Radarjambi.co.id-Globalisasi dan modernisasi memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan manusia, termasuk perubahan gaya hidup dan tingkat sosial ekonomi.
Perubahan-perubahan ini berkontribusi terhadap peralihan dari penyebab penyakit menjadi penyebab kematian dan dari Penyakit Menular ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Data global, regional dan negara menunjukkan tingkat angka PTM yang mengkhawatirkan.
Dikutip dari laman Dinas kesehatan DIY, bahwasanya Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti stroke, hipertensi, dan diabetes mendominasi daftar 10 besar penyebab kematian di Indonesia dengan angka yang terus meningkat setiap tahunnya.
Mengobati penyakit ini juga memerlukan biaya perawatan kesehatan hingga triliunan setiap tahunnya, yang didanai melalui Jaminan Kesehatan Nasional maupun pembiayaan pribadi. Jika prevalensi nya tidak dapat dikendalikan, penyakit ini dapat memberikan beban ekonomi yang lebih besar di masa depan.
Dikutip dari sehat negeriku website Kemenkes, bahwa PTM juga menyebabkan 36 juta kematian setiap tahunnya.
Jumlah ini menyumbang 63% dari seluruh kematian di seluruh dunia, termasuk 9,1 juta kematian dini yang terjadi pada usia produktif sebelum usia 60 tahun, di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk negara-negara APEC.
PTM dapat menimbulkan konsekuensi sosial dan ekonomi yang serius dan sangat terkait dengan kemiskinan, baik dalam bentuk biaya langsung seperti biaya pengobatan dan rehabilitasi maupun biaya tidak langsung seperti hilangnya pendapatan karena sakit, cacat atau kematian dini.
Peningkatan PTM sebagian disebabkan oleh konsumsi produk tidak sehat seperti tembakau, minuman beralkohol, makanan kemasan atau siap saji serta minuman yang mengandung kalor tinggi.
PTM juga merupakan penyakit yang banyak menyerang manusia di usia produktif yang tidak menjalani pola hidup sehat. Faktor risiko penyakit ini antara lain seperti merokok, kurang aktivitas fisik, kurang makan sayur dan buah, serta obesitas sentral.
Dikutip dari website Kemenkes Sehat negeriku, bahwasanya Menurut Profesor Tjandra Yoga, strategi pengendalian PTM memerlukan sistem kesehatan yang kuat dan peningkatan layanan kesehatan dasar, yang dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap pengobatan PTM.
Untuk itu kesadaran masyarakat memegang peranan penting dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.
“Ini adalah waktu yang tepat untuk membahas dan mengembangkan kerangka kerja Intervensi Berbasis Masyarakat (CIB) untuk mengatasi PTM dengan delegasi dari negara-negara anggota APEC sebagai bagian dari Rencana Aksi Strategi Global untuk Pencegahan dan Pengendalian PTM.” tegas Prof. Tjandra Yoga.
Berkaitan dengan APEC, workshop ini bertujuan untuk mengatur dan melaksanakan pencegahan faktor risiko PTM melalui intervensi berbasis komunitas dengan mempromosikan model intervensi yang sesuai untuk kawasan APEC.
Salah satu strategi intervensi masyarakat yang dikembangkan untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko PTM di Indonesia adalah melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.
Posbindu PTM merupakan hasil keterlibatan masyarakat dalam upaya promosi dan pencegahan yang bertujuan untuk deteksi dini faktor risiko PTM. Kegiatan tersebut dilakukan oleh masyarakat (relawan medis terlatih) dan masyarakat yang mempunyai legitimasi pemerintah daerah, dibimbing atau didukung oleh Puskesmas dan difasilitasi oleh Departemen Kesehatan.
Selama kepemimpinan Indonesia di APEC 2013, Indonesia memprioritaskan penanganan Penyakit Tidak Menular sebagai isu lintas sektoral.
Dampak ekonomi dari intervensi masyarakat ini dapat mencegah PTM dan program pengendaliannya dapat memberikan manfaat bagi perekonomian APEC untuk berinvestasi dalam program pencegahan dan pengendalian PTM.
Sehingga dapat membangun masyarakat yang lebih sehat dan meningkatkan produktivitas ekonomi dan kualitas hidup. Prof. Tjandra Yoga berharap workshop ini dapat menciptakan hubungan jangka panjang untuk berbagi pengalaman dan teknologi dalam mencegah faktor risiko PTM, serta mengembangkan metode intervensi masyarakat yang lebih efektif di masa depan.
Selain kampanye konferensi terkait APEC, kita juga bisa melakukan Deteksi Dini. Apa itu Deteksi Dini? Deteksi Dini adalah upaya untuk mengidentifikasi penyakit/kelainan yang nyata dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur yang dapat digunakan secara tepat untuk membedakan orang yang tampak sehat namun sebenarnya mengalami kelainan.
Deteksi dini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan kadar gula darah, dan pemeriksaan berat badan. Deteksi dini bisa kita lakukan secara rutin dengan berkonsultasi ke dokter di Pusat Kesehatan.
Seperti yang kita tahu, banyak sekali korban yang diakibatkan oleh Penyakit Tidak Menular (PTM), tidak hanya dikarenakan meminum-minuman beralkohol, tetapi juga dikarenakan faktor pola hidup yang tidak baik.
Oleh karena itu, supaya kita dapat mengendalikan prevalensi, mari kita semua harus menjaga pola hidup yang baik dengan menjaga pola makan yang teratur, sering mengonsumsi buah dan sayuran, tidak merokok, tidak meminum-minuman beralkohol, rajin berolahraga, dan menjaga berat badan, serta tidak lupa melakukan Deteksi Dini secara rutin.(*)
Penulis : Risma Diana Permata Sari dan Dhimas Adelia Nirmala Putri dari prodi gizi fakultas kesehatan masyarakat universitas Ahmad Dahlan
Pj Wali Kota Jambi Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Dan Lepas Tim Gabungan Penertiban APK Pilkada