Radarjambi.co.id+Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan sebuah karya ilmiah yang disyaratkan bagi guru apabila dirinya ingin naik pangkat.
Dulu, syarat membuat PTK diberlakukan pada guru yang ingin naik pangkat dari golongan IV/a ke golongan IV/b. Kini, syarat serupa diturunkan jenjangnya, dari golongan III/d ke golongan IV/a.
Alhasil, tak sedikit guru mengalami kebingungan saat ingin naik pangkat dan harus membuat/menulis PTK. Apakah gampang menulis PTK?
Terhadap pertanyaan di atas, penulis menjawab singkat: gampang, jika ada kemauan dan kemampuan.
Pertama, guru harus memiliki kemauan untuk menulis PTK. Ibarat kata, PTK layaknya obat untuk penyakit yang terjadi di kelas. Guru harus mau mencari tahu apa obat yang cespleng dalam menyembuhkan penyakit tadi.
Usaha itu, antara lain, dengan banyak membaca buku teori, artikel jurnal hasil penelitian, dan diskusi dengan teman sejawat/anggota MGMP lainnya.
Menulis PTK
Kedua, guru harus memiliki pula kemampuan untuk menulis PTK. Setidaknya, ada tiga kemampuan dalam menulis PTK, yaitu
(1) kemampuan observasi kelas,
(2) kemampuan membaca dan menulis, dan
(3) kemampuan diseminasi. Sebelum membuat proposal PTK, guru harus mengasah kemampuan observasi kelas.
Paling tidak, guru mengobservasi kesulitan macam apa yang dialami oleh siswa-siswanya dalam mata pelajaran yang diampunya sendiri.
Sebagai contoh, dalam kondisi pembelajaran jarak jauh (PJJ), kerap terdengar keluhan keterlambatan siswa dalam mengumpulkan tugas.
Mengatasi hal itu, guru berinovasi dengan memilih Google Classroom (GCR). Penggunaan GCR ternyata membuat siswa-siswa lebih disiplin dalam mengumpulkan tugas.
Hal ini, diakui atau tidak, dapat dijadikan sebagai ide dalam proposal PTK. Kemudian guru mencari buku atau referensi mutakhir terkait aplikasi GCR.
Selain GCR, kita dapat menggunakan aplikasi lainnya. Misalnya, mahasiswa PPG Prajabatan Bidang Bahasa Indonesia FKIP UAD, Nina Alfiani Nur Hikmah, menggunakan aplikasi Wordwall.
Lewat aplikasi itu, Nina membuat PTK berjudul Penerapan Model Small Group Discussion Berbantuan Aplikasi Wordwall pada Materi Teks Eksposisi di Kelas X Fase E3 SMAN 1 Pleret. Siswa antusias belajar teks eksposisi dengan aplikasi Wordwall.
Selain Wordwall, ada pula Quizizz. Mahasiswa PPG Prajabatan Bidang Bahasa Indonesia FKIP UAD lain, Idha Nur Utami, memilih aplikasi Quizizz.
Idha membuat PTK berjudul Pemanfaatan Aplikasi Quizizz pada Materi Teks Eksposisi Peserta Didik Kelas X Fase E2 di SMAN 1 Pleret”.
Respons siswa terhadap pemanfaatan Quizizz atas materi teks eksposisi terbilang baik. Dari respons tersebut, kelak pembelajaran di kelas juga terbilang baik.
Di samping dua aplikasi di atas, mahasiswa PPG Prajabatan Bidang Bahasa Indonesia FKIP UAD, Marieza Pratiwi Nuryanti, memakai aplikasi Genially.
Aplikasi itu ia pakai untuk membuat PTK berjudul “Penerapan Model Team Games Tournament pada Materi Teks Eksposisi Berbantuan Aplikasi Genially di Kelas X SMAN 1 Pleret”.
Siswa yang memakai aplikasi Genially juga antusias dan senang dalam pembelajaran teks eksposisi terkait.
Kemampuan Literasi
Berikutnya, guru dapat mengasah kemampuan membaca dan menulis proposal PTK. Terkait referensi artikel jurnal, guru dapat mengakses Google Scholar (GS).
Lewat GS, guru dapat mencari artikel jurnal yang terbit lima tahun atau sepuluh tahun terakhir.
Diakui atau tidak, saat guru membuat proposal PTK, saat itu pula kemampuan literasinya meningkat. Inilah salah satu keunggulan dari PTK yang akan dilaksanakan oleh guru di kelas/sekolah.
Terakhir, guru perlu mengasah kemampuan diseminasi laporan hasil PTK. Misalnya, diseminasi pada saat pertemuan MGMP per bulan.
Bisa juga diseminasi berupa penerbitan laporan hasil PTK menjadi artikel praktik baik (best practice) di jurnal, artikel populer di koran, dan makalah dalam seminar di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Hemat saya, diseminasi laporan hasil PTK itu penting, agar semua pihak mendapat informasi hasil PTK yang akurat dan menarik.
Akhir kata, membuat/menulis PTK itu gampang asalkan ada kemauan dan kemampuan dari guru.
Dalam hal ini, pihak kepala sekolah/madrasah perlu melaksanakan lokakarya pembuatan proposal PTK dan memberikan insentif bagi guru yang berhasil membuat PTK.
Selain itu, pihak MGMP juga dapat mendukung para anggota untuk mengasah kemauan dan kemampuannya dalam membuat PTK. Mudah-mudahan PTK tidak sesukar yang dibayangkan selama ini.(*)
Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI & PPG Prajabatan FKIP UAD; Mahasiswa S-3 Ilmu Pendidikan Bahasa UNY; Anggota PRM Nogotirto
Padlet sebagai Alat Pembelajaran Kolaboratif yang Menyenangkan
Perubahan Perilaku Pemilih: Antara Pragmatisme dan Kesadaran Politik
SMSI Muaro Jambi Kembali Kenalkan Ilmu Jurnalistik Kepada Para Pelajar SMP