RADARJAMBI.CO.ID, KOTA JAMBI -Berpikir inovatif adalah mengkawani otak kiri (pikir kritis) dan kanan (pikir kreatif). Untuk mengetahui penggunaan otak kiri dan kanan, adalah sikap dalam mengambil keputusan itu otak kanan, seperti keputusan untuk menikah atau melanjutkan pendidikan ke jenjang dengan segala resikonya. Sedangkan otak kiri, lebih menggunakan untuk menganalisa lebih pada tindakan, contoh kalau mahasiswa melakukan demo atau unjuk rasa untuk menyampaikan aspirasi, maka tinggal bagaimana mengelola otak kanan dan otak kiri dalam mengambil keputusan dan sikap untuk menjadi generasi yang kritis, kreatif, rasional dan bertanggungjawab.
Dr Elita Rahmi, dosen Hukum Unja, dihadapan ratusan siswa dan mahasiswa yang hadir dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Komunitas Pemuda Peduli Jambi, menjelaskan bahwa berpikir inovatif ini biasa lebih dimiliki oleh kalangan generasi muda yakni mereka yang berusia dari 16 tahun sampai 30 tahun berdasarkan UU Nomo 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan, dimana mereka memiliki potensi, tanggung jawab, hak, Karakter, kapasitas, aktualisasi diri, cita-cita pemuda, kuantitas dan kualitas. Untuk menciptakan generasi muda yang inovatif, kreatif, dan kritis membutuhkan 21 tahun untuk mendapatkan gelar doctor, tapi untuk mengubah daya piker membutuhkan dua sampai tiga generasi, jadi cukup dengan 21 tahun tapi untuk menciptakan generasi muda yang inovatif dua generasi. Â Â Â
"Apalagi kita akan memasuki Asean Kompetision, dimana kompetisi sudah lintas bangsa dan Negara dengan persaingan teknologi dan kemampuan yang semakin inovatif, maka generasi muda harus siap berkompetisi dengan meningkatkan kemampuan kita, untuk siap bersaing dengan Negara-negara di Asean," jelasnya.
Guna menghadapi perubahan zaman, kata Elita, maka generasi muda harus mengubah cara pemikiran terhadap sesuatu atau yang sudah menjadi tradisi dengan cara berpikir kreatif lagi, dan jangan takut untuk salah.
"Kalau jadi siswa atau mahasiwa harus kreatif, dan kritis dengan cara berkarya. Seperti membuat tulisan-tulisan atau aktif dalam organisasi, dan terus belajar untuk meningkatkan kemampuan di tengah kompetisi-kompetisi yang ada, tidak malas dan berpikir cepat dalam mengambil keputusan dan sikap, apakah bermanfaat atau tidak dan tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak baik, seperti narkoba, tawuran dan lain sebagainya. Sekarang kita tinggal memilih apakah ingin menjadi kompetisitor atau jadi pencundang di Negara sendiri, karena perubahan itu ada di tangan generasi muda, peristiwa 98 adalah perubahan yang dilahirkan dari pemuda sehingga hasilnya seperti yang kita rasakan sekarang," paparnya.
Sementara itu, menurut motivator Bahren Nurdin, yang juga Dosen IAIN STS Jambi ini, mengatakan kenapa pemuda harus berpikir kritis, rasional, kreatif, dan bertanggungjawab. Karena pemuda diminta untuk lebih merubah cara berpikir kita dari primitive ke pemikiran yang intelektual, karena generasi muda adalah kaum intelektual yang dapat mengubah cara berpikir dan cara memandang atau melihat suatu masalah dari sudut yang berbeda atau sama dengan orang lain adalah untuk menentukan sikap anda sebagai generasi muda melihat masalah secara komprehensif, dengan mencari solusi dan keterampilan yang dibentuk melalui proses.
"Syarat utama untuk berpikir kritis adalah mencari dan mencoba dengan melihat sesutau dengan cara berbeda yang akan menentukan kritis walaupun objeknya sama, maka keterampilan melihat sesuatu yang berbeda dan komprehensif, keputusan adalah keterampilan yang didapatkan dari proses bukan hadiah dari Tuhan," kata Bahren.
Manfaat berpikir kritis bagi pelajar, mahasiswa, kata Bahren, adalah membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat argument, mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas, mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif, membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan yang kuat, membiasakan berpikiran terbuka, mengkomunikasikan gagasan, pendapat, dan solusi dengan jelas kepada lainnya. Dengan ciri-ciri orang sukses adalah penuh percaya diri, menghadapi masalah sebagai tantangan bersikap positif, berkata “saya bisa†memecahkan masalah, selalu berprestasi, melihat cahaya dalam kegelapan, tidak pernah mengeluh, berdisiplin, kaya kreatifitas, berpandangan luas, cermat dalam bekerja, tahu menempatkan diri.
Sebaliknya orang yang kurang kritis dan kreatif dan rasional akan beralasan sejuta alasan sedangkan orang yang berpikir kreatif akan sejuta jalan karena dengan keyakinan diri, adalah kekuatan pendobrak yang luar biasa, dan jangan takut untuk berubah dan berpikir ke depan karena anda sendiri yang menentukan perubahan itu sendiri.(tia)
KPU Gelar Debat Publik Kedua Calon Bupati dan Wakil Bupati Merangin