Dudu Mawarida Sembiring , Tiga kali Berturut-turut Raih Predikat Mahasiswa Berprestasi

Selasa, 26 Oktober 2021 - 21:49:32


Dudu Mawarida Sembiring
Dudu Mawarida Sembiring /

Semua mahasiswa bisa saja meraih berbagai prestasi baik di kampus tempat mereka menimba ilmu atau di luar kampus.

Tapi meskipun banyak mahasiswa berprestasi khususnya di kampus, tidak semua bisa meraih prestasi tersebut secara tiga kali berturut-turut.

Namun tidak halnya dengan Dudu Mawarida Sembiring seorang mahasiswa Universitas Jambi (UNJA) yang berhasil mempertahankan predikat mahasiswa terbaik. Bagaimana cara Dudu mempertahankan predikatnya? berikut wawancanya.

Pagi sekitar pukul 10.24 WIB, saya melakukan wawancara dengan Dudu Mawarida Sembiring mahasiswi berpredikat sebagai mahasiswi berprestasi di Universitas Jambi.

Setelah dipersilakan masuk ke rumahnya, Dudu mulai menceritakan semua prestasi yang pernah diraihnya.

“Dengan mengikuti lomba, banyak manfaat yang saya peroleh. Tentu ini juga menjadi ketertarikan tersendiri sekaligus upaya kampus meningkatkan motivasi aktif mahasiswa dalam berkarya.

Alhamdulilah, sejak tahun 2019 hingga 2021 akhir tahun mendatang secara berturut-turut saya masih menerima predikat sebagai mahasiswa berprestasi,'' tutur Dudu memulai cerita.

Ia memaparkan prestasi dirinya meliputi lomba menulis baik itu fiksimini, cerpen, maupun puisi dan karya itu berhasil lolos dan dibukukan ber-ISBN. Disamping mecipta, Dudu juga pernah menjuarai lomba baca puisi.

''Sejak SMP cipta dan baca puisi adalah bidang prestasi saya yang paling dominan. Dan saya menjuarai banyak kompetisi debat nasional maupun regional dan saya berhasil meraih sepuluh kali juara 1 dan selebihnya ada juara 2,3, dan harapan 1,'' sebutnya.

Dudu juga dipercaya oleh guru-guru terdahulu untuk membimbing adik-adik siswa siswi yang akan lomba.

Dan saat ini Dudu sudah berada di posisi bukan lagi menjadi peserta lomba melainkan sebagai adjudicator/juri baik regional maupun nasional.

''Secara pribadi, saya tidak merasa bahwa 'saya uwuw'. Ini perlu saya beritahu, kami yang berprestasi tidak ingin dijauhi apalagi dianggap intelektual.

Sehingga orang lain takut tidak sefrekuensi ketika berinteraksi dengan kami. Sayangnya, Inilah yang terjadi. Ada banyak teman akhirnya menjauhi saya.

Disatu sisi, saya merasa berbangga diri atas pencapaian saya, turut serta membanggakan banyak pihak seperti orang tua, kampus, sekolah sekolah terdahulu, dan lain lain,'' tutur dara kelahiran 05 Oktober 1998 silam ini.

''Tapi di satu sisi, saya merasa terasingkan. Kembali pada rasa syukur, saya lebih suka mewujudkan dalam bentuk tindakan dari pada sekedar ucapan. Sehingga, saya membagikan ilmu saya dalam berbagai kelas diskusi, mentoring, ataupun seminar kepelatihan,'' sebut putri pasangan Daulat Sembiring Colia (ayah) dan Suriana Br Manurung (ibu)

Lebih lanjut Dudu menceritakan, umumnya tentang public speaking, khususnya tentang Debat. Motivasi untuk meraih prestasi tersebut adalah pertama ini adalah alasan pasaran yang sulit dikesampingkan yaitu latar belakang keluarga kurang mampu.

''Sejak kecil, saya meyaksikan, merasakan, dan ikut serta atas status menyakitkan tersebut. Hingga sekarang cucuran keringat orangtua, air mata, rintihan bagi saya adalah hutang yang harus dibayar.

Saya belum menjadi apa-apa tapi saya tidak pernah berhenti untuk menjadi ’sesuatu’. Kedua, karena pujian orang-orang terdekat (keluarga) di waktu kecil,'' kata Dudu, dengan sorot mata berkaca-kaca.

''Dulu ketika awal sekolah saya tidak lantas langsung menjadi yang terbaik ’sang juara’, tidak. Prestasi pertama yang jelas tampak, saya hanya mampu menduduki peringkat empat di kelas tapi saya mendapat apresiasi, pujian kecil dari orang tua dan kerabat, katanya ”tingkatkan!”. ini memacu saya untuk terus mendahului teman-teman kompetitif lain di kelas.

Ketiga, saya tahu masa depan saya bukan milik saya. Artinya apa? Apa yang hari ini saya lakukan, semata-mata bukan untuk saya pribadi. Ada anak-anak saya kelak (Insya Allah) yang harus terjamin pendidikannya.

Segala kebutuhan agar tidak bernasib sama dengan saya. Beliau juga menceritakan bagaimana cara beliau mengatur waktu belajar setiap harinya, dan beliau mengatakan bahwa belajar itu bisa kapan saja, dari siapa saja dan dimana saja,'' ujarnya.

Dudu menceritakan salah satu kiat untuk meraih prestasi tidak hanya terfokus dalam satu sumber ilmu yang ditekuni.

''Hari ini Anda tidak masuk kuliah dengan dosen A pada Mata Kuliah X, maka bukan berarti Anda tidak bisa mendapatkan ilmu itu. Sumber belajar berserak dimana-mana. Tinggal lagi bagaimana Anda memungutnya untuk menjadi milik Anda sepenuhnya,'' sebut Dudu mencontohkan.

''Apalagi didukung oleh kondisi zaman yang canggih. Itu kalau mindset belajarnya memang mencari ilmu, tetapi kalau mindsetnya punya out put “hanya” untuk mengejar nilai, maka saya yakin Anda tidak belajar melainkan menggunakan jurus Ctrl+C dan jurus Ctrl+V,'' sebutnya.

''Sebagai mahasiwi berprestasi perkuliahan secara umum, tidak. Semua bisa di manage dengan baik jika kita tahu caranya, berikut dengan penjelasan yang logis mengapa kita tidak bisa mengikuti agenda perkuliahan. Itu yang saya lakukan,'' ujarnya.

Selama meraih prestasi kata Dudu dirinya bukan tidak pernah menemui kendala dalam meraih prestasi yang dia inginkan.

''Tetapi, bukan berarti tidak ada gangguan sama sekali. Saya pernah, di intoleransi oleh dosen padahal saya sudah menitipkan surat tugas perjalanan dinas saya kepada perangkat kelas untuk disampaikan kepada dosen yang mengajar selama saya mengikuti perlombaan ke luar kota.

Tetapi status kehadiran saya tetap di alfakan. Padahal seharusnya tetap dibuat hadir, atau paling tidak izin. Sebagai akibat karena tidak masuk kuliah, maka tugas-tugas akan menumpuk dan deadline-nya yang semakin dekat.

Padahal penjelasan tentang pengerjaan tugas yang seperti apa yang harus dikerjakan juga simpang siur ketika saya bertanya dengan teman-teman,'' papar Dudu.

Dudu tidak mengblis semua rintangan yang dihadapinya ketika dia berusaha untuk meraih prestasi.

''Kira-kira begitulah gangguan gangguan yang saya alami, namun bagi saya itu tidak terlalu menjadi beban pikiran toh saya mampu mengatasinya. Dan terbukti ketika lulus pun saya menyandang predikat sebagai lulusan cumlaude, dengan IPK 3.89.
ditahun yang sama setelah wisuda S1pada bulan Juli 2021 yang saya tempuh selama 3,7 tahun,'' katanya.

''Jika saja saya ingin, waktu itu saya bisa saja selesai dalam 3,5 tahun. Hanya saja saya masih tertarik mengikuti lomba debat nasional di Sayebina UIN Suska Riau dan saya mendapatkan juara 1. selama menjadi mahasiswa S1 saya sebagai penerima beasiswa,'' katanya.

Pada Agustus Dudu sudah menjadi mahasiswa aktif magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Pascasarjana Universitas Jambi.

''Saya punya cita-cita profesi sebagai seorang dosen. Dan untuk biaya perkuliahan magister ini adalah dibiayain orang tua,'' tegas anak kedua dari empat bersaudara ini.

Terlepas dari unsur kepuasan batin yang dapat membanggakan keluarga, perempuan yang memiliki hobi memasak ini mengaku punya koneksi dengan mahasiswa se-Indonesia hal itu membuat dirinya semakin tajam.

''Saya lebih selektif dalam menilai segala sesuatunya. Untuk alasan ketertarikan lainnya, yang patut di apresiasi pula bahwa pihak kampus setiap tahunnya akan memberikan penghargaan bagi mahasiswa berprestasi dalam bentuk uang pembinaan,'' timpalnya, mengakhiri perbincangan siang itu.(***)

 

Penulis : Isa Dora Perbina Br Karo