Radarjambi.co.id-Pendidikan di Indonesia diatur dalam peraturan yang mewajibkan setiap warganya untuk menempuh pendidikan.
Keberhasilan pendidikan di Indonesia tergantung dari hasil pendidikan itu sendiri, apakah akan lebih baik atau malah sebaliknya.
Hal inilah yang menjadi tolak ukur suatu keberhasilan pendidikan. Pendidikan bisa dibilang bertujuan untuk menyiapkan seseorang untuk menjalani hidup dan membantu seseorang untuk memiliki keahlian dalam menjalani hidup.
Pertanyaannya, apakah pendidikan kita saat ini sudah berperan seperti itu?
Tampaknya sekolah saat ini belum bisa mencapai tujuan pendidikan, karena hal yang dihargai di sekolah saat ini adalah nilai tinggi.
Sayangnya, nilai tinggi di sekolah tidak menjamin seseorang siap untuk menjalani kehidupan.
Di kehidupan nyata masih banyak orang yang memiliki nilai rendah tetapi tetap sukses.
Sering kali kita mendengar pernyataan orang-orang di sekitar kita yang menganggap nilai hasil belajar merupakan hasil dari pendidikan, padahal itu salah besar.
Hakikat pendidikan bukanlah angka tetapi proses. Neil deGrasse Tyson mengatakan “Sekolah me-reward nilai atau IPK, tetapi sayangnya, kehidupan tidak me-reward nilai atau IPK”.
Jadi bagaimana seseorang terbentuk menjadi manusia yang semestinya adalah inti dari pendidikan.
Pendidikan kita hanya menyuruh peserta didik untuk terus-menerus melakukan kegiatan yang sama.
Dampak dari hal tersebut yaitu kreativitas seseorang akan mati perlahan karena mereka tidak diberi ruang untuk melakukan apa yang mau mereka lakukan.
Selain itu, pendidikan kita hanya mengajarkan ‘apa?’ bukan ‘mengapa?’.
Kita memang belajar banyak sekali di sekolah, dan kita tahu apa yang diajarkan.
Namun, apakah kita tahu mengapa itu semua diajarkan? Dan apakah guru bisa menjelaskan mengapa pelajaran-pelajaran tersebut diajarkan di sekolah?
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan yaitu untuk menyiapkan manusia untuk menjalani hidup serta untuk mendapatkan keahlian dalam menjalani hidup.
Sedangkan menurut Ki Hadjar Dewantara, tujuan pendidikan yaitu memerdekakan manusia.
Yang dimaksud memerdekakan adalah selamat dan bahagia, yaitu selamat raganya, bahagia jiwanya.
Dari pernyataan Ki Hadjar Dewantara tersebut memang benar bahwa yang diinginkan manusia adalah mencari keselamatan dan kebahagiaan.
Apakah orang-orang disekitar kita tahu bagaimana cara untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan? Mungkin rata-rata mereka tidak mengetahuinya. Hal ini dikarenakan ketika kita sekolah tidak diajarkan bagaimana caranya untuk selamat dan bahagia.
Padahal menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan harusnya memerdekakan manusia, menghasilkan manusia yang selamat dan bahagia.
Ki Hadjar Dewantara menggunakan istilah memerdekakan manusia dikarenakan pada masa itu Indonesia belum merdeka, dan itu merupakan kebutuhan orang Indonesia pada saat itu.
Semua konsep yang disebut oleh Ki Hadjar Dewantara memang belum terlaksana pada waktu itu karena waktunya yang memang belum siap untuk membahas hal-hal filosofis tersebut di sekolah.
Jika kita melihat pendidikan saat ini yang sudah ada internet dan kemajuan teknologi lainnya mengapa hal tersebut belum juga terlaksana?
Peran Pendidikan
Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa pendidikan punya tiga peran penting. Pertama, memajukan dan menjaga diri. Kedua, memelihara dan menjaga bangsa.
Ketiga, memelihara dan menjaga dunia. Ia juga menyebutnya dengan ‘Filosofi Tri Rahayu’. Ia percaya bahwa semua itu terhubung dan semua itu berkontribusi pada kepentingan yang lebih besar.
Kemudian Ki Hadjar Dewantara juga menyebut peran pendidikan sebagai ‘Trikon’ yang berarti pendidikan itu harus kontinu, konvergen dan konsentris.
Kontinu yang berarti berkelanjutan, artinya apa yang kita capai saat ini merupakan hasil dari apa yang kita pelajari selama ini.
Kemudian konvergen, artinya ilmu itu harus dari berbagai sumber dan carilah ilmu yang kita sukai.
Dan terakhir adalah konsenstris, artinya kita boleh belajar dari sumber luar. Namun, jangan lupa untuk menyesuaikan dengan identitas serta konteks yang ada pada hidup kita masing-masing.
Pendidikan di Indonesia perlu mengajarkan hal-hal yang tidak diajarkan di sekolah.
Misalnya kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, bagaimana caranya berinteraksi sosial, bagaimana caranya mengatur keuangan, bagaimana cara untuk bekerja sama, pengetahuan tentang diri dan lain sebagainya.
Pendidikan kita saat ini sudah melenceng dari tujuan asli pendidikan. Begitu banyak peserta didik yang kini stres, terbebani, dan seakan-akan sekolah di Indonesia terkesan menjajah dibanding memerdekakan.
Kita bisa melihat dunia pendidikan kita saat ini, apakah peserta didik yang setiap harinya sekolah nantinya akan menjadi manusia yang lebih baik? Jika belum, sepertinya pendidikan kita masih jauh dari kata berhasil.(*)
Penulis : Dian Wijayanti, Mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UAD.
KPU Sarolangun Optimalisasikan Pendistribusian Logistik Pilkada 2024