Guru dan Keterampilan Abad 21

Rabu, 29 Mei 2024 - 11:04:53


Arief Abdillah Nurusman, 
Indro Prastowo, M.Biotech dan
Sudaryanto
Arief Abdillah Nurusman, Indro Prastowo, M.Biotech dan Sudaryanto /

Radarjambi.co.id-Dalam bukunya 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times (2009), Bernie Trilling dan Charles Fadel menyampaikan tiga keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21.

Tiga keterampilan itu adalah (1) keterampilan inovasi dan pembelajaran, (2) keterampilan teknologi, media, dan informasi, dan (3) keterampilan karier dan hidup. Bagi Trilling dan Fadel, ketiga keterampilan tadi sesuai dengan kebutuhan siswa dalam bekerja dan hidup sukses di abad 21.

Terkait itu, tulisan ini berfokus pada keterampilan inovasi dan pembelajaran yang meliputi “4C”. Pertama, berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving).

Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah pada siswa terasah berkat adanya pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Sebagai contoh, curah hujan tinggi pada bulan Februari-Maret ini dapat menyebabkan multidampak bagi kita.

 Kemampuan Berpikir Kritis

Terjadinya banjir, tanah longsor, dan bencana lainnya akibat dari curah hujan tinggi. Selain itu, faktor buruknya tata kelola drainase di lingkungan warga juga memperparah dampak banjir.

Semua fenomena itu dapat menjadi bahan diskusi di kelas. Para guru cukup menyediakan bahan simakan berupa video atau bahan bacaan berupa berita atau tulisan terkait tema banjir. Dari situlah, para siswa dapat mengasah kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.

Kedua, berkomunikasi (communication). Saat guru menerapkan pembelajaran berbasis masalah di kelas, siswa-siswa akan berkomunikasi dengan teman sebayanya.

Tentu, saat berkomunikasi, para siswa tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes), seperti bermasker dan jaga jarak. Kelak, kemampuan berkomunikasi ini bermanfaat bagi siswa di masa-masa mendatang. Yang perlu dikembangkan ialah sikap bijak dalam berkomunikasi dalam ranah apapun.

Para siswa SMP dan SMA saat ini merupakan generasi pengguna digital (digital native generation). Semua informasi, termasuk materi pelajaran, diperoleh dari media sosial yang ada, seperti Youtube, Twitter, dan Instagram.

Tanpa sikap bijak dalam berkomunikasi di media sosial, mereka akan mengkritik, menghina, atau mencela. Bahkan, tanpa kemampuan literasi yang baik, mereka juga mudah terhasut akibat berita bohong atau hoaks.

Ketiga, berkolaborasi (collaboration). Di kelas, para siswa dan guru dapat berkolaborasi dengan baik. Sebagai contoh, guru Bahasa Indonesia MA Masyithoh, Yogyakarta, Bu Idamaningsih, bersama siswa-siswanya kreatif membuat cerita pendek tiga paragraf (pentigraf).

Kemudian karya pentigraf guru dan siswa diterbitkan menjadi buku kumpulan pentigraf. Dalam konteks ini, Bu Idamaningsih dan siswa-siswanya telah berkolaborasi dengan baik.

Kolaborasi ini tidak hanya diterapkan dalam konteks mata pelajaran, tetapi juga dalam konteks lintas mata pelajaran atau lintas sekolah/madrasah.

Misalnya, para anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia SMA Kabupaten Bantul dapat berkolaborasi menyusun buku kumpulan pantun karya guru-siswa. Nanti buku tersebut dapat digunakan sebagai materi pembelajaran di kelas dan/atau ditulis sebagai artikel yang dipublikasikan di jurnal ilmiah.

 Berkreasi, Berinovasi

Keempat, kreativitas dan inovasi (creativity and innovation). Para guru dan siswa dapat berkreasi dan berinovasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Guru dapat berkreasi dan berinovasi dalam mengelola pembelajaran, baik daring, luring, maupun bauran. Terkait itu, model pembelajaran berbasis proyek dapat mendorong para guru dan siswa untuk berkreasi dan berinovasi. Apabila guru bersikap kreatif, kelak siswanya akan bersikap kreatif pula.

Sikap kreativitas dan inovasi perlu ditumbuhkan di kelas dan luar kelas. Melalui tindak tuturnya, para guru dapat mendorong siswanya untuk kreatif dan inovatif dalam mengerjakan tugas-tugas.

Melalui tindak tuturnya pula, para guru dapat memotivasi para siswa untuk bersemangat belajar dan meraih prestasi belajar. Apapun kondisi saat ini, proses belajar-mengajar harus tetap berjalan. Oleh karena itu, kreativitas dan inovasi menjadi kunci utama bagi guru dan siswa.(*)

 

 

Penulis : Arief Abdillah Nurusman, M.Si., Dosen Pendidikan Biologi FKIP UAD

Indro Prastowo, M.Biotech., Dosen Pendidikan Biologi FKIP UAD

Sudaryanto, M.Pd., Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UAD