Resesi di Tahun 2023 Apakah Nyata?

Jumat, 30 Desember 2022 - 21:41:31


Sofia Nuring Tyas
Sofia Nuring Tyas /

Radarjambi.co.id- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendefinisikan resesi sebagai kondisi ekonomi sebuah negara yang sedang memburuk.

Resesi ditandai dengan adanya penurunan produk domestik bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, serta pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Terdapat banyak alasan atau sebab mengapa resesi ini bisa terjadi. Dikutip dari laman Gramedia.com, berikut beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya resesi ekonomi pada suatu negara: inflasi, deflasi berlebihan, gelembung aset, guncangan ekonomi yang mendadak, perkembangan teknologi, dan masih banyak lagi.

Berita mengenai resesi ini sudah tersebar luas, seolah tanpa sekat indra pendengaran dan indra mata kerap kali melihat dan mendengar mengenai berita resesi tersebut.

Oleh karena itu, kita sebagai warga Indonesia yang juga bisa sahaja terkena resesi itu wajib mewanti-wanti. Bahkan jika bisa harus mempersiapkan diri, sebab resesi bukanlah masalah sepele.

Mengenai perkembangan teknologi sendiri yang sempat disebutkan di atas, salah satu hal ini sangat bisa menjadi alasan terjadinya resesi.

Mengapa demikian? Alasannya karena semakin berkembang teknologi, maka tenaga atau kinerja manusia akan tergantikan.

Hal tersebut sudah banyak terbukti akhir-akhir ini. Banyak teknologi baru yang tercipta dan dianggap mempermudah pekerjaan, tetapi tanpa sadar justru mempengaruhi tingkat ekonomi terutama bagi individu.

Bukan mustahil jika suatu negara mengalami resesi ekonomi. Selain resesi ekonomi, resesi global pun ada. Dilansir Google Arts & Culture (18/10/2022), menurut International Monetary Fund (IMF) pengertian resesi global sendiri merupakan sebuah keadaan kenaikan (inflasi) Produk Domestik Bruto (PDB) dunia sesuai dengan indikator ekonomi makro dunia. Bahkan negara maju sekalipun.

Beberapa negara yang dipastikan mengalami resesi ekonomi di antaranya Amerika Serikat, Eropa, Inggris, dan China.

Bukan sekadar berita dari masyarakat yang berhasil dibesar-besarkan. Namun, pernyataan ini sudah diperkuat oleh Sri Mulyani yang menyampaikan bahwa keadaan dunia sedang dalam bahaya.

Beberapa hari berselang, Menteri Keuangan menambahkan bahwa akan ada beberapa negara yang dianggap relatif aman terhadap resesi dunia, yaitu emerging economy seperti India, Indonesia, Brasil, dan Meksiko.

Namun, fakta yang perlu diketahui adalah seorang pengamat sebut Indonesia masih aman dari ancaman resesi global 2023. Jakarta (ANTARA) - Mantan Kepala Dewan Pertimbangan Presiden yang juga ekonom senior Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Sri Adiningsih mengatakan bahwa Indonesia memiliki daya tahan dalam menghadapi ancaman resesi global tahun 2023.

Namun, jika ditelaah lebih lanjut, dampak dari negara yang terkena resesi bisa saja sampai ke Indonesia. Berdasarkan kata “daya tahan” sendiri bisa dikatakan jikalau belum pasti bahwa Indonesia terhindari dari resesi.

Bisa saja daya tahan tersebut melemah seiring berjalannya waktu mengingat penyebab alasan terjadinya resesi cukup banyak.

Bahkan bank selaku tempat paling aman untuk menyimpan penghasilan pun bisa terkena dampak dari resesi.

Dalam data survey Bloomberg, Indonesia menjadi satu di antara sedikit negara Asia yang dianggap memiliki probabilitas sangat kecil untuk mengalami resesi. Probabilitas resesi untuk Indonesia pada survei Bloomberg sebesar 3%. Tingkat probabilitas resesi Indonesia lebih rendah dibanding negara ASEAN lainnya, seperti Filipina (8%), Thailand (10%), Vietnam (10%), dan Malaysia (13%).

Indonesia juga jauh lebih resilien dibanding negara-negara sejawat di kawasan Asia pasifik dengan probabilitas resesi tertinggi yakni Sri Lanka (85%), Selandia Baru (33%), Korea Selatan (25%), Jepang (25%), dan Tiongkok (20%).

Berdasarkan data di atas, kemungkinan Indonesia memang tipis. Namun, bukan berarti kita bisa berlagak santai sehingga tidak melakukan tindakan apa-apa untuk berjaga-jaga.

Mengingat 3% tersebut hanyalah sebatas survey, jadi bukan berarti resesi tidak akan pernah terjadi di Indonesia. Terlebih, Indonesia ini termasuk negara berkembang, bukan negara maju. Di mana negara maju saja yang terbilang lebih makmur bisa terkena resesi ini.

Namun, dampak positif dari negara berkembang seperti negara kita ini adalah berlimpahnya sumber daya alam.

Hingga dapat dikatakan bahwa kesempatan untuk menanggulangi resesi apabila sampai terjadi dari segi ekonomi menjadi sedikit lebih mudah.

Berbeda jika dibandingkan dengan negara maju. Dalam negara tersebut sulit untuk bekerja di bidang usaha karena ketatnya persaingan dagang serta langkanya sumber alam mentah karena negara maju hanya sangat mengandalkan sektor industri dan jasa.

Meskipun jika ternyata terbukti benar pada tahun 2023 nanti resesi tidak terjadi, setidaknya usaha yang telah dilakukan tidak sia-sia.

Seperti apa kata pepatah “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Pun jika memang benar terjadi, hal tersebut tidak lagi mengejutkan, sebab pemberitahuan sudah dilakukan dan persiapan setidaknya sudah mulai dikerjakan.

Ditambah resesi juga sudah pernah terjadi. Dalam sejarahnya, sudah ada lima kali resesi global sejak Perang Dunia II, yaitu tahun 1975, 1982, 1991, 2009, dan 2020. Pada 2020, IMF mendeklarasikan resesi global baru yang dijuluki Great Lockdown, akibat penerapan pembatasan selama pandemi Covid-19.

Perlu diketahui pula bahwa, Resesi ini diawali dari krisis, yaitu perekonomian negara yang mengalami penurunan secara drastis. Menurut kacamata Indonesia, setidaknya ada beberapa krisis yang pernah terjadi yaitu krisis 1998, krisis 2008, 2013 dan 2020.

Hingga dapat dikatakan bahwa resesi bukanlah hal baru di suatu negara sehingga penanggulangan atau pencegahan bisa dilakukan lebih awal dan cepat.
Penanggulan tersebut bisa dari berbagai aspek. Baik dari masing-masing individu ataupun dari negara sekali pun.

Berikut ini beberapa cara menghadapi resesi yang sudah dilansir dari berbagai sumber:

1.?Mempersiapkan Diri Jika Suatu Waktu Terkena PHK.
2.?Mulai Mempelajari Keahlian Baru.
3.?Jangan Panik Terhadap Investasi.
4.?4. Cari Alternatif Penghasilan Tambahan di Luar Gaji Pokok.
5.?Minimalisir Pengeluaran yang Tidak Penting.

Lantas untuk penanggulangan secara garis besar, strategi yang bisa diterapkan yaitu dengan belanja besar-besaran agar perputaran ekonomi tidak macet dan dunia usaha tergerak untuk bisa terus berinvestasi.

Dapat dikatakan bahwa resesi pada tahun mendatang nanti memang benar terjadi. Perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun cukup menjadi alasan kuat mengapa krisi tersebut bisa ada.

Terlebih belum lama ini terdapat banyak negara termasuk Indonesia yang baru terhantam oleh virus COVID-19 dalam rentan waktu cukup lama.

Hingga dampaknya pun masih terasa sampai sekarang, baik dari segi ekonomi, sosial, dan lain-lain.

Perlu ditegaskan sekali lagi, di kondisi dunia yang sudah semakin maju ini, keadaan juga kian menua. Banyak kejadian-kejadian yang dapat membantu manusia seperti perkembangan teknologi, tetapi juga bisa menyebabkan adanya resesi dunia.

Hingga dapat disimpulkan bahwa setiap kelebihan pasti memiliki kekurangan di baliknya.

Kita sebagai penduduk Indonesia harus bisa bertindak cerdas. Jika enggan melakukan bagi orang banyak, setidaknya lakukan untuk diri sendiri dengam dalih pertahanan hidup dan kesejahteraan tetap terjaga. (*)

 

Penulis: Sofia Nuring Tyas
Universitas Ahmad Dahlan