Teater Dunia dan Pendidikan Indonesia

Minggu, 26 Maret 2023 - 21:23:09


Wachid E. Purwanto
Wachid E. Purwanto /
Radarjambi.co.id-Teater merupakan sebuah seni kuno berusia ribuan tahun yang mencakup berbagai macam tradisi dan praktik pertunjukan. 
 
Asal mula teater dapat ditelusuri dalam peradaban Mesir kuno, Yunani kuno, dan Roma kuno. Pada masa awal, teater sering digunakan untuk merayakan festival keagamaan dan menceritakan cerita rakyat, mitos dan legenda dengan memasukkan unsur puisi, musik dan tari.
 
Salah satu bentuk teater paling awal dan paling berpengaruh adalah drama tragedi yang muncul pada abad ke-6 SM di Yunani. Drama tragedi mulai dikenal pada tahun 534 SM saat penyair Thespis – penulis sekaligus aktor drama tragedi Yunani pertama — datang dengan gerobak bersama rombongannya ke Athena guna melakukan pertunjukan perdana di Agora.
 
Versi lain pementasan pertama yang tercatat dalam sejarah Yunani kuno adalah drama tragedi karya Aeschylus berjudul The Persians. Pementasan ini dimaksudkan untuk menghormati kemenangan kota Athena atas Persia dalam Pertempuran Marathon.
 
Beberapa drama Yunani lain di masa yang sama adalah Agamemnon karya Aeschylus, Oedipus Rex karya Sophocles, dan Medea karya Euripides. Sementara pada  abad ke-5 SM di Yunani muncul jenis drama komedi.
 
Drama yang bernada lebih ringan, menampilkan karakter dan situasi lucu. Salah satu komedian Yunani paling terkenal adalah Aristophanes. Beberapa karya Bapak Komedi ini adalah Lysistrata, Plutus, The Knight, The Birds, The Clouds, The Gronuch dan The Shield.
 
Pada awalnya menonton teater di Yunani selalu gratis, hingga suatu kali mulai dikenakan adanya biaya masuk. Saat itu, warga miskin diberi uang untuk dapat membeli tiket masuk.
 
Pada Abad Pertengahan sebagian besar teater di Eropa didominasi oleh institusi keagamaan. Teater sering digunakan sebagai media untuk mendidik dan mempertobatkan masyarakat.
 
Salah satu contoh yang paling terkenal adalah Drama Misteri. Sebuah bentuk drama religi yang didasarkan pada cerita Alkitab. Sementara pada masa Renaisans kisaran abad ke-14 hingga abad ke-17 teater mulai berkembang dan berubah.
 
Masa Renaisans merupakan masa kebangkitan pembelajaran klasik dan tumbuhnya minat baru dalam budaya Yunani dan Romawi. Di Inggris pada era Elizabethan (1558-1603) merupakan masa keemasan teater.
 
Masa ini bertabur penulis drama kondang seperti William Shakespeare, Ben Jonson dan Christopher Marlowe. William Shakespeare adalah penulis drama terbesar yang memiliki lebih dari 40 drama dan 150 soneta. Beberapa karya kanonnya adalah Hamlet, Macbeth, dan Romeo and Juliet.
 
Pada abad ke-16 di Italia muncul Opera, sebuah bentuk teater yang memadukan musik dan drama. Pengkisahan disampaikan melalui lagu dan nyanyian. Opera paling terkenal termasuk The Magic Flute karya Mozart, Carmen karya Georges Bizet, dan La Traviata karya Giuseppe Verdi.
 
Pada masa ini di Prancis muncul seni balet sebagai sebuah perpaduan dari dansa, puisi, pidato, musik dan lagu. Balet merupakan sebuah seni panggung yang muncul berdasarkan acara pertemuan para keluarga kerajan Italia masa Renaisans.
 
Pada perkembangannya pertunjukan balet memunculkan pementasan paling terkenal, diantaranya adalah Swan Lake dan Giselle.
 
Pada abad ke-18 dan ke-19 merupakan masa kebangkitan drama realis. Karakter dan situasi realistisnya mudah dipercaya oleh audiens. Gaya ini dipopulerkan oleh Pierre Beaumarchais penulis The Marriage of Figaro dan Henrik Ibsen penulis A Doll's House.
 
Di Amerika Serikat kisaran akhir abad ke-19 muncul teater musikal. Diantaranya berjudul West Side Story, Les Misérables dan The Phantom of the Opera. 
 
Sementara pada masa abad ke-20 dan ke-21, dunia teater memunculkan gaya dan teknik baru, diantaranya adalah ekspresionisme, absurdisme, dan teater imersif.
 
Tennessee Williams, Arthur Miller, dan August Wilson merupakan beberapa penulis drama kondang masa ini. August Wilson – penulis drama dan penyair Amerika – adalah penulis Fences, The Piano Lesson, dan Ma Rainey's Black Bottom. August Wilson menjadi kondang setelah menulis siklus sepuluh dramanya yang dikenal dengan Siklus Pittsburgh. 
 
Hari Teater Sedunia ditetapkan oleh International Theatre Institute (ITI) pada 27 Maret, saat Presiden Arvi Kivimaa mengusulkannya di ITI World Congress ke-9 di Helsinki pada Juni 1961.
 
ITI didirikan pada tahun 1948 atas prakarsa Direktur Jenderal UNESCO pertama, Sir Julian Huxley dan penulis drama-novelis JB Priestly. Pesan Internasional Hari Teater Dunia pertama ditulis oleh Jean Cocteau – sastrawan Prancis – pada tahun 1962.
 
Pesan Internasional ini diterjemahkan lebih dari 50 bahasa, dibacakan di depan puluhan ribu orang dan dicetak di ratusan surat kabar harian. Lebih dari seratus stasiun radio dan televisi menyiarkan pesan tersebut kepada pendengar di lima benua.
 
Setiap tahun, Hari teater Dunia dirayakan oleh para penggemar, aktor, penulis, sutradara, organisasi, institusi, sekolah dan kampus. Kongres Dunia ITI ke-36 tahun 2023 diadakan di Fujairah, Uni Emirat Arab pada 20-25 Februari 2023.
 
Kongres ini berada dalam naungan UNESCO dan diselenggarakan bersama antara ITI dan Pemerintah Fujairah. Kongres ini mendapat dukungan dari H.R.H. Sheikh Hamad bin Mohammed Al Sharqi (Anggota Dewan Tertinggi UEA) dan H.H. Sheikh Mohammed bin Hamad Al Sharqi (Putra Mahkota Fujairah).
 
Tema Hari Teater Sedunia 2023 adalah “Teater dan Budaya Damai”. Tema ini menyoroti peran teater dalam menyatukan warga masyarakat dunia dari berbagai budaya dan latar belakang serta menumbuhkan budaya damai. 
 
Di Indonesia tumbuh teater tradisional di antaranya adalah Didong Gayo, Makyong Riau, Randai Minangkabau, Dulmuluk Palembang, Longser Priangan, Ubruk Banten, Wayang golek Sunda, Lenong Betawi, wayang orang Jogja, wayang kulit, Srandul, Ketoprak dan Jemblung Jawa Tengah, Reog Ponorogo, ludruk Jawa Timur, Barong, Calonarang dan Sanghyang Bali, Cepung Lombok Barat, Mamanda Banjar, dan Mendu dari Pontianak.
 
Louis E. Catron – profesor teater di College of William and Mary, Williamsburg – menyebutkan beberapa kualitas kepribadian yang biasanya berkembang pada siswa yang belajar teater.
 
Diantaranya adalah keterampilan komunikasi, problem solving, motivasi dan komitmen, mandiri, bekerja sama, membagi waktu, menepati deadline, menerima aturan, belajar cepat dan tepat, hidup sehat, konsentrasi, kreatif, inisiatif, disiplin, berdedikasi, percaya diri, enjoy, menghormati kawan, menghormati otoritas, beradaptasi dan fleksibel, dapat bekerja di bawah tekanan, dapat menerima kekecewaan dan bangkit kembali, berorientasi tujuan, menerima tanggung jawab, dan memiliki kemampuan leadhership. 
 
Dalam dunia pendidikan Indonesia, teater dapat dimanfaatkan untuk untuk mengatasi hambatan bahasa, budaya dan sosial. Teater dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan kinestetik, visual, verbal dan aural (auditory-musical).
 
Teater dapat dimanfaatkan untuk melatih anak dalam hal pengaturan diri, relaksasi, imajinasi, empati, konsentrasi, komunikasi, pengendalian emosi, harmoni, koeksistensi, dan kolaborasi.
 
Teater dapat dimanfaatkan sebagai media untuk mengajarkan nilai religiusitas, gaya hidup sehat, gaya hidup hemat, bahaya gaya hidup hedon, rokok, narkoba dan seks bebas.
 
Hal ini sesuai dengan pernyataan Irina Bokova, Direktur Jenderal UNESCO, bahwa teater memiliki kekuatan untuk menggerakkan, menginspirasi, mengubah, dan mendidik dengan cara yang tidak bisa dilakukan seni lainnya. (*)
 
 
Penulis : Wachid E. Purwanto
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, UAD