radarjambi.co.id-Mengasah rasa merupakan bagian dari pendidikan karakter.
Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu lewat karya sastra.
Karya sastra merupakan salah satu cara untuk menuangkan berbagai macam perasaan, pendapat, dan pikiran.
Sastra dapat menyentuh perasaan seseorang seperti ketika kita menangis, tertawa, dan kesal saat membaca novel.
Selain dapat menyentuh perasaan, karya sastra juga dapat menumbuhkan karakter yang baik bagi pribadi seseorang.
Sastra dapat memberikan pengalaman batin bagi penikmatnya. Cerita yang terkandung dalam karya sastra banyak mengemukakan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sekitar.
Secara tidak langsung kita dapat belajar mengenai budaya, kebiasaan, dan nilai-nilai moral dari permasalahan yang terdapat dalam karya sastra tersebut.
Sastra dinilai dapat digunakan untuk membentuk karakter dengan efektif dikarenakan nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya tidak disampaikan secara langsung tetapi melalui cerita sehingga proses pendidikan karakter tersebut berlangsung menyenangkan serta tidak menggurui.
Pembentukan Karakter
Karya sastra menjadi salah satu metode untuk pembentukan karakter, mulai dari nilai kejujuran, keberanian, dan rasa empati.
Contohnya pada dongeng “Kisah Putri Kemuning”. Dalam dongeng tersebut putri Kemuning tidak mengambil sesuatu yang bukan miliknya meskipun pada saat itu ia sangat membutuhkan uang.
Berkat kejujurannya, ia diberi hadiah emas oleh raja. Dari cerita tersebut kita dapat mengambil pelajaran untuk dapat membedakan mana perilaku yang benar dan mana yang salah serta kita harus berlaku jujur dengan tidak mengambil barang yang bukan hak kita.
Puisi-puisi Chairil Anwar juga memuat nilai keberanian dan nasionalisme. Salah satunya yaitu puisi yang berjudul “Karawang-Bekasi”.
Dalam puisi tersebut semangat perjuangan para pahlawan sangat menggelora.
Walaupun mereka kemudian mati muda hanya menyisakan tulang belulang tetapi semangat berjuang menjaga para pemimpin dan berkorban untuk bangsa tidak pernah padam.
Dari puisi tersebut kita dapat memetik pelajaran bahwa sepatutnya kita memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan bersedia berkorban demi negara berdasarkan apa yang kita miliki.
Dalam novel Laskar Pelangi mengajarkan untuk saling menghargai sesama warga yang multikultural.
Walaupun dalam satu kampung terdapat etnis Tionghoa dan warga Melayu asli akan tetapi mereka dapat hidup rukun berdampingan.
Pertemanan antara para Laskar Pelangi dengan teman berbeda suku dan agama dapat menjadi contoh toleransi dalam novel ini.
Kehidupan yang rukun dan harmonis inilah yang harus kita petik dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Sastra
Pembelajaran sastra memiliki peran dalam mengasah kecerdasan emosional dan pola pikir.
Pada saat membaca karya sastra seperti novel pembaca bisa mengikuti alur cerita dan ikut merasakan apa yang dialami oleh tokoh sehingga muncul rasa empati.
Kita juga dapat memetik pelajaran berharga dan nilai-nilai yang terkandung di setiap akhir konflik yang terjadi.
Membaca novel dapat membantu kita dalam memahami emosi para tokoh dan kemudian merefleksikannya kepada diri sendiri, serta belajar untuk mengendalikan emosi.
Ketika kita mampu mengendalikan diri dengan mengontrol emosi maka kita akan lebih menemukan solusi dari setiap permasalahan yang terjadi.
Selain dapat mengelola emosi, orang yang membaca karya sastra cenderung memiliki hubungan sosial terhadap orang lain yang baik.
Nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra akan diresepsi dan secara tidak sadar merekonstruksi sikap dan kepribadian.
Orang yang cerdas secara emosi mampu menjalin hubungan sosial dengan baik dan mampu menghargai orang lain.
Lewat sastra, rasa semakin terasah dan mampu berempati dengan orang lain.(*)
Penulis : Annisa Fatati Rahmah
Mahasiswa S-1 PBSI FKIP UAD
Membuat Manfaat Penelitian dan Daftar Istilah yang Akurat (5)
Pengawasan Perjanjian Inti Plasma Oleh KPPU: Momentum Rekonstruksi pengelolaan Perkebunan Sawit
KPU Sarolangun Optimalisasikan Pendistribusian Logistik Pilkada 2024