Radarjambi.co.id-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas menyelenggarakan Peluncuran dan Diskusi Buku Sastra Horor dan Industri Ekranisasi.
Buku tersebut memaparkan hasil riset dan kajian tentang beragam kisah horor yang yang lahir dari berbagai wilayah di Indonesia.
Bahkan keberadaaanya hingga kini dipercayai masyarakat memiliki kekuatan mistik yang berdampak bagi kehidupan masyarakat.
Berbagai dampak yang timbul baik positif maupaun negatif menjadikannya menarik untuk dikaji.
Keberadaan kisah horor identik dengan keberadaan suatu lokasi, bangunan, roh halus dan peristiwa sejarah. Terdapat beberapa topik yang menarik dikaji dalam sastra horor.
Seperti halnya horor dalam ritual, horor dalam sastra modern, etnografi horor, horor dalam mantra dan manuskrip, serta horor dalam industri kreatif.
Horor dalam industri kreatif kini kian menjamur. Alih wahana menjadi peluang industri kreatif yang menjanjikan. Sapardi Djoko Damono menjelaskan bahwa alih wahana mencakup kegiatan penerjemahan, penyaduran, pemindahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain.
Alih wahana dapat dimaknai pengubahan jenis ilmu pengetahuan menjadi karya seni. Sebagai contoh cerita rekaan diubah menjadi tari, drama, atau film. Proses alih wahana dari karya sastra ke film atau televisi merupakan dari proses kreatif sastra yang disebut ekranisasi.
Pembuatan film berdasarkan karya sastra dinilai cukup menguntungkan. Hal tersebut dilatarbelakangi adanya pangsa pasar dari penikmat sastra.
Para pembaca yang memiliki kepuasan dalam suatu cerita ketika cerita tersebut difilmkan tentu tidak akan melewatkannya begitu saja.
Hal tersebut dikarenakan mereka telah memiliki gambaran terhadap suatu cerita sehingga ketika di rubah diubah menjadi film memiliki ketertarikan untuk menyaksikannya dalam bentuk audio visual.
Tidak dapat dipungkiri sebagian besar masyarakat Indonesia tertarik dengan hal mistik. Hal tersebut tak luput dari tradisi dan budaya masyarakat Indonesia yang diturunkan oleh nenek moyang berupa animisme dan dinamisme.
Dalam perkembangannya segala sesuatu yang bersifat mistik menjadi daya tarik tersendiri. Perkembangan industri kreatif film horor tidak terlepas dari keberadaan cerita rakyat. Beragam kisah mistik di berbagai daerah banyak diangkat menjadi sebuah film.
Cerita horor yang berasal dari mitos masyarakat Indonesia kemudian diangkat menjadi sebuah film seperti halnya Satu Suro rilis 2018.
Film tersebut menceritakan bagaimana mistisnya malam satu suro yang dipercayai masyarakat jawa sebagai gerbang pembuka dunia gaib. Film yang tak kalah mistik yaitu Tarian Lengger Maut rilis 2021.
Film tersebut mengangkat cerita rakyat dari daerah Banyumas berkisah tetang betapa sakralnya penari lengger tidak sembarang orang bisa menjadi penari. Bahkan ritual tarian lengger dipercaya menjadi tolak bala dari malapetaka.
Kisah tersebut hanya sebagian kecil cerita rakyat yang diangkat menjadi film layar lebar, masih banyak kisah yang lainnya.Film horor tidak dapat dipungkiri memiliki pangasa pasar yang tak pernah sepi dari penonton. Hal tersebut menandakan sastra horor berpotensi besar menjadi industri kreatif.(*)
Penulis : Iis Suwartini, M.Pd. dosen PBSI Universitas Ahmad Dahlan mahasiswa S3 UNS.
Perubahan Perilaku Pemilih: Antara Pragmatisme dan Kesadaran Politik
Antusias dan Semarak Kreativitas Sambut Generasi Baru yang Cerdas
Inovasi Gelar Sosialisasi, Ajak dan Edukasi Siswa-Siswi Bebas Korupsi
Ombudsman Apresiasi Layanan Publik Pemkot Jambi, Raih Predikat Kualitas Tertinggi Se-Provinsi Jambi