa, sistem pendidikan harus menyesuaikan diri dengan tuntutan ini, dengan memastikan bahwa siswa memiliki kemampuan numerasi dalam situasi yang didukung oleh teknologi.
Keberhasilan implementasi teknologi dalam pendidikan tidak semata-mata bergantung pada alat dan aplikasinya, melainkan juga pada kemampuan guru dalam memanfaatkannya.
Pentingnya pelatihan guru dalam menggunakan teknologi pembelajaran perlu menjadi perhatian, karena guru adalah penggerak utama dalam penerapan teknologi di kelas.
Sama halnya, mahasiswa calon guru juga harus dilengkapi dengan keterampilan dan pengetahuan teknologi yang memadai, agar mereka siap menghadapi tantangan pengajaran di era digital.
Dengan demikian, pengembangan kemampuan literasi digital harus menjadi bagian integral dari program pendidikan dan pelatihan guru, yang memastikan bahwa guru tidak hanya mampu mengikuti perkembangan teknologi, tetapi juga mampu memimpin dan menginspirasi pembelajaran di era digital yang terus berkembang.
Kemampuan numerasi dan literasi matematika adalah dua kompetensi penting yang harus dimiliki oleh guru dan calon guru matematika sebagai fasilitor yang menyajikan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan numerasi dan literasi matematika bagi siswanya.
Sejumlah permasalahan yang muncul dan dihadapi guru maupun calon guru terkait numerasi dan literasi digital matematika diantaranya adalah sebagai berikut.
Pertama; pembelajaran matematika disajikan dengan konteks hanya sebagai pelengkap.
Numerasi matematika berkaitan dengan bagaimana konsep matematika dapat dikaitkan dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, jika ditelusuri tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak pembelajaran matematika di Indonesia yang menyajikan cerita atau soal sebagai pelengkap.
Artinya, sajian cerita atau soal yang diberikan kepada siswa hanya disajikan sebagai riasan saja dan belum betul-betul merupakan masalah yang ditemukan dalam konteks dunia nyata.
Penyajian materi dan latihan dalam pembelajaran matematika yang tidak berhubungan dengan apa yang dialami dalam kehidupan sehari-hari siswa, tentunya berdampak pada minat siswa untuk mempelajari matematika.
Masih ditemukan dilapangan bahwa guru masih belum terbiasa untuk menyusun sumber belajar dan soal-soal yang memenuhi komponen numerasi, walaupun sudah mengerti tentang definisi dan komponen dalam numerasi.
Kedua; keterbatasan sumber dan contoh konteks nyata yang ada di Indonesia. Penyusunan sumber belajar yang disajikan dalam suatu konteks tertentu membutuhkan keterampilan khusus.
Guru dan calon guru matematika dituntut untuk mampu menyusun sumber belajar, sehingga siswa tertarik untuk belajar matematika dari kebergunaan dan kenyataan konteks yang disajikan sesuai dengan apa yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari.
Masih banyak ditemukan, guru cenderung mengambil sumber belajar dari internet langsung tanpa memodifikasinya sesuai dengan kebutuhan siswanya.
Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan pemahaman dan keterampilan dalam menyusun sumber belajar dengan komponen numerasi dan literasi matematika di dalamnya.
Ketiga; pembelajaran matematika masih monoton, tidak menarik, dan konvensional.
Setelah komponen materi yang dipersiapkan sudah memenuhi konteks nyata, maka diperlukan bentuk penyajian yang menarik.
Namun, pembelajaran matematika yang terdapat disekolah masih banyak yang menggunakan model pembelajaran langsung sehingga pembelajaran matematika terkesan monoton, tidak menarik, dan konvensional.
Akibatnya, siswa tidak tertarik dan tertantang untuk aktif dalam pembelajaran, sehingga berdampak pada minat literasi matematika siswa.
Dalam menghadapi tuntutan kemajuan teknologi dan informasi, pembelajaran matematika harus disajikan dengan menarik, efisien, terstruktur, serta dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk memperoleh informasi.
Oleh karena itu, diperlukan sajian materi yang dapat menarik minat siswa melalui penguatan literasi digital matematika.
Untuk mendukung peningkatan kemampuan guru dan mahasiswa calon guru dalam teknologi pembelajaran, diperlukan inisiatif yang berkelanjutan, seperti penyelenggaraan webinar dan pelatihan profesional.
Melalui program-program seperti ini, guru dan mahasiswa calon guru dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang alat dan strategi pembelajaran digital, serta mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mengintegrasikan teknologi secara efektif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan penguatan numerasi dan literasi digital matematika untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru maupun mahasiswa calon guru matematika, sehingga dapat menerapkannya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajarannya kedepannya.(*)
Penulis : TIM PKM UPI: Sardin, Wilda Syam Tonra, Roni Priyanda, Hesty Marwani Siregar, Talisadika Serrisanti Maifa, Rani Martalisa Taorina, Reni Nuraeni, Puji Savvy Dian Faizati, Iryana Muhammad, Willy Abdul Ghany, Finola Marta Putri, Marhami, Wahyu Setiawan, Rima Aksen Cahdriyana, Rindi Antika, Bobbi Rahman.(*)
Surplus Neraca Perdagangan RI Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurun Tetapi Masih Banyak Pengangguran? Ini Solusinya
Pj Bupati Tebo Sebut Tarkam Peluang Bagi Pemain Daerah Untuk Berprestasi