Radarjambi.co.id+SUNGAIPENUH - Keberadaan TPS3R yang digembar gemborkan oleh pemerintah Kota Sungaipenuh akan menghasilkan uang dan menambah Pedapatan Desa mulai diragukan.
Pasalnya, 'Pilot Proyek' TPS3R yang direncanakan akan menjadi tambahan penghasilan yang nantinya dikelola oleh BUMDes mulai dikeluhkan.
Tingginya biaya operasional dan tidak lakunya pupuk yang dihasilkan, dinilai tidak sebanding dengan pengeluaran yang dikeluarkan melalui ADD.
"Di Desa Sumur Anyir ini produksinya terus, cuma ini jadi kendala, dimana dipasarkan pupuk hasil TPS3R ini. Pupuk yang diproduksi sudah menumpuk dilokasi produksi" ujar sumber kepada wartawan.
Menurut dia, untuk saat ini jumlah pekerja yang dipekerjakan sebanyak 4 orang dengan gaji sebulannya sebesar Rp. 600 ribu yang dikeluarkan melalui ADD, dan itu belum termasuk untuk biaya operasionalnya.
"Jumlah pekerja 4 orang, satu bulan gaji untuk 1 orang Rp. 600 ribu, kalau 4 orang tentu Rp. 2,4 juta. Belum lagi biaya operasional roda tiga dan biaya operasional produksi," terangnya
"Antara teori dan praktek dilapangan tidak sesuai, kalau begini terus tentu tidak sanggup ADD membiayainya. Jangankan untung, saat ini sudah nampak buntungnya," terangnya
"Kalau ini terus terjadi, tentu akan dievaluasi kembali operasional TPS3R ini, tidak mampulah operasionalnya dibebankan ke Desa," terangnya
Sementara itu, pantauan media dilokasi, bau sangat menyengat dan banyak lalat. Didalam lokasi terlihat pekerja sedang melakukan produksi.
Disudutnya terlihat beberapa tumpukan karung tempat hasil produksi pupuk dan juga terlihat tumpukan pupuk.
"Pak Kades tidak ada sini, coba lihat dikantor," ujar pekerja kepada wartawan
Irwan yang juga petani yang dinilai berhasil menjadi petani di Desanya mengaku terkejut melihat pupuk yang dihasilkan.
Menurutnya, pupuk yang dihasilkan belum tentu steril karena banyak lalat yang menghigap dipupuk tersebut.
"Kalau dilihat dilapangan tadi pupuknya tidak layak dan diragukan berdampak buruk pada tanaman. Karena diduga masih terdapat bahan kimia berbahaya dan tampak berjamur. Lagian terlihat jumlah yang dihasilkan juga sedikit perhatinya.
Lebih baik pupuk kandang dari ternak, harganya hanya Rp. 4000 sekarung tapi sudah diakui banyak petani," ujarnya.
Wartawan berupaya mengkonfirmasikan Kades Desa Sumur Anyir dikantor dan dirumah, namun Kades tidak dapat ditemui hingga berita ini dipublish, Kamis sore ( 22/9/2022).
Ketua BPD Sumur Anyir pun saat dicoba konfirmasi melalui via telpon dan WhatsApp pun belum ada jawaban terkait TPS3R tersebut. (*)
Pemutihan Pajak Kendaraan, Ini Lokasi Pos Samsat di Muarojambi..
Waspada,,,!!! Kasus DBD Meningkat Draktis Di Kota Sungaipenuh
KPU Gelar Debat Publik Kedua Calon Bupati dan Wakil Bupati Merangin