Kelangsungan Pendidikan Anak di Masa Pandemi

Selasa, 12 April 2022 - 11:53:10


Hilman Yusra, S.Pd., M.Pd
Hilman Yusra, S.Pd., M.Pd /

radarjambi.co.id-Dua tahun berjalan pandemi covid-19 melanda dunia dan hampir semua aspek kehidupan mengalami perubahaan yang sangat tajam. Mulai dari perekonomian yang semakin lemah dan hubungan sosial semakin menurun yang menyebabkan kurangnya interaksi dan kepedulian terhadap sesama. Tak terkecuali juga berpengaruh pada dunia pendidikan. Mau tidak mau kita harus siap menghadapi perubahan ini, karena cepat atau lambat pendidikan akan mengalami perubahan drastis akibat pandemi covid-19.

Pada awal pademi covid-19 pemerintah pusat telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan, salah satunya meliburkan aktivitas (tatap muka) seluruh lembaga-lembaga pendidikan, hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan penularan virus corona atau covid-19. Hal ini tentu saja berdampak besar pada perkembangan pendidikan anak yang saat ini dituntut untuk belajar mandiri, belajar secara daring (dalam jaringan).

Pembelajaran secara daring atau online merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antar guru dan siswa tetapi pembelajaran yang dilakukan melalui jaringan internet. Hal ini merupakan tantangan besar bagi seorang guru, karena dalam kondisi seperti ini guru pun dituntut untuk bisa mengelolah, mendesain media pembelajaran (media online) yang menarik dan sedemikian rupa guna untuk mencapai tujuan pembelajaran dan untuk mencegah atau mengantisipasi kebosanan siswa dalam pembelajaran model daring tersebut.

Bukan hanya itu saja dalam penerapan belajar secara online tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan saat belajar yang dipicu oleh faktor : pertama, siswa yang belum memiliki handphone, siswa yang belum mengetahui banyak tentang penggunaan teknologi, kasus ini banyak terjadi pada siswa tingkat TK dan SD (Sekolah Dasar). Selain itu, masalah utama yang dialami siswa adalah jaringan yang tidak memadai. Hal ini merupakan tantangan besar bagi siswa dan tak terkecuali bagi orang tua karena orang tualah yang dituntut untuk mendampingi siswa dalam proses belajar online tersebut. Seperti diketahui, masih banyak orang tua yang kurang paham mengenai penggunakan teknologi, jelas hal ini akan mengahmbat keaktifan siswa atau anak dalam proses belajar secara daring.

Kedua, kurangnya interaksi fisik antara guru dan siswa karena dalam pemebelajaran secara daring siswa hanya diberikan tugas melalui via whatsapp, classroom atau pun melalui zoom. Kebanyak siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas dikarenakan tidak ada penjelasan awal dari guru tentang tugas yang diberikan tersebut. Peserta didik hanya dituntut untuk dapat mengerjakan tugas tanpa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu, akibatnya banyak siswa yang mengeluh dan tidak bersemangat lagi untuk mengerjakan tugas tersebut.

Ketiga, tugas yang diberikan guru terlalu banyak, sementara waktu yang diberikan sangat singkat. Bagaimana anak bisa belajar dengan baik dalam konsisi seperti ini?.

Keempat, akibat kurangnya interaksi langsung antara guru dan siswa, otomatis berkuranglah internalisasi nilai-nilai karakter yang semestinya harus ditananmkan seorang guru ke dalam diri siswa. Ini mengakibatkan degradasi moral pada anak atau siswa, karena tugas seorang guru bukan hanya mengajar, mentrasfer ilmu pengetahuan (pelajaran) saja, tetapi seorang guru juga dituntut untk mendiidk (pembentukan akhlak dan karakter) siswa. Namun, hal ini tidak boleh mematahkan semangat guru dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik dan juga tidak boleh mematahkan semangat siswa dalam belajar. Dan pandemi covid-19 ini juga tidak boleh mematahkan semangat dan harapan kita semua.

Di balik kesedihan yang dilanda seluruh belahan dunia akibat pandemi covid-19 ini kita harus mampu mengambil hikmahnya. Pandemi covid-19 ini mungkin saja datang sebagai ujian untuk kita semua, apakah kita mampu mencerdaskan kehidupan bangsa walaupun dalam kondisi seperti saat ini. (Hilman Yusra, S.Pd., M.Pd, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Jambi)