Tingkatkan Minat baca Siswa SD Melalui Program Student Digital Literacy Movemen

Rabu, 29 Juni 2022 - 21:24:45


Ilustrasi
Ilustrasi /
Minat baca merupakan hal yang paling dasar yang harus dimiliki seseorang. Sebelum sampai pada kemampuan membaca, seseorang harus memiliki minat membaca. Minat ini akan menjadi dasar keberhasilan aktivitas membaca.
 
Karena keterampilan membaca yang baik bisa menjadi dasar untuk lebih banyak belajar. Keterampilan ini penting untuk pertumbuhan intelektual semua siswa ialah kepentingan dan akan bermanfaat bagi kehidupan mereka.
 
Jika seseorang tidak mempunya minat baca sejak dini maka bacaan apapun yang dibaca hasilnya akan sia sia.
 
Hal ini dikarenakan tidak adanya ketertarikan dalam diri seseorang untuk membaca dan tidak ada kemauan membaca untuk dijadikan sebagai suatu aktifitas sehari-hari atau sebagai kebutuhan. 
 
Dikutip dari jurnal review Pendidikan dasar yang ditulis Rohim dan Rahmawati menyatakan Di era pendidikan 4.0, minat baca siswa khususnya siswa di level sekolah dasar perlu ditingkatkan.
 
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan menuntut setiap siswa memiliki kemampuan baca dan tulis yang lebih, dengan tujuan agar siswa memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup untuk dapat bersaing dan mengikuti perkembangan zaman.
 
Kemampuan membaca memiliki andil dan merupakan salah satu penentu sukses tidaknya seseorang, hal ini disebabkan karena semua akses informasi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki selalu berkaitan dengan kegiatan membaca.
 
Berdasarkan hasil PISA 2009 dinyatakan bahwa siswa Indonesia ada pada peringkat ke 57 dengan perolehan skor 396 dimana skor rata – rata OECD 493, sedangkan hasil PISA 2012 memperlihatkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat ke 64 dengan skor 396 dimana skor rata-rata OECD 496 dengan jumlah negara yang berpartisipasi dalam pisa 2009 dan 2012 sebanyak 65.
 
Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa minat baca siswa di Indonesia masih rendah..
Masalah yang sering muncul yaitu  siswa sekolah dasar mulai malas untuk melakukan aktvitas baca karena terlalu sering dimanjakan oleh rangkuman-rangkuman materi pelajaran yang tersedia melimpah di internet.
 
Tentu saja yang mereka lakukan tidak didasari atas dorongan minat baca yang tinggi. Tetapi hanya pemenuhan-pemenuhan tugas yang diberikan oleh guru. Ini menjadi masalah tersendiri terhadap kebiasaan perilaku baca siswa sekolah dasar.
 
Ada banyak faktor yang mempengaruhi minat baca anak baik faktor internal maupun eksternal.
 
Diantaranya kurang menariknya bahan bacaan, sarana prasarana yang kurang memadai, sekolah tidak selalu mampu menumbuhkan kebiasaan membaca pada setiap siswanya, padatnya kurikulum,serta metode pembelajaran yang hanya menekankan hafalan justru membuat rendahnya minat baca.
 
Hal ini juga akan berdampak langsung terhadap minat baca siswa sekolah dasar. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kita sudah berada pada fase ketergantungan terhadap gadget dan segala kemudahan informasi yang didapat.
 
Oleh karena itu, penulis mempunyai ide untuk menumbuhkan minat baca siswa sekolah dasar melalui progam  Student Digital Literacy Movement  atau Gerakan Literasi Digital Siswa yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan literasi siswa dalam teknologi digital guna menjamin Pendidikan yang inklusif dan kreatif . 
 
Dikutip dari kemendikbud Konsep literasi digital, sejalan dengan terminologi yang dikembangkan oleh UNESCO pada tahun 2011, yaitu merujuk pada serta tidak bisa dilepaskan dari kegiatan literasi, seperti membaca dan menulis, serta matematika yang berkaitan dengan Pendidikan.
 
Dengan adanya progam Student Digital Literacy Movement  siswa dapat mengakses dan membaca materi atau hanya sekedar Latihan membaca dengan suasana yang lebih menyenangkan karena progam berlangsung diluar jam pembelajaran sekolah dengan di dampingi volunteer dari mahasiswa dan guru. 
 
Progam tersebut berlangsung selama 30 menit dengan estimasi waktu 15 menit untuk memberikan edukasi teknologi digital dan 15 menit untuk praktek bersama demo literasi digital dengan membaca lewat smartphone atau laptop.
 
Supaya lebih menarik siswa, penulis berharap bisa launching aplikasi edukatif yang bisa diakses kapan saja guna menarik dan menumbuhkan literasi siswa selama progam sehingga tidak membosankan. Tidak heran setelah adanya pembelajaran daring siswa lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah dengan bermain gadget.
 
Hal ini sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan dengan baik, setidaknya dengan adanya progam  Student Digital Literacy Movement  siswa dapat menggunakan gadgetnya dengan baik dan benar setelah mendapat edukasi dan pengetahuan yang diperoleh 15 menit pertama sebelum praktek bersama demo literasi digital.
 
Kegiatan literasi Digital di luar jam pembelajaran sekolah masih pada tahap pengenalan. Kegiatan pengenalan bertujuan untuk mengenalkan pada siswa untuk lebih cermat menggunakan teknologi digital.
 
Pola kegiatan progam Student Digital Literacy Movement ditinjau dari 3 hal, yaitu (1) pola strategi dan pelaksanaan progam, (2) sumber e-book dan lingkungan literasi, dan (3) kerja sama progam. 
 
Pertama, pola strategi dan pelaksanaan progam Student Digital Literacy Movement    ditentukan berdasarkan dua hal, yaitu strategi dan pelaksanaan. Strategi merupakan cara yang diterapkan untuk mencapai tujuan tertentu.
 
Strategi yang ditemukan adalah (1) satu minggu tiga kali untuk setiap kelas, (2) satu minggu tiga kali secara serentak untuk semua kelas, dan (3) satu minggu satu kali secara serentak untuk semua kelas.
 
Pelaksanaan kegiatan literasi mengacu pada kegiatan prabaca, membaca, dan pascabaca. Kegiatan prabaca yang paling banyak dilaksanakan adalah dengan kegiatan berdoa.
 
Selain itu, terdapat kegiatan pengenalan sebelum literasi. Kegiatan pengenalan tersebut seperti perkenalan volunteer sebagai pendamping progam, mengenalkan teknologi digital dan memberikan edukasi tentang literasi digital.
 
Progam Student Digital Literacy Movement menerapkan kegiatan prabaca dengan berdoa karena untuk membiasakan diri sebelum kegiatan berlangsung membaca doa terlebeih dahulu.
 
Pelaksanaan kegiatan membaca yang akan diterapkan adalah membaca dengan suara lirih. Siswa membaca dalam dengan suara lirih bacaan yang dipilih melalui platform online menggunakan smartphone yang telah dibawa oleh siswa dan didampingi oleh volunteer mahasiswa tanpa mengganggu siswa yang lain.
 
Pelaksanaan kegiatan pascabaca yang ditemukan adalah menuliskan kembali, membacakan sinopsis, dan menceritakan kembali. Kegiatan menuliskan kembali merupakan salah satu kegiatan yang paling sering ditemukan.
 
Kegiatan ini dapat menjadi salah satu penentu tingkat kemampuan literasi siswa. Hal ini, untuk lebih cepat kemampuan literasi siswa dapat menggunakan multimedia dalam mengembangkan literasi di sekolah dasar.
 
Kedua, sumber e-book dan lingkungan literasi. Sumber e-book dan lingkungan literasi merupakan sarana pendukung kegiatan literasi. Sumber e-book meliputi pengadaan dan pemilihan e-book, sedangkan lingkungan literasi meliputi area baca, suasana kelas, dan poster.
 
Pola pengadaan smartphone yang ditemukan, yaitu buku dari volunteer mahasiswa  dan smartphone atau laptop dari siswa. Pengadaan  yang paling banyak ditemukan adalah smartphone berasal dari siswa.
 
Siswa mempersiapkan dan membawa smartphone dari rumah. Setelah sampai siswa berkumpul bersama yang lainnya untuk memulai membuka aplikasi yang nantinya akan disediakan oleh volunteer mahasiswa.
 
Selain membawa sendiri dari rumah terdapat pola pengadaan smartphone dari volunteer. Pengadaan smartphone dilaksanakan dengan setiap volunteer membawa smartphone atau laptop untuk digunakan siswa yang tidak memiliki smartphone.
 
Pengadaan smartphone untuk kegiatan progam ini merupakan kontribusi dari volunteer mahasiswa yang bekerja sama dengan pihak sekolah Pemilihan bahan bacaan dari platform aplikasi untuk kegiatan literasi adalah bebas sesuai dengan keinginan siswa.
 
Kebebasan pemilihan menu buku tersebut bertujuan untuk menumbuhkan minat dan rasa senang terhadap bacaan. Pola pengelolaan area baca dilaksanakan bebas di luar sekolah dan di sekolah.
 
Progam ini menggunakan ruang kelas dan alam terbuka sebagai area membaca. Pola suasana baca kelas yaitu ice breaking yang berfungsi untuk mencairkan suasana di kelas supaya tidak membosankan melihat layar smartphone.
 
Selain itu, guna meningkatkan semangat minat baca siswa. Pola pengelolaan poster yang ditemukan ada dua pola, yaitu poster bebas diletakkan bebas di area sekolah dan poster dibatas di area tertentu. 
 
Ketiga, kerja sama progam Student Digital Literacy Movement. Kerja sama progam dilakukan volunteer dengan pihak-pihak tertentu untuk mendukung tercapainya tujuan progam.
 
Indikator kerja sama progam adalah pola pendukung sarana literasi digital dan pola pelatihan progam.
 
Bentuk pendukung sarana literasi berupa kuota internet dan smartphone yang dilaksanakan dengan beberapa pihak seperti , dinas pendidikan, sekolah dan orang tua siswa.
 
Kerja sama yang pasti dilakukan adalah kerja sama dengan orang tua siswa dalam bentuk fasilitas kuota internet untuk anaknya. Kerja sama yang dilakukan antara volunteer pendamping dan orang tua dapat menciptakan kerja sama yang harmonis untuk kesuksesan pendidikan anak.
 
Pendukung sarana literasi digital berupa fasilitas area baca literasi digital bersih, nyaman, dan menyenangkan. Pola pelatihan progam merupakan kerja sama yang bertujuan untuk mendukung pengembangan progam.
 
Dalam hal ini kerja sama berbentuk pelatihan yang diberikan kepada pihak orang tua untuk mengembangkan kegiatan literasi digital. Pelatihan progam dilaksanakan dengan volunteer pendamping.
 
Volunteer pendamping memberikan pelatihan kepada orang tua terkait pelaksanaan progam Student Digital Literacy Movement, model pembelajaran, dan lain-lain yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam pelaksanaan progam (suyono, harsiati, wulandari, 2017).
 
Maka apabila berkaitan dengan perwujudan pemanfaatan progam layanan literasi digital untuk memperoleh bahan bacaan dalam proses pembelajaran diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap siswa, karena dengan adanya progam ini dapat mempermudah dalam memperoleh berbagai sumber belajar siswa (Wulandari & Sholeh ).   
 
Selama masa pandemi, siswa memiliki keterbatasan dalam mengakses sumber informasi yang ada di sekolah, sehingga sumber informasi yang mungkin diakses adalah yang berbasis online.
 
Sumber informasi online yang kaya informasi, menuntut siswa untuk mampu mengakses informasi yang berkualitas, sebagai suplemen informasi untuk pembelajaran daring yang diikuti Pada akhirnya, kompetensi literasi digital berperan dalam kemampuan mengakses berbagai sumber pembelajaran yang berkualitas.
(Irhadiyaningsih Ana, 2020).
 
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan menuntut setiap siswa memiliki kemampuan baca dan tulis yang lebih, dengan tujuan agar siswa memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup untuk dapat bersaing dan mengikuti perkembangan zaman.
 
Pada masa pandemi seperti saat ini pembelajaran yang semula berkumpulnya siswa dalam satu ruang serta waktu yang sama sangat dilarang, sehingga proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan pola pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang memanfaatkan perangkat digital.
 
Oleh karena itu, penulis mempunyai ide untuk menumbuhkan minat baca siswa sekolah dasar melalui progam  Student Digital Literacy Movement  atau Gerakan Literasi Digital Siswa yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan literasi siswa dalam teknologi digital guna menjamin Pendidikan yang inklusif dan kreatif .
 
Dengan adanya progam Student Digital Literacy Movement  siswa dapat mengakses dan membaca materi atau hanya sekedar Latihan membaca dengan suasana yang lebih menyenangkan karena progam berlangsung diluar jam pembelajaran sekolah dengan di dampingi volunteer dari mahasiswa.
 
Adapun saran yang ingin disampaikan oleh penulis yaitu bagi orang tua sebaiknya melakukan pendampingan dan pengawasan anak dalam penggunaan teknologi digital serta memperhatikan literasi anak karena itu adalah kunci kesuksesan dalam Pendidikan.
 
Bagi guru diharapkan untuk memberikan edukasi literasi digital pada saat pembelajaran sekolah guna menjamin Pendidikan yang inklusif dan kreatif. Bagi siswa diharapkan dapat terus memanfaatkan layanan literasi digital sebaik mungkin dalam memperoleh informasi untuk menunjang proses pembelajaran.(***)
 
 
 
 
Penulis  : Dian Ariyani, Sofia Nuring Tyas dan Clara Natasya Angelita
              (Mahasiswa UAD Jogya)