Radarjambi co.id-Tahun 2013-2015 penulis berkesempatan menjadi dosen tamu di Guangxi University for Nationalities (GXUN), Nanning, Guangxi, Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Di Negeri Tirai Bambu itu, penulis juga berkesempatan merasakan suasana bulan Ramadan.
Lewat tulisan ini, penulis ingin menuliskan sejumlah catatan tentang suasana bulan Ramadan di negara yang jumlah penduduknya mencapai 1,3 miliar itu.
Bagaimana suasana Ramadan di sana?
Sekurangnya ada empat catatan penulis tentang suasana bulan Ramadan di RRT. Pertama, durasi lama puasa di RRT mencapai sekitar 15 jam
Di Indonesia, durasi lama puasa mencapai sekitar 13 jam. Tahun 2015 silam, penulis dan istri merasakan puasa Ramadan bersamaan dengan musim panas, yang suhu udaranya mencapai 40 derajat Celcius.
Lamanya durasi puasa di RRT ditambah suhu udara yang tinggi saat itu, menuntut penulis dan istri tetap sabar dan menjaga kesehatan.
Puasa Ramadan
Tahun ini, bulan Ramadan dilaksanakan pada Maret 2025. Di RRT, bisa jadi sedang peralihan musim, dari musim dingin ke musim semi. Umat Muslim di RRT melaksanakan puasa Ramadan dalam kondisi relatif baik.
Artinya, mereka berpuasa tidak dalam musim panas. Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia saat ini, yang sedang pancaroba, dari musim hujan ke musim kemarau. Sesekali terasa terik, sesekali pula terasa hujan.
Kedua, pelaksanaan ibadah salat tarawih, tadarus, dll. di masjid yang terletak di pusat kota. Di Kota Nanning, terdapat masjid milik Nanning Islamic Association, sebagai pusat kegiatan komunitas Muslim di sana.
Masjid Nanning itu memiliki empat lantai. Lantai pertama dan kedua untuk restoran/tempat makan yang menyediakan makanan dan minuman halal.
Sedangkan lantai tiga dan empat untuk kegiatan pengajian dan salat.
Bagi komunitas Muslim Indonesia, salat tarawih, tadarus, dll. dapat dilaksanakan di asrama dosen/mahasiswa.
Pertimbangannya, antara lain, waktu pelaksanaan salat tarawih di Masjid Nanning sudah malam, sekitar pukul 21.00-22.30.
Akhirnya, dipilihlah asrama dosen/mahasiswa sebagai tempat berbuka puasa/iftar, salat Magrib, salat Isya, salat tarawih, dan tadarus.
Kebersamaan sesama Muslim Indonesia terjalin erat, salah satunya lewat kegiatan tadi.
Ketiga, komunitas Muslim Tionghoa rutin mengadakan pengajian pra-Ramadan di kantin Muslim dalam kampus. Penulis dan istri pernah memenuhi undangan pengajian itu di kantin Muslim di Guangxi University.
Setelah pengajian, biasanya ditutup dengan berdoa dan makan-makan. Demikian juga penulis dan istri pernah memenuhi undangan pengajian di kantin Muslim di GXUN, tempat penulis mengajar.
Komunitas Muslim Tionghoa sangat terbuka dengan komunitas Muslim dari negara lain, termasuk Indonesia.
Di Masjid Nanning, saat pelaksanaan salat Jumat penulis kerap bertemu dengan komunitas Muslim asal India, Pakistan, Iran, Mauritania, dan Perancis. Alhamdulillah keakraban dan persaudaraan antarkomunitas Muslim di Nanning relatif bagus. Inilah modal sosial (social kapital) dalam syiar dakwah Islam, terkhusus di wilayah RRT.
Tali Silaturahmi
Keempat, komunitas Muslim Indonesia, terutama di Kota Nanning, rutin saling mengunjungi satu sama lain. Penulis dan istri yang tinggal di dalam kampus GXUN sering dikunjungi oleh teman-teman Indonesia.
Begitu pula sebaliknya penulis dan istri mengunjungi teman-teman Indonesia yang sedang studi di kampus lain, seperti Guangxi University dan Guangxi Medical University.
Kegiatan kunjung-mengunjungi mengikat tali silaturahmi di antara kami.
Kegiatan kunjung-mengunjungi itu juga terwujud tatkala sudah kembali ke Tanah Air.
Penulis dan istri yang tinggal di Yogyakarta sering dapat kunjungan dari teman yang tinggal di Kudus, Sragen, Semarang, dan Pekalongan.
Alhamdulillah komunitas Muslim Indonesia di Nanning, terutama yang penulis dan istri temui pada kurun waktu 2013-2015, telah sukses di bidangnya masing-masing. Semoga mereka selalu sehat dan dalam lindungan Allah Swt.(*)
Penulis : Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI UAD; Pengajar Tamu di Guangxi University for Nationalities (GXUN), Guangxi, RRT 2013-2015
KKN UAD Gelar Pelatihan Ecoprint untuk Ibu-Ibu di Padukuhan Pranan
Mahasiswa KKN UAD Sosialisasikan Budidaya Maggot di Dusun Karangtanjung