Fasha Kembali jadi Nara Sumber di Kamboja, Ekspos Topik Strategi Pengelolaan Sampah

Selasa, 09 Agustus 2016 - 22:33:29


/

RADARJAMBI.CO.ID, JAMBI- Kota Jambi semakin dikenal dan dipercaya. Selain sukses menggelar berbagai event nasional. Kota Jambi juga dikenal penuh dengan inovasi. Bahkan beberapa daerah menjadikan Kota Jambi sebagai percontohan.

Kepercayaan tersebut diantaranya ditunjukkan semakin seringnya Walikota Jambi H Syarif Fasha, diundang menghadiri berbagai pertemuan nasional maupun internasional. Baru saja menjadi pembicara pada Shouth Asean Cities Summit di New Delhi, kini Walikota Jambi Syarif Fasha kembali diundang sebagai nara sumber pada pertemuan dengan topik strategi pengelolaan sampah di Kota-kota negara Asia yang berlangsung di Siem Reap Kamboja.

Kota Jambi diundang DELGOSEA (Partnership for Democratic Local Governance in Southeast Asia) dan KAS (Konrad Adenauer Stiftung) perwakilan Negara Phillipine melalui UCLG Aspac untuk menghadiri dan berbagi pengalaman tentang “Designs for Success Best Practices in Local Waste Management”.

Pertemuan terbatas ini dihadiri oleh kurang lebih 100 peserta dari 7 negara di Asia, Thailand, Kamboja, Myanmar, Vietnam, Philippina, Indonesia, Laos, termasuk Jerman sebagai utusan perwakilan negara donor.

Acara yang digelar pada 2 hingga 3 Agustus 2016 tersebut salah satunya menghadirkan Walikota Jambi H Syarif Fasha, sebagai satu-satunya delegasi dari Indonesia yang ditunjuk menjadi nara sumber dengan pengalaman best practice dalam pengelolaan sampah terutama Waste to Energy (WTE) “sampah menjadi energy” yang dalam waktu dekat akan diaplikasikan di Pasar Talang Banjar, yang sepenuhnya didanai oleh UNESCAP dan UCLG Aspac.

Dalam eksposnya Fasha menjelaskan manfaat pengelolaan sampah dengan modelWaste to Energy. Ia mengatakan, upaya itu sangat strategis, karena tidak hanya akan mengurangi pengeluaran untuk operasional pengangkutan sampah khususnya di pasar - pasar tradisional tetapi juga akan memberikan keuntungan ekonomi dan sosial lainnya dan tentunya juga sangat ramah lingkungan.

"Di Kota Jambi, seperti layaknya karakteristik kota besar lainnya maka jenis sampah yang dihasilkan didominasi dengan sampah organic (61 persen) dan 39 persen merupakan sampah anorganik. Sampah organik ini merupakan potensi untuk dijadikan Waste to Energy dan Kompost, sementara sampah organiknya dapat menjadi sumber pendapatan baru atau “Waste to Resource,"terang Fasha.

Lebih lanjut, Fasha menjelaskan, bahwa pola WTE ini akan mengurangi sampah dari sumbernya, dimana 5 ton sampah yang dihasilkan di pasar Talang Banjar akan langsung di pilah dan 3 ton akan dijadikan Waste to Energy (listrik) sementara 2 tonnya lagi akan dikomposkan.

"Berdasarkan studi kelayakan dari UCLG dan UNESCAP, Kota Jambi mengeluarkan sekitar 150 ribu rupiah untuk mengangkut sampah perton ke TPA, apabila setiap hari 5 ton sampah dapat dipilah dan diproses di WTE, maka akan menghemat biaya operasional pengangkutan dipasar Talang Banjar sebesar kurang lebih Rp 273 juta pertahunnya.    

Selain itu, WTE juga memberikan keuntungan sosial dan ekonomi untuk pedagang dan masyarakat sekitar pasar, yang jika dinilai secara ekonomi, akan memberikan keuntungan sebesar 250 juta rupiah pertahunnya.

Fasha optimis program WTE di Kota Jambi yang akan menjadi percontohan itu akan menjadi solusi yang produktif dalan pengelolaan sampah yang juga menimbulkan multi player effect. Ia pun optimis, dan berencana untuk menduplikasi program WTE ini disetiap kecamatan, sehingga akan mengurangi biaya operasional pengangkutan sampah yang lebih signifikan, dan tentunya juga dengan program WTE ini juga akan memperpanjang umur Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Talang Gulo Kota Jambi.

Fasha juga berbagi pengalaman dengan menjelaskan beberapa program dan manajemen persampahan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Kota Jambi selama ini, diantaranya Bank Sampah. Kota Jambi sampai saat ini memiliki 61 bank sampah yang aktif, ditambah dengan bank sampah yang dibentuk di sekolah – sekolah. Bank sampah ini berkontribusi mengurangi sampah anorganik sebesar kurang lebih 5 persen.

Fasha juga menjelaskan peran penyapu jalan di Kota Jambi yang berjumlah sekitar 800 petugas harian lapangan, yang bertugas 3 kali sehari. Selain itu juga adanya pengaturan waktu pembuangan sampah dan pemungutan sampah, sehingga pada siang hari tidak ada lagi sampah yang menumpuk di TPS di Kota Jambi.

Dalam paparan yang dilanjutkan dengan diskusi tersebut, Walikota Jambi Syarif Fasha mendapat berbagai apresiasi, termasuk pula pertanyaan. Seperti salah satunya dari delegaai Philipina yang menanyakan mengenai bagaimana cara memasukan pemilahan sampah didunia pendidikan, dan tantangan didalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memilah sampah di Kota Jambi.

Pada kesempatan itu, Fasha menjelaskan bahwa, Pemerintah Kota Jambi telah membuat rekomendasi kesetiap sekolah-sekolah untuk membentuk Bank Sampah dan setiap siswa direkomendasikan untuk membawa paling sedikit 1 sampah anorganik dari rumah untuk disumbangkan ke bank sampah sekolah. Selain itu terdapat 2 buah Sekolah Bank Sampah yang telah dipromosikan ke Amerika Serikat.

Selain itu, Kota Jambi juga telah menerapkan beberapa kegiatan Adiwiyata di beberapa sekolah dengan menerapkan pengelolaan sekolah yang ramah lingkungan, karena menurut Fasha, penerapan pemilahan sampah dan perubahan sikap masyarakat harus dimulai dari pendidikan yang cukup dini, mulai dari TK, dan SD.

Dalam moment kunjungannya keluar negeri tersebut, Walikota Fasha juga tidak luput mengambil berbagai kesempatan guna membangun komunikasi dan kerjasama dengan peserta dari negara lain termasuk perwakikan negara donor.

Walikota Fasha juga berkesempatan menjajaki kerjasama dengan pemerintah Thailand didalam manajemen pengomposan sampah yang telah cukup sukses dilaksanakan di negara tersebut. (advertorial)