Menginisasi Deep Learning

Kamis, 23 Januari 2025 - 20:12:47


Sudaryanto  dan Andriyani
Sudaryanto dan Andriyani /

Radarjambi.co.id-Tahun 2025 ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah akan mendorong para guru menerapkan pendekatan Deep Learning (DL) di sekolah. Pendekatan DL bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan, terutama di luar negeri.

Sekadar contoh, Singapura merupakan negara yang berhasil menerapkan pendekatan DL. Tapi, keberhasilan Singapura dalam menerapkan pendekatan DL bergantung atas dua faktor. Apa dua faktor itu?

Pertama, faktor guru. Dalam konteks pendekatan DL, para guru di Singapura memosisikan diri sebagai fasilitator yang membimbing eksplorasi dan kolaborasi siswa di kelas.

Terkait itu, keterampilan eksplorasi dan kolaborasi guru diasah/dilatih melalui beragam kegiatan, seperti diskusi antarguru, riset pembelajaran, pelatihan, lokakarya, dan webinar. Tanpa itu, mustahil para guru terampil mengajar secara eksploratif dan kolaboratif di kelas.

Pengalaman Singapura

Selain itu, para guru di Singapura memiliki gaji yang layak. Per bulan guru di Singapura memiliki gaji sebesar Rp 11,93 juta (databoks.katadata.co.id, Oktober 2023).

Dengan besaran gaji itu, para guru akan lebih fokus dalam mengajar dan membimbing siswa di kelas, termasuk menerapkan pendekatan DL. Dengan begitu, gaji guru menjadi bagian integral dari keberhasilan pelaksanaan pendekatan DL di Singapura.

Kedua, faktor fasilitas. Jamak kita ketahui, sekolah-sekolah di Singapura memiliki fasilitas yang memadai. Ruang kelas, laboratorium, dan perpustakaan berkualitas baik.

Termasuk rasio guru dan siswa yang relatif baik. Di Singapura, rasio guru dan siswa mencapai 1:14 atau 1:15. Sedangkan di Indonesia, rasio guru dan siswa mencapai 1:40 atau 1:45. Alhasil, fasilitas dan rasio guru-siswa di Singapura lebih memungkinkan optimal menerapkan pendekatan DL.

Menyimak dua faktor di atas, muncullah pertanyaan di benak kita: bisakah pendekatan DL diterapkan di Tanah Air? Terhadap pertanyaan sederhana itu, penulis menjawab singkat: bisa, disertai tiga komitmen.

Pertama, komitmen pemerintah pusat/daerah untuk mengedukasi perihal DL para guru. Edukasi para guru dapat ditempuh melalui pelbagai cara, dua di antaranya: Musyawarah Guru Mata Pelajaran dan/atau Kelompok Kerja Guru.

Kedua, komitmen pihak sekolah untuk mengedukasi perihal DL siswa dan guru. Dalam konteks pendekatan DL, siswa dituntut bersikap proaktif, solutif, dan inovatif. Sementara itu, guru dituntut bersikap eksploratif dan kolaboratif.

Dengan begitu, atmosfer pembelajaran di kelas akan mengarahkan pada pembelajaran berbasis proyek, berbasis masalah, dan konkret. Dengan demikian, materi pembelajaran bersifat aplikatif dan berlanjut ke dalam dunia sehari-hari.

Ketiga, komitmen pihak guru untuk mengedukasi perihal DL orangtua/wali siswa. Salah satu ciri khas pendekatan DL adalah pemberian umpan balik/feedback.

Siswa menerima umpan balik, baik secara lisan maupun tulisan, dari semua pihak, termasuk guru dan orangtua/wali. Melalui pemberian umpan balik itu, kelak siswa akan termotivasi memperbaiki motivasi belajar, sikap belajar, dan hasil belajarnya di kelas.

Apabila tiga komitmen di atas terwujud, penulis yakin bahwa kita/Indonesia mampu menerapkan pendekatan DL. Kunci utama penerapan pendekatan DL adalah guru. Guru didorong melakukan sejumlah transformasi pembelajaran.

Dulu, pembelajaran berbasis hafalan, kini dan nanti dalam DL, pembelajaran berbasis eksplorasi. Dulu, buku teks sebagai sumber utama pengetahuan, kini dan nanti dalam DL, buku teks sebagai salah satu sumber pengetahuan.

Perlu Inisiasi DL

Dulu, kelas bersifat homogen, kini dan nanti dalam DL, kelas bersifat heterogen. Dulu, guru mengajar dan merencanakan pembelajaran secara individu, kini dan nanti dalam DL, guru mengajar dan merencanakan pembelajaran secara kelompok.

Dulu, pembelajaran adalah aktivitas individual, kini dan nanti dalam DL, pembelajaran adalah aktivitas kolektif. Dan seterusnya. Itulah hal-hal yang perlu diinisiasi terkait pendekatan DL kepada para guru di Tanah Air.

Akhirnya, seperti harapan Mendikdasmen Abdul Mu’ti, DL kelak memberikan pengalaman belajar lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Rasanya tak ada siswa yang menolak bila pembelajaran yang ia ikuti menyenangkan dan bermakna.

Pun, rasanya tak ada guru yang tak setuju bila pembelajaran yang ia berikan ternyata menyenangkan dan bermakna pula. Semoga kualitas pendidikan di Tanah Air kian baik melalui penerapan DL.(*)

 

Penulis : Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI UAD  dan Dr. Andriyani, M.Si., Dosen Pendidikan Matematika UAD