MERANGSANG DESA WISATA DI JAMBI

Jumat, 28 Juli 2017 - 15:11:39


/

Oleh: Mochammad Farisi

PERGESERAN  arah pembangunan yang berpusat pada daerah pinggiran dan pedesaan harus dimanfaatkan dengan kreatif oleh masyarakat desa.

Konsep desa wisata “kampung tematik” di beberapa daerah telah terbukti ampuh meningkatkan kunjungan wisata ke sejumlah lokasi didesa yang sebelumnya tidak pernah dilirik oleh wisatawan.

Konsep desa wisata ini juga sangat sejalan dengan tema hari lingkungan hidup sedunia tahun 2017 yang diperingati setiap tanggal 5 Juni yaitu “conneting People to Nature” atau bahasa sederhananya adalah berhubungan dengan alam dengan cara mengenali, menikmati keindahan dan kekayaan alam disekitar kita.

Indonesia beruntung dengan pesona zamrud katulistiwa, memiliki banyak bentang alam yang sungguh elok nan indah dibalut kearifan lokal masyarakat desa.  

Potensi yang sangat besar ini tidak boleh dibiarkan ”tidur” kita harus terus mengedukasi dan memotifasi masyarakat desa untuk bangun bersinergi menggeliatkan desa wisata yang saya yakin mampu menjadi penggerak roda ekonomi baru di desa.

Beberapa daerah telah sukses mengembangkan konsep ini, pernah dengar kampung pelangi di Kota Malang ? saya sangat familiar dengan daerah tersebut karena benar-benar berasal dari sana.

Sebuah kampung padat penduduk dan kumuh di sepanjang aliran Sungai Brantas disulap menjadi destinasi wisata yang sangat indah dengan mengecat warna-warni dinding dan atap rumah sehingga terlihat seperti "mejikuhibiniu".

Kota Semarang juga punya Desa Wisata Kandri, di Kec. Gunungpati. Wisata yang ditawarkan adalah hamparan hijau sawah dan kolam ikan di bungkus dengan adveture outbond untuk merasakan langsung aktifitas warga desa seperti bertani, beternak dan berkebun.

Tidak perlu keahlian khusus dalam konsep wisata ini karena yang ditawarkan adalah aktifitas kehidupan masyarakat desa sehari-hari.

Bila mau searching di google masiiih banyak lagi desa yang sukses merubah wajah desa/kampung nya menjadi desa wisata. Menariknya konsep ini tidak membutuhkan dana yang besar karena memanfaatkan kondisi alam dan kearifan lokal masyarakat.

Hanya perlu kejelian dan kreatifitas untuk mengemas dan memasarkan kepada masyarakat luar, dengan adanya jaringan internet saya fikir bukan hal susah mempromosikan desa saat ini.

Konsep ini desa wisata ini atau kampung tematik ini harus disesuaikan dengan karakter desanya, misalnya bila masyarakatnya banyak membuat batik maka menjadi wisata desa batik, bila banyak ikan bandeng maka jadi wisata desa bandeng, bila banyak pembuat jamu gendong maka menjadi desa jamu gendong dengan meracik sendiri rempah-rempah seperti jahe merah, kunir, dan tanaman obat lainnya, menarik bukan.

Bagaimana dengan di Jambi? saya sangat optimis konsep desa wisata ini sangat marketable, banyak potensi yang bisa digarap menjadi wisata tematik, seperti desa wisata ndodos sawit, desa wisata menyadap karet, desa wisata bunga, desa wisata rumah adat, desa wisata kerajinan kayu, desa agro wisata semangka, desa wisata sungai, dsb.

Saya pernah ke LA bukan Los Angeles, tapi Desa Lopak Aur Kab. Batang Hari sebuah desa yang mempunya potensi pantai sungai dengan sunset yang sangat indah,

pernah juga memancing di Desa Lubuk Ruso menyusuri anak sungai Batang Hari dengan “ketek”  dengan pemadangan hutan yang masih alami banyak monyet dan burung-burung liar menyapa sepanjang perjalan, sungguh damai rasanya kembali  ke alam. Bila dikelola dengan baik menjadi wisata tematik akan menarik wisatawan.

Kemarin Rabu (26/07) saya memetik diskusi mengenai desa internet di Kec. Pemayung yang dihadiri oleh 18 Ketua BPD dan perwakilan masyarakat desa, salah satu ketua BPD tertarik dengan konsep wisata tematik  dan bercerita bahwa didaerahnya ada danau yang sangat bagus tapi blm maksimal di kelola, bagaimana cara mengelolanya?

Ini masalah klasik, potensi desa yang menawarkan keindahan alam dan kearifan lokal di sejumlah daerah belum diikuti kualitas pengelolaannya. Peningkatan mutu sumber daya manusia melalui pemberdayaan warga, pelatihan dan bimbingan teknis menjadi kunci agar desa wisata kian berkembang.

Mahasiswa bisa mengambil peran menjadi pendamping desa wisata dan membuat pusat ekomoni baru di desa.

Pengelolaan Desa Wisata

Pertama jangan manja menunggu perhatian atau bahkan dana dari pemda, prosesnya lama. Saatnya desa harus Aktif, Kreatif, Inovatif dan Komunikatif (AKIK) mengelola desanya dengan memanfaatkan Dana Desanya sendiri (APBDes).

Kedua mindset masyarakat harus seiring seirama, kades, BPD dan semua stakeholder desa harus bersinergi samakan persepsi untuk membuat desa wisata.

Ketiga amati potensi apa saja didesa yang bisa di eksplore misalnya perpaduan antara keindahan danau, kuliner ikan khas desa, tanaman bunga khas desa, kerajinan tangan, serta dibumbui dengan cerita-cerita rakyat folklor , misalnya apabila mandi didanu konon akan awet muda dan rukun bersama pasangan.

Keempat, masyarakat harus mulai dibiasakan mempraktekkan konsep dasar wisata yaitu Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan). Wisatawan yang datang harus merasa aman dan tidak takut akan tindak kejahatan atau bahaya alam yang terjadi (safety), jalan masuk desa sampai ke lokasi wisata harus bersih dan rapi, ada tempat parkir, toilet umum yang bersih dan terawat dan yang paling penting adalah keramahtamahan masyarakatnya. Rumus yg cespleng.

Kelima, Infrasruktur dasar juga harus dibangun, tidak harus aspal mulus, jalan tanahpun tidak masalah biar terasa adventurenya asal mulus dan ada penunjuk jalan yang jelas terpasang.

Bila lokasi desa wisata jaraknya jauh dan harus menginap, maka homestay menjadi pilihan penginapan yang harus ada, manfaatkan rumah tradisional penduduk yang penting MCK nya bersih dan air lancar.

Tidak kalah penting desa mesti membuat Peraturan Desa (Perdes) sebagai landasan hukum dalam pengelolaan, pembentukan sturktur kelembagaan desa wisata supaya akuntable transparan dan berazazkan kemanfaatan.

Keenam, membuat paket desa wisata yang berisi profil desa mulai dari arah jalan menuju desa, biaya akomodasi, spot-spot wisata dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, diceritakan secara menarik dan menggugah selera.

Terakhir yang ketujuh, membuat website desa dan mempromosikan lewat dunia maya secara masif.

Saat nya desa berdikari, menggaali potensi dan berani berinovasi membuat desa wisata tematik untuk menggerakkan ekonomi. (penulis dosen Fisipol Unja)


Editor: Gustav