Begini Strategi Kementerian Tingkatkan Kualitas pendidikan di Indonesia

Minggu, 16 Juni 2024 - 17:51:28


/

Radarjambi.co.id-Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan laporan World Population Review yang meneliti tingkat Intelligence Quoient (IQ) Indonesia menempati urutan 10 dari 11 negara di Asia Tenggara.

Hal ini dapat berdampak buruk bagi negara, karena kualitas negara ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Indonesia membutuhkan perhatian secara intensif di sektor pendidikan.

Pemerintah selalu berupaya dalam hal ini, pemerintah berupaya meningkatkan klaster pendidikan di Indonesia menjadi lebih maju dengan berbagai inovasi program yang dicetuskan.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah menyelenggarakan berbagai ajang kompetisi sebagai wadah unjuk prestasi anak negeri.

Ajang tersebut meliputi semua jenjang dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.

Ajang yang diselenggarakan menjadi program yang berlangsung secara berkelanjutan dan memuat nilai-nilai profil pelajar pancasila di dalamnya.

Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dalam fase implementasi Merdeka Belajar. Kita juga mengenal adanya Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Sudah banyak sekali program yang diselenggarakan untuk turut mendukung ketercapaian tujuan MBKM, yaitu Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Program Peningkatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa), Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM), dan masih banyak lagi.

Diluncurkanya MBKM pada tahun 2020 sebagai upaya menghadapi tantangan pendidikan Indonesia baik dari segi akses maupun kesenjangan antar daerah.

Kualitas tenaga pendidik yang berbeda dan kurangnya sumber daya juga menjadi tantangan yang cukup serius untuk segera ditangani.

Oleh karena itu, MBKM hadir sebagai alternatif untuk menciptakan kurikulum yang tidak kaku dan relevan terhadap kebutuhan masyarakat.

MBKM memberikan kebebasan bagi mahasiswa untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan keterampilan dan kreativitasnya masing-masing sehingga lebih fleksibel dalam mempersiapkan diri menghadapi persaingan global.

MBKM juga dirancang memiliki korelasi dengan dunia kerja melalui magang dan berbagai program penelitian sehingga menyiapkan mahasiswa menjadi lulusan siap terjun di dunia kerja.

Adapun program yang baru-baru ini terselenggara yaitu LIDM. LIDM merupakan ajang peningkatan talenta di bidang digital mengingat saat ini Indonesia sedang menduduki era industri 4.0 dengan berbagai perkembangan teknologi yang semakin maju.

LIDM memiliki lima (5) divisi lomba, yaitu Inovasi Teknologi Digital Pendidikan (ITDP), Inovasi Pembelajaran Digital Pendidikan (IPDP), Video Digital Pendidikan (VDP), Poster Digital Pendidikan (PDP), dan Microteaching Digital (MD).

Tujuan dari LIDM ini adalah untuk meningkatkan literasi digital mahasiswa, mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam bidang pendidikan melalui penerapan teknologi digital, meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk berkontribusi dalam pemecahan isu-isu nasional, dan menumbuhkembangkan talenta di bidang inovasi digital.

Final LIDM tahun 2024 ini diselenggarakan di Institut Pertanian Bogor pada 09-13 Juni.

Untuk opening ceremony, diselenggarakan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Sebelum memasuki aula, para finalis akan dimanjakan matanya oleh deretan poster digital menarik karya 20 finalis lomba poster digital LIDM.

Adapun untuk pembagian ruang presentasi dan babak penyisihan ditempatkan di fakultas yang berbeda tergantung divisi perlombaan yang diikuti.

Proses babak penyisihan berlangsung selama dua (2) hari lalu dilanjut closing ceremony dan pengumuman juara.

Melalui kompetisi LIDM, mahasiswa tidak hanya didorong untuk menjadi pengguna teknologi, melainkan dituntut menjadi pengembang solusi dengan inovasi yang mereka miliki terhadap teknologi.

LIDM menjadi ajang untuk menciptakan para pemimpin masa depan yang berdaya saing global dalam bidang teknologi melalui spirit kolaborasi. (*)

 

 

Penulis: Mawar Ledya Serli, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan.