Radarjambi.co.id-Banyaknya siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng yang belum bisa membaca dengan lancar menjadi salah satu perhatian serius.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Buleleng, tercatat sekitar 400-an siswa mengalami kesulitan membaca. Ratusan siswa tersebut berasal dari 60 SMP yang tersebar di wilayah Kabupaten Buleleng.
Sementara itu, seorang guru di Nusa Tenggara Timur, bernama Julieta Martins (25), juga mengungkapkan bahwa banyak anak didiknya mengalami kesulitan dalam membaca.
Di kelas VII, dari 16 murid yang ia ajar, hanya lima orang yang dapat membaca dengan lancar. Sisanya masih harus mengeja cukup lama, bahkan ada satu murid yang sama sekali belum bisa membaca.
Belakangan ini, wacana memasukkan mata pelajaran (AI) ke dalam kurikulum
pendidikan SD hingga SMA semakin ramai diperbincangkan. Wakil Presiden Gibran
menyebutkan bahwa rencana tersebut telah dibahas dalam rapat bersama Menteri Pendidikan
Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti. "Beberapa hari lalu kita ratas dengan Pak Menteri
Pendidikan juga. Nanti di tahun ajaran baru kita mulai memasukkan kurikulum AI, pelajaran AI di SD, SMP, SMA, SMK juga," ujar Gibran di kampus Binus University.
Sebenarnya, memasukkan mata pelajaran AI ke dalam kurikulum SD hingga SMA
dirasa masih kurang tepat jika melihat kondisi peserta didik saat ini. Anak-anak pada jenjang SD masih berada dalam tahap awal belajar membaca dan memahami informasi.
Bahkan, masih banyak siswa SMP yang belum mampu membaca dengan lancar. Jika pelajaran AI dikenalkan terlalu dini, dikhawatirkan justru akan membebani siswa karena mereka belum memiliki bekal dasar yang memadai.
Akan lebih bijak jika kurikulum saat ini difokuskan terlebih dahulu pada pengembangan kemampuan literasi dan berpikir kritis. Proses pembelajaran idealnya
dibangun dengan pondasi berpikir yang kuat, bukan langsung diperkenalkan pada teknologi yang kompleks.
Penguatan konsep computational thinking di jenjang SMA dapat menjadi langkah awal yang tepat. Computational thinking mengajarkan cara berpikir logis, menyusun
strategi, dan menyelesaikan masalah secara sistematis.
Hal ini akan membantu siswa lebih siap dalam menghadapi perkembangan teknologi di masa depan. Pada kemampuan literasi, sebenarnya ini merupakan pondasi utama dalam proses pembelajaran pada semua jenjang pendidikan. jika tidak mempunyai kemampuan membaca yang baik, kedepannya siswa akan kesulitan jika memahami materi pelajaran maupun informasi yang diberikan.
literasi ini bukan hanya kemampuan mengeja dan membaca teks, tetapi juga mencangkup pemahaman makna dan kemampuan menganalisis informasi. untuk
meningkatkan literasi siswa mungkin diperlukan strategi pembelajaran yang menyeluruh atau dibiasakan di setiap awal pembelajaran siswa diminta agar membaca berbagai jenis teks fiksi dan nonfiksi.
Selain harus mengembangkan kemampuan literasi, kemampuan berpikir kritis/critical
thinking juga perlu dikembangkan karena dapat membentuk siswa dalam berpikir kritis dan logis.
Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran berbasis
masalah yang dimana dapat melatih siswa untuk berpikir kritis sejak dini. dengan ini siswa akan lebih terlatih untuk berpikir mandiri dan logis. dan memperkuat kesiapan sebelum mempelajari teknologi kompleks seperti AI.
Melihat kondisi saat ini sudah seharusnya pemerintah dan menteri pendidikan
memprioritaskan pengembangan kemampuan literasi dan berpikir kritis terlebih dahulu, sebelum memasukan pelajaran AI ke dalam kurikulum.
literasi dan berpikir kritis merupakan pondasi utama yang harus dimiliki setiap siswa agar mampu memahami dan mengelola informasi secara mandiri. tanpa dasar, pembelajaran AI justru akan menjadi sulit dicerna jika siswa belum cukup dalam kemampuan literasi dan berpikir kritis.
Oleh karena itu, penguatan kompetensi dasar seperti membaca, menulis, berpikir logis seperti ini yang harus menjadi fokus utama pendidikan saat ini. Dengan pondasi yang kuat, siswa akan lebih siap dan matang dalam menghadapi tantangan serta peluang di era teknologi dan kecerdasan buatan atau AI di masa depan.(*)
Penulis : Aftiar Riski A, mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Dampak Tambang Nikel di Raja Ampat: Antara Pembangunan dan Pelestarian
Banjir Di Kota Jambi Bukan Takdir, Tapi Warisan Kelalaian Yang Telah Di Ulang