Kepala Daerah Nyabu, Kepercayaan Rakyat (Akan) Memudar Oleh: Khotib Syarbini

Selasa, 15 Maret 2016 - 20:22:07


/

ZAMAN sekarang, banyak pejabat negeri ini berbondong-bondong untuk mengejar jabatan dengan dalih mampu menyelesaikan semua persoalan yang ada. Ternyata, apa yang dijanjikan itu, belum tentu bisa membahagiakan rakyatnya. Zaman telah banyak berubah. Zaman membuat banyak para pejabat lupa akan tanggung jawabnya sebagai pengayom rakyat, sebagai pelindung, sebagai pemberi kesejahteraan rakyat. Ternyata itu, sangat jarang terealisasi. Rakyat pada akhirnya tersiksa dengan janji-janji pemimpin yang manis.

Seperti contoh kasus, Bupati Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan, Ahmad Wazir Noviadi terancam dibebastugaskan sebagai kepala daerah, yang baru saja dilantik sebagai Bupati, setelah terbukti positif mengkonsumsi narkoba jenis sabu, pasca digerebek petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat dan Pemprov Sumsel, Minggu (13/3) lalu.

Jika mendengar pernyataan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Reformasi dan Birokrasi (PAN-RB) Yuddy Chrisnandi, setiap kepala daerah yang tersandung masalah hukum akan diberhentikan sementara dari jabatannya sambil menunggu proses hukum.

Selain kepala daerah, Pegawai Negeri Sipil (PNS) sanksinya saja bisa diturunkan pangkatnya, bisa dicobot dari jabatannya, tapi kalau dia pengedar bisa diberhentikan. Penegakkan kasus narkoba, tidak pandang bulu. Meski Presiden Joko Widodo telah pernah mengeksekusi hukuman mati kepada terpindana kasus narkoba, tampaknya tak membuat takut para pelaku dan pemakai narkoba di negeri ini.

Tentu, kondisi ini selain menganggu pemerintah yang baru dipimpin juga berdampak kepada nasib rakyat yang telah mempercayainya untuk memimpin Kabupaten Ogan Ilir tersebut.

Kepercayaan masyarakat dipastikan memudar, jika melihat kondisi para pemimpin negeri dan daerah yang punya banyak persoalan. Apalagi, tragisnya tersangkut kasus narkoba.

Sudah dipilih dari suara rakyat, ternyata berbuat seenaknya tanpa memikirkan akibatnya. Dimana harga diri seorang kepala daerah, jika sudah tersangkut kasus narkoba. Itu baru narkoba. Belum lagi kasus-kasus lainnya. Seperti korupsi. Rakyat sudah bosan dengan kondisi petinggi negeri ini yang dengan seenaknya menghabiskan uang rakyat. Bukannya masalah yang harus diselesaikan, ini malah buat masalah tambah banyak.

Negeri tercinta Indonesia ini harusnya memiliki sosok pemimpin yang memang harus peduli dengan kondisi rakyatnya. Terlebih lagi, kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Banyak, rakyat yang miskin semakin miskin, dan yang kaya semakin menjadi kaya raya.

Jika rakyat sudah bosan dengan cara pemimpin negeri ini memimpin, bagaimana nasib negeri ini jika tidak ada pemimpin. Lagi ada pemimpin saja, negeri ini kacau. Apalagi, tidak ada pemimpin. Rakyat menginginkan pemimpin yang bisa mengayomi, yang mengerti dan tahu kesulitan.

Apalagi, jika rakyat diberikan bantuan yang bisa membangkit perekonomian mereka, sudah tentu akan bisa menyelesaikan satu masalah, dari sekian banyak masalah yang sudah dirasakan rakyat.

Di Kota Jambi sendiri, kepemimpinan duet Walikota Jambi, H Syarif Fasha dan H Abdullah Sani, sejak memimpin sudah gencar melakukan perang terhadap narkoba. Setiap SKPD dicek urinenya, guna memastikan pejabat tidak menggunakan narkoba.

Mulai dari pejabat eselon I, II, III, IV dan hingga dari yang honorer pun dilibas oleh Walikota Jambi. Ini, membuktikan bahwa Pemerintah Kota Jambi, memang serius menghabisi para pemakai narkoba.

Kampungnya saja, seperti di Kelurahan Legok atau sering disebut masyarakat Pulau Pandan, juga sudah dibersihkan oleh Mapolda Jambi beserta jajaran, mulai dari Polresta Jambi.

Ini tentu, mendapatkan dukungan Gubernur Provinsi Jambi, guna menghanguskan para pengendar dan juga pemakai yang tentu, akan merusak moral dan juga generasi muda bangsa.

Kita sama-sama berharap, agar pemimpin di negeri ini bebas dari segala masalah. Mulai dari kurang peduli, korupsi, malas, narkoba dan semuanya. Dan pemimpin di negeri ini juga diharapkan dapat memberi pelayanan kepada masyarakat, bukan untuk dilayani masyarakat.

Kepala daerah, harusnya sadar akan dirinya. Siapa yang membuat dirinya bisa duduk dikursi empuk, siapa yang membuat menikmati mobil mewah, siapa yang membuat dirinya selalu dihormati rakyat, itu sudah pasti rakyatnya sendiri. Makanya, pemimpin negeri ini harus sadar, bahwa beban berat yang sedang dipikul bukan beban sembarang beban. Tapi beban pertanggungjawaban diakhirat kelak.

Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam sudah mengatur sejak awal bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi seorang pemimpin. Ada dua hal yang harus dipahami tentang hakikat kepemimpinan. Yakni, kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran bukan sekedar kontrak sosial antara sang pemimpin dengan rakyatya, tetapi ada ikatan perjanjian antara dia dengan Allah SWT.

Jika berkaca dari AlQuran dan Hadits, pemimpin itu punya tanggung jawab bukan saja kepada rakyatnya, tapi kepada Allah diakhir kelak. Kenapa, masih ada saja di negeri ini banyak pemimpin yang belum sadar akan tanggung jawabnya. Apalagi, dalam beberapa kasus di negeri ini. Setiap ada masalah, pemerintah selalu membentuk tim, tiap masalah selalu membentuk tim, tim semakin banyak, masalah tak usai-usai.

Apa perlu, di negeri ini ada seleksi untuk menjadi pemimpin. Bukan gampang untuk menjadi pemimpin itu. Jika dikaji lebih dalam lagi, salah satu kunci menjadi seorang pemimpin itu menurut penulis, adalah berpegang teguh pada keyakinan AlQuran. Jika itu sudah dipegang oleh calon pemimpin, sudah tentu negeri akan aman dan tentram. Kita tentu akan rindu dengan pemimpin yang bisa tahu kondisi rakyatnya. Kita sama-sama berharap, semoga saja negeri kita ini dianugerahi para pemimpin yang takwa. Dan kita juga berdoa agar pemimpin negeri ini segera sadar akan tugas beratnya. Semoga. (Penulis adalah Pimpinan Redaksi Jambi Star)