Eksistensi Milenial terhadap Revolusi Industri 4.0

Jumat, 17 September 2021 - 15:26:14


Sanny Nofrima
Sanny Nofrima /

Dunia saat ini dikejutkan dengan revolusi Industry 4.0 dimulai pada tahun 2011 dunia telah memasuki era Revolusi Industri keempat.

Bermula di negara-negara maju, yang lebih dikenal dengan industry cyber physical system. European Parliamentary Research Service dalam Davies (2015) menyampaikan bahwa revolusi industri terjadi empat kali.

Revolusi industri pertama terjadi di Inggris pada tahun 1784 dimana penemuan mesin uap dan mekanisasi mulai menggantikan pekerja-an manusia.

Revolusi yang kedua terjadi pada akhir abad ke-19 di mana mesin-mesin produksi yang ditenagai oleh listrik digunakan untuk kegiatan produksi secara masal.

Penggunaan teknologi komputer untuk otomasi manufaktur mulai tahun 1970 menjadi tanda revolusi industri ketiga.

Saat ini, perkembangan yang pesat dari teknologi sensor, interkoneksi, dan analisis data memunculkan gagasan untuk mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut ke dalam berbagai bidang industri.(Prasetyo & Sutopo, 2018)

Revolusi Industri 4.0 yang dicetuskan dalam World Economic Forum (WEF) tahun 2015 oleh Kanselir Jerman, Angela Merkel selain itu Klaus Schwab sebagai founder dari WEF pun getol mempublikasikan jargon industri 4.0 yang kemudian diikuti para pemikir-pemikir dunia lainnya.

Isu penting dalam Industri 4.0 ini adalah bagaimana pemerintah, pelaku industri (besar/kecil), akademisi, dan masyarakat luas menghadapi potensi-potensi disruptive yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang informasi teknologi yang berpengaruh terhadap model bisnis.

Semuanya berimplikasi dengan berubahnya pola bagaimana industri itu sendiri dalam mengelola proses produksinya.Dalam (Andi Nur Bau Massepe, 2018)

Salah satu ciri yang menonjol pada era revolusi industry 4.0 adalah mulai maraknya penggunaan robot yang dapat menggantikan tenaga manusia.

Yang nantinya banyak pekerjaan yang akan digantikan oleh robot, di industri manufaktur mulai dilakukan integrasi melalui penggunaan teknologi wireless dan big data secara massif (Prasetyo & Sutopo, 2018)

Perubahan kehidupan manusia terjadi seiring dengan perkembangan diunia Industri. Revolusi industry keempat merombak struktur kehidupan masyarak serta gaya hidup masyarakat. Dimana manusia dan teknologi salin berinteraksi satu dengan yang lain.

Melalui teknologi yang baru Automasi, analisis Big Data, intergrasi sistem dan simulasi dapat membantu manusia untuk menyelesaikan masalahnya serta mampu meramalkan masalah yang akan terjadi.

Dampak globalisasi yang dihasilakan tidak bisa dibendung lagi, sehingga segala aspek kehidupan mengalami perubahan dengan sangat cepat.

Perubahan ini ditandai dengan teknoligi digital. Dengan demikian, apapun informasi yang dibutuhkan dapat di proses melalui ICT (Informasi and Comunikasi Teknology) yang diwarnai dengan perkembangan internet dan berbagai media sosial.

Seperti instagram, facebook, twitter,dan sebagainya yang saat ini banyak digunakan manusia untuk membantu kegiatan atas akses informasi dan menunjukan eksistensi dirinya.

Dari aktivitas Manusia yang mengakses ICT mrnghasilkan volume data yang besar baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur yang saat ini disebut dengan Big Data.

Fenomena pengunaan internet dan akses media sosial telah menjadi new lifestyle hal ini terlihat pola perilaku akses informasi oleh generasi manusia di seluruh dunia, termasuk juga generasi muda di Indonesia yang hidup di zaman perubahan komunikasi dan internet yang dikenal dengan nama Generasi Milenial.

Generasi milenial atau dikenal juga generasi Y pasca generasi X adalah terminology yang saat ini banyak diperbincangkan.

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) sekitar 50% generasi penduduk produktif berasal dari generasi milenial. Dari data ini dapat diprediksikan bahwa generasi milenial merupakan penyumbang data dalam jumlah yang besar dalam Big Data.

Dapat dibayangkan bagaimana data yang dihasilkan oleh generasi milenian dari kegiatan yang dilakukan setiap hari, mulai dari getget yang sering digunakan dan aktifitas di sosial media. Melalui instagram, facebook, twitter dan lain sebagainya.

Sudah tentu mengasilka sebuah volume data yang besar. Kondisi ini telah memberikan lahan subur bagi pelaku politik, dengan melakukan teknik analis data dengan melihat perilaku pemilih dan nilai dukungan, hasil analis data nantinya digunakan sebagai senjata rahasia untuk mejatuhkan lawan politiknya.

Big Data sangat memaikan peranya dalam kehidupan manusia saat ini, pemanfaatan big data tidak hanya dimanfaatkan dalam menganais kebutuhan konsumen didalam dunia perbisnisan sebagai pencapaiaan kesuksesan namun Big Data juga menajdi sebuah primadona dalam dunia politik untuk meperoleh kekuasaan.

Dalam atikel yang ditulis Nickerson & Rogers, (2014 ) berjudul Politic Campaings And Big Data menjelaskan Big Data menjadi instrument penting dalam melakukan kampanye politik yang digambarkan dalam pemilu di Amerika Serikat di tahun 2012 bagaiman Obama memaksimalkan kampanye dengan memastikan peta basis dukungan melalui analisa data.

Secara sederhana dapat dikatakan Big data sangat berperan dalam konteks ekonomi politik. Inilah tantagan yang akan kita hadapi saat ini. Sudah siapkah kita menghadapi era Big Data.?.

 

Penulis  : Sanny Nofrima (Alumni Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)