Radarjambi.co.id-Perubahan iklim merupakan tantangan yang dihadapi manusia saat ini. Krisis iklim memberikan dampak buruk, seperti banjir, kekeringan, polusi udara, dan bencana alam lainnya.
Sebagai negara rawan bencana, Indonesia semakin merasakan dampak cuaca ekstrem dan perubahan iklim, yang merusak lingkungan dan mengancam kehidupan masyarakat, terutama anak-anak, sebagai kelompok yang paling rentan terdampak.
Dampak Perubahan Iklim pada Anak-anak
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan UNICEF pada Agustus 2024 meluncurkan laporan Climate Landscape Analysis for Children (CLAC) in Indonesia.
Laporan ini mengkaji dampak perubahan iklim terhadap anak-anak di Indonesia. Salah satu temuan utama dalam laporan tersebut adalah perbedaan signifikan antara kebijakan yang ada dengan rencana sosial mengenai dampak perubahan iklim yang mendukung kepentingan anak-anak.
Laporan ini seharusnya menjadi menjadi acuan dalam merancang kebijakan dan program yang lebih responsif terhadap tantangan perubahan iklim dan perlindungan anak di Indonesia.
Faktanya, masih banyak anak yang kehilangan rumah dan sekolah akibat bencana alam seperti erupsi Gunung Lewotobi di Nusa Tenggara Timur dan bencana banjir serta tanah longsor di Kabupaten Sukabumi dan Cianjur pada Desember 2024.
Karena itu, perlindungan anak harus menjadi prioritas dalam setiap kebijakan terkait perubahan iklim.
Perlindungan ini tidak hanya dapat dicapai melalui regulasi teknis semata, seperti pengadaan ruang kelas darurat dan fasilitas belajar, perlengkapan sekolah, serta trauma healing, tetapi juga upaya membangun kesadaran kolektif tentang dampak perubahan iklim dari berbagai lini.
Pendidikan Perubahan Iklim sebagai Isu Prioritas
Mendidik masyarakat dan anak-anak tentang perubahan iklim dan melibatkan mereka dalam mencari solusi jangka panjang juga menjadi langkah yang sangat penting.
Literasi perubahan iklim menjadi krusial dalam menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan agar tetap berkelanjutan.
Pemerintah Indonesia telah menjadikan pendidikan perubahan iklim sebagai salah satu isu prioritas dalam Kurikulum Merdeka, bersama dengan literasi finansial dan pendidikan kesehatan.
Kurikulum ini juga menawarkan tema perubahan iklim sebagai salah satu pilihan dalam kegiatan P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila), meskipun bukan kewajiban.
Pemerintah juga merilis Panduan Pendidikan Perubahan Iklim pada Agustus 2024, yang bertujuan untuk memfasilitasi kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam mengedukasi anak-anak tentang perubahan iklim.
Selain itu, program Gerakan Literasi Nasional (GLN) dan Sastra Masuk Kurikulum juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung pendidikan perubahan iklim ini.
Oleh karena itu, penting untuk terus mempertahankan pendidikan perubahan iklim sebagai isu prioritas dalam kurikulum, setelah dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap implementasinya.
Literasi Perubahan Iklim Melalui Buku Bacaan Anak
Buku bacaan anak juga bisa menjadi alat efektif untuk mengenalkan perubahan iklim kepada generasi muda.
Buku yang dikemas secara menarik dan mudah dipahami dapat menyampaikan pesan tentang pentingnya kesadaran terhadap lingkungan dan perubahan iklim.
Pemerintah mendukung penyediaan buku bacaan anak bertema perubahan iklim melalui platform Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (buku.kemdikbud.go.id).
Melalui platform ini, anak-anak dapat mengakses berbagai buku yang sesuai dengan jenjang pendidikan mereka, yang mengajarkan tentang perubahan iklim dengan cara yang menarik.
Tentunya, pemerintah perlu memberikan pelatihan dan pendampingan serta mendorong masyarakat agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan platform buku digital yang sudah ada.
Selain platform buku digital tersebut, tersedia juga platform lain seperti Literacy Cloud, Let’s Read Asia, dan Story Weaver yang juga menyediakan koleksi buku serupa.
Peran orang tua dan guru sangat penting dalam memanfaatkan buku bacaan ini.
Dengan mengajak anak-anak untuk membaca buku bertema perubahan iklim, orang tua dan guru dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang penyebab dan dampak perubahan iklim, serta cara-cara untuk meresponsnya.
Diskusi setelah membaca buku serta melibatkan anak-anak dalam kegiatan nyata seperti menanam pohon, mengurangi sampah plastik, pengolahan sampah juga bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar.
Dengan membangun kesadaran dan pemahaman tentang perubahan iklim sejak dini, kita tidak hanya melindungi anak-anak, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi agen perubahan yang aktif dalam menciptakan dunia yang lebih baik dengan menghijaukan bumi secara berkelanjutan. (*)
Penulis : Rahmi Munfangati, S.S., M.Pd.
Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan, peneliti sastra anak, pegiat literasi anak
Logical Fallacy Dalam Kritik Menu Makan Siang Gratis Oleh Deddy Corbuzier
Iman kepada Hari Akhir: Fondasi Akidah dan Motivasi Hidup Bermakna