Strategi Promosi Perpustakaan Pascapandemi

Sabtu, 09 Oktober 2021 - 11:58:53


Siti Nailissa’diyah
Siti Nailissa’diyah /

Radarjambi.co.id-Telah diketahui bahwa hampir seluruh negara di dunia terdampak wabah Covid-19, termasuk Indonesia.Vaksintelah tersebar dimana-mana yang menandakansebagai upaya pemerintah untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19.

Tapi itu tidak semudah yang dipikirkan, virus menghilang dan masalah pun selesai. Sehingga semuanya bisa berjalan kembali dengan normal seperti sedia kala. Masih perlu banyak persiapan matang untuk beradaptasi lagi dengan situasi dan kondisi yang normal, begitu juga dengan perpustakaan.

Pada zaman sekarang initerdapat 4 perpustakaan di Indonesia, yaitu perpustakaan konvesional, perpustakaan hibrida/hybrid, perpustakaanbookless, dan perpustakaan digital(Harahap, 2018).

Strategi promosi yang digunakan keempat perpustakaan tersebut tidaklah jauh berbeda antara sebelum pandemi dan masa pandemi, yaitu memanfaatkan media sosial baik itu untuk memperkenalkan layanan yang ada diperpustakaan maupun koleksinya, mengadakan seminar, bazar buku, event, kontak langsung, dan publisitas.

Sedangkan, pada masa pandemi perpustakaan beralih pada kegiatan online, seperti seminar menjadi webinar dan tentunya juga merubah bentuk konsep acara, kelas literasi informasi, membuat event/program, bimbingan pemustaka, bedah buku, dan kegiatan lain yang masih berkaitan dengan bertujuan untuk promosi perpustakaan.

Untuk sebagian perpustakaan konvensional, ada yang menutup sementara perpustakaannya atau tetap membukanya namun mengurangi jam layanan dan juga menerapkan protokol kesehatan dengan ketat dan/atau beralih ke perpustakaan hibrida.

Menurut UU No. 43 Tahun 2007, Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

Namun, seiring perkembangan zaman dan teknologi yang semakin hari semakin canggih menuntut perpustakaan  yang sebagai gudangnya pengetahuan dan informasi untuk mengikuti perkembangan tersebut.

Tidak harus langsung berubah menuju perpustakaan digital karena itu pasti juga membutuhkan proses yang tidak semudah yang dikira, Agar perpustakaan konvensional tetap memiliki banyak pengunjung, maka diperlukannya sebuah strategi untuk menarik hati pengunjung.

Begitu juga dengan 3 perpustakaan lainnya, yaitu perpustakaan hibrida,  perpustakaan digital, dan bookles. Meskipun mereka sudah menjamah teknologi jika tidak adanya usaha promosi maka perpustakaan tersebut juga akan mengalami krisis pengunjung. 

Setrategi adalah suatu perencanaan jangka panjang yang disusun untuk mengantarkan pada suatu pencapaian akan tujuan dan sasaran tertentu.

Sedangkan, definsi promosi adalah mekanisme komunikatif persuasif pemasaran dengan memanfaatkan teknik-teknik hubungan masyarakat.

Di dalam perpustakaan sendiri, kegiatan promosi diartikan sebagai bagian dari aktifitas pemasaran perpustakaan.

Tujuannya adalah untuk menggairahkan minat baca serta menambah jumlah orang yang gemar membaca agar koleksi bahan pustaka dapat berfungsi maksimal.

Kegiatan promosi sangatlah penting bagi perpustakaan, apalagi pasca pandemiCovid-19. Mengapa? Karena perilaku pemustaka juga akan mengalami perubahan, sebagaimana perubahan ketika masa pandemi yang sebagian masyarakat beralih menuju perpustakaan digital.

Sebenarnya perubahan perilaku ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, perpustakaan sudah mulai mengikuti perkembangan teknologi informasi.

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya jaringan perpustakaan digital pertama di Indnesia yang mulai beroperasi pada bulan juni 2001. Jaringan  perpustakaan tersebut diberi nama IndonesiaDLN (Digital Library Network)(Wulandari, 2012).

Namun, perubahan yang paling menonjol terhadap pemanfaatan perpustakaan digital oleh pemustaka terlihat jelas pada saat pandemi. Karena adanya PPKM, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.Lalu, strategi promosi perpustakaan seperti apa yang bisa menarik minat kunjung masyarakat pasca pandemi?

Adapun strategi promosi perpustakaan untuk menarik minat kunjung perpustakaan yang bisa digunakan pasca pandemi yang mana  masih berhubungan dengan strategi promosi sebelum pandemi. Antara lain:

  1. Membuat Event Menarik

Sudah pasti tidak asing lagi mendengar kata “event”. Event diartikan sebagai sebuah kegiatan atau peristiwa yang sengaja dibuat untuk membangun interaksi dengan para pengunjung sehingga memberikan pengalaman yang menarik dan mengesankan secara langsung.

Makna “menarik” bisa diartikan “menyenangkan”. Menurut saya, sebuah event dapat dikatakan menarik jika event tersebut berkaitan dengan zaman sekarang khususnya untuk generasi Z.

Sebagus apapun judul atau tema dalam event tersebut jika tidak memiliki kemanfaatan khusus bagi masyarakat era sekarang, maka event tersebut akan sepi peminatnya.

Kemanfaatan khusus sendiri dilihat dari seberapa keuntungan dari event tesebut untuk mengatasi masalah masyarakat yang sedang di alami sekarang ini. Sebelum benar-benar menentukan tema dan judul event, alangkah baiknya melakukan pengamatan terlebihh dahulu dengan kehidupan sehari-hari

Contoh seperti event yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Pusaka Mandiri yang terletak di Provinsi Lampung lebih tepatnya di Kabupaten Lambar yang telah masuk nominasi pada lomba Perpustakaan Umum di Tingkat Nasional pada bulan september 2021.

Adapun kegiatan program yang diadakan antara lain, program PM (Pagi Membaca) bagi pelajar, pojok belajar bagi desa/pekon, membuat aplikasi perpustakaan digital (E-Pusdakap) yang bisa dikases di android cukup dengan mendownload di aplikasi play store(Lampung Barat, 2021).

2. Bimbingan Pemustaka

Bimbingan pemustaka merupakan salah satu komponen wajib yang harus dilaksanakan oleh perpustakaan.

Tujuannya untuk meperkenalkan perpustakana secara keseluruhan, baik koleksi, layanan, fasilitas, sarana dan prasarana, peraturan, penelusuran informasi, peminjaman, pengembalain, dan sebagainya.

Pasti akan terjadi perbedaan layanan, peraturan, dan yang sudah dijelaskan pada kalimat sebelumnya di perpustakaan antara sebelum, selama, dan setelah pandemi Covid-19, meskipun tidak semuanya.

Contoh kecilnya, sebelum pandemi pemustaka melayani tatap muka pengunjung yang datang ke perpustakaan. Pada masa pandemi, layanan tersebut beralih menjadi layanan digital ditambah lagi adanya PSBB berlanjut PPKM.

Setelah pandemi layanan tersebut pastinya akan berubah lagi dikarenakan beberapa alasan berupa menyiapkan pustakawan rujukan yang memiliki pribadi ramah, rapi, untuk menarik hati pemustaka yang baru bangun dari zona nyamannya menggunakan perpustakaan digital.

Tentunya tetap diterapkannya protokol kesehatan untuk berantisipasi, dan sebagainya. Begitu juga peraturan antara masa pandemi dan pasca pandemi, setelah pasca pandemi saya yakin peraturan di perpustakaan sedikit longgar dari pada masa pandemi.

Contonya, pengunjung yang diizinkan datang ke perpustakaan tidak lagi dibatasi sehingga siapapun bisa datang berkunjung ke perpustakaan dengan syarat tetap mematuhi protokol kesehatan.

3. Memanfaatkan Media Sosial

Sebelum pandemi Covid-19, era milenial sudah masuk di Indonesia. Perpustakaan sudah menggunakan media sosial sebagai saranan promosi, seperti facebook, instragram, youtube, linkedin, dan perpustakaan mobile.

Lalu bagaimana promosi pascapandemi? Apakah media sosial masih perlu digunakan? Menurut saya, justru ini menjadi peluang besar bagi

perpustakaan meningkatkan promosinya untuk menarik pengunjung datang kembali ke perpustakaan melalui media sosial.

Semakin lama pengguna aktif menggunakan media sosial maka akan semakin banyak pula pengikut yang mengikuti akun media sosial tersebut, sebagaimana akun media sosial milik perpustakaan.

Sehingga akan mempermudahakan penyampaian pesan kepada masyarakat luas. Apalagi masa pandemi seperti ini, banyak orang yang meluangkan waktunya untuk bermain media sosial.

4. Desain Interior Perpustakaan

Desain Interior adalah gagasan awal yangdiperuntuhkan bagi suatu ruang atau suatu perencanaan dari bagian dalam suatubangunan sehingga ruang tersebut memiliki nilai kehidupan estetika(Mansyur, 2017).

Desain interior juga berpengaruh untuk menarik minat kunjung pengunjung dan kenyamanan pengunjung yang berada di perpustakaan.

Tidak lepas dari fungsi perpustakaan sebagai tempat temu kembali informasi. Tujuan pemustaka berkunjung pun berbeda-beda, ada yang berkunjung karena membutuhkan informasi tersebut dan ada juga yang berkunjung untuk memanfaatkan waktu luang guna membaca saja.

Bisa dikatakan menjadikan perpustakaan sebagai tempat refresing. Dan dalam hal ini, seseorang dapat menyerap bahan bacaan dengan baik jika tersedianya tempat membaca yang nyaman.

Di masa pandemi, jumlah pengunjung yang datang ke perpustakaan mengalami penurunan. Kesempatan bagi perpustakaan untuk menata desain interior perpustakaan yang masih kurang agar lebih cantik ketika dipandang.

Contohnya, seperti mewarnai dinding yang sudah luntur catnya, menambah dekorasi ruangan gedung seperti menambahkan tanaman hias penyaring udara di dalam ruangan seperti tanaman palem jari, sri gading, lidah mertua, palem parlor, dsb., lukisan dua atau tiga dimensi di dinding, mengubah desain tatanan tempat duduk pemustaka agar terlihat menarik.

Namun, untuk desain interior ini anggaran yang menjadi kendala utama. Untuk memperoleh anggaran tersebut, perpustakaan dapat membuka ladang bisnisdi dalam perpustakaan itu sendiri.

Contohnya adalahpenyediaan peralatan komputer untuk di sewakan kepada pengguna dalam rangka penulisan, fotokopi, penjilidan, wartel, kafenet dan penjualan pulsa, jasa penelusuran literature, jasa internet, serta penyediaan kafe(Musrifah, 2020).

 5.Tetap Mengadakan Webinar

Pandemi memang merupakan salah satu faktor perubahan layanan perpustakaan menjadi digital. Namun, sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jaringan perpustakaan digital di Indonesia sudah ada pada tahun 2001 dan pertama kali di operasikan pada bulan Juni.

Dan tetapnya diadakan kegiatan daring seperti webinar bertujuan agar perpustakaan tetap bisa tampil ditengah zaman yang sera digital. Sekarang hampir semua permasalahan dipermudahkan dengan teknologi.

Dulu untuk mengikuti seminar memerlukan biaya yang tidak sedikit, tidak hanya uang saku saja, ada uang untuk perjalanannya pergi pulang  dan uang untuk penginapan apabila tempat seminarnya jauh. 

Bagaimana sekarang? Meskipun terdapat uang registrasi pada saat pendaftaran webinar, uang tersebut tidak sebanding dengan uang yang dibutuhkan untuk mengikuti seminar. Dan ini akan sangat membantu bagi kalangan menengah.

6.Bedah Buku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bedah buku berarti pembicaraan dan diskusi mengenai isi buku. Kegiatan bedah buku ini biasanya dilaksanakan dalam bentuk seminar atau webinar.

Di Perpustakaan Bank Indonesia Semarang, kegiatan buku ini membawa dampak positif untuk menjadi sarana promosi perpustakaan(Lusi Setyo Wulandari, Rukiyah, 2015).

Dalam bedah buku, peserta yang ditargetkan bukan hanya pustakawan atau anggota perpustakaan tersebut, melainkan juga untuk masyarakat umum. Hal ini dapat menjadi peluang bagi pustakawan untuk mengenalkan perpustakaannya kepada para peserta bedah buku.

7.Pameran dan Bazar Buku

Kegiatan pameran buku dan bazar buku  menurut saya hampir sama dengan Bedah buku hanya beda konsep acaranya saja. Yakni, sama-sama mengundang pihak luar kemudian menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan promosi memperkenalkan perpustakaan kepada pengunjung.

Untuk kegiatan pameran buku dan bazar buku, perpustakaan  dapat bekerja sama dengan para penerbit lokal untuk menambah koleksi-koleksi buku yang belum ada di Perpustakaan.

Sehingga pengunjung lebih tertarik untuk datang dengan adanya buku-buku baru yang dipamerkan dan di jual.

Kesimpulannya adalah promosi tetap harus dilakukan oleh suatu lembaga untuk memasarkan produknya. Begitu juga perpustakaan yang memiliki ragam banyak koleksi baik dalam bentuk fisik maupun digital.

Apalagi pasca pandemi yang mana pada masa pandemi para pemustaka sebelumnya lebih menggunakan perpustakaan digital baik mulai dari layanan maupun koleksi yang dipinjam.

Untuk strategi promosi sendiri pun bisa dikatakan tidak  berubah dengan strategi promosi sebelum pandemi.

Hanya saja untuk strategi promosi pasca pandemi lebih difokuskan memanfaatkan teknologi informasi untuk penyebaran kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh perpustakaan.

Sehingga pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari daerah sekitar melainkan seluruh Indonesia bahkan jika beruntung, orang dari luar negeri yang tertarik juga akandatang untuk mengikuti kegiatan tersebut sekaligus kesempatan bagi kita memperkenalkan “ini loh perpustakaan yang ada di Indonesia!”.

Adapun strategi yang bisa diterapkan oleh perpustakaan pasca pandemi antara lain; mengadakan event menarik, bimbingan pemustaka pasca pandemi, memanfaatkan media sosial sebagai wadah promosi, mendesain interior perpustakaan, tetap mengadakan webinar, bedah buku, serta pameran dan bazar buku.

Penulis:

Siti Nailissa’diyah, Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Negeri Malang; Peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Dalam Negeri (PMM-DN) Tahun 2021.