Radarjambi.co.id-Childfree merupakan julukan untuk orang yang memutuskan tidak memiliki anak.
Istilah ini muncul pertama kali di dalam kamus bahasa Inggris Marriam-webster sebelum tahun 1902 yang berarti without children “tanpa anak”.
Banyak orang yang beranggapan bahwa keputusan tersebut adalah keputusan egois.
Meskipun ada yang menganggap hal tersebut dilakukan bukan karena egois, namun menilainya sebagai pemikiran yang matang dan penuh kesadaran.
Seseorang yang memilih untuk memiliki anak berarti harus siap untuk bertanggung jawab sepenuhnya, sebagaimana tanggung jawab orang tua kepada anaknya.
Begitupun ketika seseorang memilih untuk childfree.
Pengamat Sosial Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, mengatakan childfree merupakan fenomena yang sedang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini.
Padahal sebenarnya sudah banyak pasangan yang memutuskan untuk tidak memiliki anak di Indonesia.
Devie menjelaskan meskipun diam dan bungkam sebenarnya sudah banyak orang yang memutuskan untuk childfree.
Apalagi kini banyak generasi muda yang berkeinginan menjadi childfree, hal tersebut karena banyaknya akses informasi mengenai parenting.
Menyebabkan banyak orang yang membenarkan hal tersebut dan berkeinginan untuk hanya menikah saja tanpa mempunyai anak.
Pro Kontra Childfree
Alasan pasangan memilih untuk childfree pertama, adalah memilih untuk lebih fokus pada karier, hobi, dan cita-cita.
Kedua, mungkin memiliki gangguan kesehatan yang sedang dialami sehingga memutuskan untuk tidak memiliki anak terlebih dahulu.
Ketiga, karena merasa tidak pandai dalam mengurus anak. Dari segi lain banyak yang memandang bahwa bersetatus childfree sebagai ketidaksetujuan, di mana hal tersebut banyak ditolak masyarakat memunculkan pikiran negatif, “banyak anak, banyak rezeki”, apabila tidak punya anak siapa yang mengurus kita di masa tua nanti.
Padahal risiko memutuskan untuk tidak memiliki anak jauh lebih tinggi, khusunya pada perempuan karena dapat menimbulkan sakit seperti kanker rahim dan serviks meskipun penelitian ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
Beberapa pendapat setuju dengan childfree menganggap bahwa dengan tidak memiliki anak dapat menghemat keuangan, beranggapan bahwa mengurus anak sulit, dan ada yang mengatakan bahwa childfree bikin awet muda.
Bukankah jaman sudah maju, jika kita kesulitan mengurus anak banyak hal yang bisa kita lakukan seperti menyewa pengasuh untuk mengurus anak.
Jika ingin awet muda dapat melakukan pola hidup sehat dan rajin berolahraga dan menyiapkan jauh-jauh hari untuk biaya masa depan anak.
Dampak Childfree Bagi Pendidikan
Badan Pusat Statistik, TFR (Total Fertility Rate) di Indonesia mengalami penurunan mencapai 2,15 yang sebelumnya 3,10 dan selama periode 1990-2022 angka kelahiran di Indonesia sangat mengalami penurunan sampai dengan 30,64 %.
Hal tersebut karena hasil dari kampanye yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) program KB “Dua anak cukup”.
Meskipun Indonesia memiliki bonus demografi, tetapi Indonesia dapat menghadapi kurangnya produktivitas dengan adanya istilah childfree yang dianggap hal biasa di negara tetangga seperti Jepang, Korea Selatan, China dan Amerika Serikat.
Dampak bagi sekolah bila fenomena childfree memengaruhi ibu-ibu muda dan pasangan muda akan berdampak besar bagi jumlah murid SD, SMP, SMA, bahkan hingga Perguruan Tinggi.
Pendidikan merupakan hal penting dalam membentuk sikap dan karakter pada setiap orang.
Krisis pendidikan mungkin akan menyerang negeri ini 10-20 tahun yang akan datang.
Apabila dari beberapa murid, siswa, dan mahasiswa tidak ada atau sekolah kekurangan kuota maka pemerintah akan menutup sekolah.
Mengakibatkan banyak orang-orang yang terkena PHK atau dengan pensiun dini.
Dampak childfree pada pendidikan menyebabkan banyak kekurangan generasi muda di masa yang akan datang, di mana tidak ada lagi anak-anak yang menuntut ilmu untuk masa depan yang lebih baik.
Kekurangan generasi muda yang pandai dapat berdampak pula pada kemajuan negara, karena dapat menyebabkan negara tidak dapat bersaing baik dari segi pendidikan maupun ekonomi.
Dengan beberapa banyak orang yang memilih untuk childfree, menjadi mimpi buruk untuk kemajuan bangsa.(*)
Penulis : Siti Nur Fatimah, Mahasiswa S-1 PBSI FKIP UAD
KPU Sarolangun Optimalisasikan Pendistribusian Logistik Pilkada 2024