Awal 2019, RSUD Kualatungkal Tangani 49 Pasien DBD

Rabu, 06 Februari 2019 - 20:43:08


Bebera Warga Menunggu Antrian Berobat di RSUD KH Daud Arif Kualatungkal
Bebera Warga Menunggu Antrian Berobat di RSUD KH Daud Arif Kualatungkal /

 

Radarjambi.co.id - KUALA TUNGKAL - Akhir-akhir ini, wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) semakin mengerikan menyerang di Kabupaten Tanjab Barat, bahkan awal tahun 2019 ini puluhan warga menjadi korban.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) KH Daud Arif Kualatungkal, pada bulan Januari tahun 2019 diketahui ada 49 pasien yang dirawat inap.

Seperti dijelaskan Direktur RSUD KH Daud Arif Kualatungkal, Elfri Syahril melalui Kepala Bidang Pelayanan Rumah Sakit, Hartaty, bahwa dari total data tersebut 32 diantaranya berhasil disembuhkah, hanya saja ada satu korban yang tidak tertolong.

"Dari total 49 pasien, 32 pasien pulang sehat yang terdiri dari 27 pasien anak-anak dan 5 pasien dewasa," ungkapnya, ditemui wartawan diruang kerjanya, Rabu (6/2).

Selain itu, dijelaskannya sebanyak 4 pasien dinyatakan Dengue Shock Syndrome (DSS) atau dalam kondisi parah, bahkan satu pasien tidak tertolong.

"4 Pasien DSS ini tergolong parah, satu meninggal dunia, dan satu lagi dirujuk ke Jambi, semuanya anak-anak. Selebihnya, sebnayak 11 pasien uang juga anak-anak dinyatakan Dengue dan pulang dengan sehat," jelas Hartaty A.Mk.

Berdasarkan data tersebut, diketahui anak-anak lebih dominan terserang wabah DBD di Kabupaten Tanjabbar dibandingkan dengan orang dewasa.

"Salah satu faktor penyebab mungkin dari daya tahan tubuh tentu anak-anak lebih lemah dibandingkan orang dewasa," ujar Kabid Pelayanan.

Sampai saat ini, Hartati mengatakan masih ada pasien DBD yang masih dirawat di RSUD KH Daud Arif Kualatungkal atau belum di rekap. Diakui Hartaty, kasus DBD yang di tangani RSUD di awal tahun 2019 ini meningkat dari bulan-bulan sebelumnya.

"Saat ini atau minggu pertama bulan Februari masih ada pasien yang belum pulang atau masih perawatan, sehingga laporan belum masuk. Sepertinya penderita DBD lebih meningkat dari sebelumnya," lanjutnya.

Untuk pencegahan, di sebutkan Hartaty, Dinas Kesehatan lebih berwewenang, karena menurutnya rumah sakit hanya fasilitas perawatan atau pelayanan.

"Saya rasa itu lebih tepat komfirmasi ke Dinkes. Kalau kita dirumah sakit juga ada program kesehatan dengan melakukan sosialisasi pencegahan seminggu sekali sesuai musim. Seperti contohnya minggu ini lagi musim DBD maka perawat bersosialisasi dengan pasien ataupun warga terkait cara pencegahan DBD, begitupun penuakit lainnya," terangnya.

Sayangnya, Kabid P2PL Dinas Kesehatan Tanjabbar, Johanes dimintai data secara keseluruhan kasus DBD di Tanjabbar per awal tahun 2019 ini memilih bungkam.

"Kasus DBD yang mana lagi, kemaren kan data per Januari 2019 sudah kita sampaikan ke media, baik media TV, Cetak, dan online kan sudah semua, nah ini media mana lagi yang belum," tegas Johanes ke beberapa wartawan yang ingin komfirmasi diruangannya, Rabu (6/2).

Bahkan, Johanes meminta wartawan untuk memberitahu terlebih dahulu sebelum datang ke ruangannya.

"Seharusnya kabari saya dulu sehari atau dua hari sebelum kesini, jadi bisa kami siapkan datanya. Kita di Dinkes ini laporan masuk per satu minggu sekali," sebutnya.

Lebih lanjut, dirinya meminta wartawan untuk menanyakan data kasus DBD tersebut ke Kepala Seksinya, Dian, yang juga tidak bisa memberi data yang falid, sehingga meminta wartawan untuk memberi waktu sehari atau dua hari untuk menyiapkan datanya.

 

 

Reporter : Kenata

Editor     : Ansori