Radarjambi.co.id - KOTA JAMBI - Adanya himbauan Presiden Jokowi menyarankan petani tidak lagi menanam kelapa sawit,saat melakukan kunjungan beberapa waktu lalu ke Provinsi Jambi, ternyata bukan serta Merta dikatakan saja. Sebab sawit sudah banyak, dan jika produksi ditambah lagi, nanti harganya malah semakin turun. Hal ini ditegaskan oleh Kepala Dinas perkebunan (Disbun) Provinsi Jambi, Agusrizal.
Kepala Disbun mengatakan kelapa sawit dan tidak dikembangkan dikawasan hutan karena masih banyak tanaman-tanaman lain, sementara dinas perkebunan ini berada diluar kawasan.
"Yang dimaksud pak presiden, khusus yang berada dikawasan hutan. Karena saat ini petani kita sudah tidak fokus penanamannya dalam hutan, menyebabkan kita tidak tahu lagi produktifitas serta luasannya yang begitu besar. Itu yang harus kita kontrol,"tuturnya.
Kendati demikian, Ia menyebutkan bahwa replanting kelapa sawit tetap dilakukan. Karena sudah ada dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
"Tujuannya untuk sawit berkelanjutan begitu juga dengan karet namun perlu dilakukan proses disperifikasi pada satu area. Tidak hanya menanam sawit atau karet saja, namun dirubah jarak tanamnya, jadi ada kesempatan petani menanam tanaman semusim lainnya. Sehingga petani kita tidak tergantung dengan satu komoditi," terangnya.
Untuk anggaran replanting kelapa sawit di Jambi dari awal 2018, Agusrizal menyebut sebanyak Rp 25 juta perhektar, dan telah diglontorkan sebesar Rp 28 milyar.
"Sesuai arahan Presiden Jokowi bahwa di Jambi ini terdapat 4 komoditi yang patut diptioritaskan. Diantaranya kelapa sawit, karet, kelapa, dan kopi. Sisi lain, kita juga mendorong komoditi lada, kulit manis, tebu, tembakau dan nilam yang juga merupakan produk unggulan kita," ujar Agusrizal.
Selain hal tersebut, ia menjelaskan untuk kenaikan harga kelapa sawit tentu adanya kebijakan dari pemerintah. Seperti menghentikan sementara pungutan ekspor CPO.
"Karena harga CPO masih berada di bawah U$ 570 perton. Jika sudah berada diatas standar maka akan dipungut kembali,"sebutnya.
Hingga akhir tahun nanti, Agusrizal memprediksi harga TBS akan naik Rp 50-100 perkilo, dikarena sudah ada penerapan dari pemerintah akan ekspor CPO tidak dipungut.
Kemudian, saat ini TBS mengalami trek atau pengurangan produksi dari batang dan juga panen raya sudah lewat.
"Untuk dalam rangka replanting kan memang tidak adanya dipungut biaya,"tandasnya.
Reporter : E. Haryanto
Editor : Ansori
Fachrori Terima Penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya Dari Kementerian PPPA RI
Fasha Minta Dekranasda Dapat Tingkatkan Percepatan Pembangunan
Fachrori Minta Seluruh Camat Fasilitasi Kebutuhan Masyarakat
XL Axiata Pastikan Konektivitas Lancar untuk Sukseskan Pilkada 2024 di Seluruh Indonesia