Literasi Sejarah di Kota Ngawi

Sabtu, 16 April 2022 - 14:26:38


Ni Masnilam Tantri
Ni Masnilam Tantri /

Radarjambi.co.id-Ngawi merupakan sebuah kabupaten yang berada di ujung barat Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Dilansir dari suara.com, asal-usul ngawi pun berasal dari kata “AWI” yang artinya bambu yang selanjutnya mendapat tambahan huruf sangau “NG” menjadi “NGAWI”. Nama ngawi ini dikait-kaitkan dengan nama tumbuh-tumbuhan.

Ngawi sangat memiliki budaya yang khas, terlebih ngawi juga memiliki riwayat sejarah yang tak kalah menarik. Banyak keunikan dan potensi daerah yang dapat diangkat dan dikembangkan guna untuk kemajuan kota ngawi.

Adapun beberapa tempat bersejarah yang terkenal di ngawi seperti alas ketangga, museum trinil, dan monument surya.

Dikutip dari kompas.com di ngawi ini terdapat sebuah benteng yang dimana benteng tersebut merupakan peninggalan belanda yang dikenal dengan nama Benteng Van de Bosch atau Benteng Pendem (masyakat ngawi menyebutnya) terletak di dalam kota pojok timur laut.

Disudut pertemuan antara Bengawan Solo dengan Bengawan Madiun, benteng ini dibangun sekitar tahun 1839-1845 M, oleh Pemerintah Hidia Belanda.

Banyaknya sejarah yang ada di ngawi bisa menjadi salah satu tempat edukasi bagi masyarakat. Tak hanya pelajar, mahasiswa atau peneliti yang mengunjungi destinasi sejarah tersebut, tetepi kini masyarakat juga peduli dan belajar tentang sejarah bangsanya.

Tentunya hal ini dapat mendorong kemajuan kota Ngawi untuk lebih berorientasi tinggi terhadap tempat-tempat wisata bersejarah tersebut, dengan adanya kepedulian dari masyarakat kini tempat-tempat bersejarah tersebut sangat dikelola dengan baik.

Seperti Benteng Van de Bosch atau Benteng Pendem, saat ini sedang direnovasi guna menjaga agar bangunan tidak makin rusak.

Diketahui dari new.com tak hanya Benteng Pendem saja kini Museum Trinil juga sangat eksis di kota Ngawi jumlah pengunjungnya pun tercatat meningkat, yakni mencapai 6.290 orang.

Kebanyakan yang datang ini adalah rombongan anak-anak dan pelajar, baik dari dalam maupun luar kabupaten Ngawi. Meski jumlah pengunjungnya meningkat tetapi museum ini masih minim wahana tambahan.

Bukan hanya itu saja di museum trinil ini, masih banyak koleksi benda purbakala yang belum teridentifikasi. Sehingga proses edukasi tidak tersalurkan secara maksimal.

Benda-benda purbakala tersebut di antaranya fosil baru yang masig sering ditemukan warga di tepian Sungai Bengawan Solo dan lainnya.

Tempat- tempat tersebut sangat cocok untuk dikunjungi, terutama bagi para pelajar. Karena dapat memberikan edukasi, sekaligus belajar sejarah serta menambah literasi pengetahuan bagi kita semua.

Literasi sejarah sendiri merupakan sebuah literasi yang ditujukan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan serta penalaran mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sejarah.

Media pembelajaran literasi sejarah, khususnya pada jenjang pendidikan formal, biasanya dilakukan melalui studi teks yang tersedia di dalam buku sejarah dan dapat melalui kunjungan ke berbagai museum.

Dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti ini proses literasi menjadi lebih menyenangkan, terlebih anak-anak sekarang kurang gemar membaca buku.

Dengan kemajuan sistem teknologi saat ini, tentunya sangat mendukung berkembangnya jenis display. Dengan diaplikasikannya model komunikasi interpersonal sebuah museum menjadi lebih menarik.

Kegiatan literasinya dapat dilakukan dengan monitor touchscreen yang sudah disediakan. Monitor tersebut berisi berbagai penjelasan dan informasi terkait jenis-jenis arkeologi atau koleksi yang ada di Museum tersebut.

Penyajian dengan sistem seperti itu tentunya bertujuan agar para pelajar merasa terhibur dan tidak merasa bosan.

Jika dikontekstualisasikan, literasi sejarah ini jika disampaikan hanya oleh guru sejarah saja, tentunya akan kurang maksimal terdahap pemahaman siswa. Oleh karena itu diperlukan sumber-sumber sejarah primer dan sekunder.

Penggunaan sumber sejarah baik primer atau sekunder masih sangat sulit dilakukan baik di kelas maupun di luar kelas. Oleh karena itu, saya merasa jika dengan bentuk literasinya berkedok rekreasi seperti ini akan memberikan dampak positif.

Hal tersebut dapat membuat rasa ingin tau pelajar tentang sejarah-sejarah tersebut makin tinggi, tak hanya mendorong pelajar untuk membaca saja, tetapi mereka akan merasa terpacu berpikir kritis, yang memungkinkan mereka akan lebih sering menanyakan hal-hal seputar tentang sejarah tersebut.

Dengan banyaknya point-point positif yang dapat diambil dari literasi sejarah tersebut. Saya sangat berharap sekali masyarakat kota ngawi dapat melakukan pengelolaan atau meningkatkan daya tarik Benteng Van de Boch dan Museum Trinil menjadi lebih menarik.

Bisa dibilang keberadaan Museum Trinil ini cukup dikenal hingga berbagai daerah bahkan sampai luar negeri karena menyimpan banyak ilmu pengetahuan tentang sejarah purbakala.

Jika dilakukan penambahan seperti wahana, spot foto yang menarik, gazebo-gazebo yang ada ditaman, tentunya dapat dipastikan jumlah pengunjung akan semakin ramai.

Saya merasa jika memiliki tingkat literasi yang tinggi, kita mungkin memiliki kesempatan untuk membuat hidup kita lebih baik. Dengan banyaknya pengetahuan yang dimiliki kita akan menjadi lebih percaya diri.

Jika kegiatan literasi terus dilakukan dapat membuat perubahan, memiliki dampak yang besar, dengan segala pertanyaan yang ada.

Dengan demikian, literasi tidak hanya diartikan sebagai membaca dan menulis melainkan literasi juga merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi menggunakan dan mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Sehingga literasi tersebut adalah jawabannya. (***)


Penulis : Ni Masnilam Tantri, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.