Belajar Bahasa Inggris, Teori atau Praktik?

Selasa, 12 Juli 2022 - 10:53:15


Shana Noor Izza Priyandara
Shana Noor Izza Priyandara /

Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang digunakan di hampir seluruh negara di dunia.

Penguasaan bahasa Inggris tentu menjadi salah satu kemampuan penting yang perlu dimiliki di era globalisasi saat ini.

Mereka yang mampu menggunakan bahasa Inggris akan mampu bertahan di derasnya arus globalisasi yang membuat segala macam informasi menjadi tidak terbatas.

Mereka tidak akan terbatas dalam memperoleh ilmu hingga peluang yang lebih luas secara global. Seseorang yang mampu menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan lancar akan memudahkan dirinya bersaing mendapatkan pekerjaan secara global atau setidaknya berkomunikasi dengan banyak orang.

Jika kita melihat situasi yang terjadi, hal tersebut berbanding terbalik dengan keadaan di Indonesia.

Berdasarkan hasil survei salah satu penyedia layanan pembelajaran bahasa Inggris secara global, English Education First (EF), dalam website-nya di https://www.ef.co.id/epi/menunjukkan bahwa Indeks Kecakapan Bahasa Inggris (English Proficiency Index) di Indonesia pada tahun 2021 masuk kategori rendah.

Indonesia berada pada urutan ke-80 dari 112 negara di seluruh dunia. Padahal faktanya, bahasa Inggris sudah menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan sejak sekolah dasar di Indonesia.

Setiap anak yang bersekolah di Indonesia akan mendapatkan teori-teori bahasa Inggris melalui pembelajaran di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Lalu, mengapa masih banyak orang Indonesia yang tidak mahir berbahasa Inggris?

Tujuan utama pembelajaran bahasa Inggris pada hakikatnya adalah untuk berkomunikasi. Orang yang mampu berbahasa Inggris diharapkan mampu untuk berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan benar.

Setiap orang yang sedang mempelajari bahasa Inggris haruslah mendapatkan teori yang benar. Namun, hal ini sering tidak didukung dengan adanya pembiasaan atau praktik dalam kehidupan sehari-hari.

Jika begitu, maka sama saja orang tersebut belum bisa dikatakan mampu berbahasa Inggris karena belum mampu mempraktikkan teorinya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa Inggris bukanlah bahasa ibu orang Indonesia.

Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran teori serta praktik penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Masih banyaknya masyarakat umum yang menganggap orang yang menggunakan bahasa Inggris sebagai sok inggris menjadi salah satu penyebab lambatnya penguasaan bahasa Inggris di Indonesia.

Dengan adanya anggapan seperti ini, mereka akan cenderung malu dan tidak percaya diri dalam mempraktikkan teori bahasa Inggris yang telah didapatkannya.

Teori yang didapat sudah lengkap dan benar, namun semuanya hanya akan mandek dan mudah dilupakan tanpa adanya praktik dan pembiasaan.

Teori yang tidak didukung adanya praktik tidak akan berguna, sedangkan praktik tanpa adanya teori yang benar tidak akan sesuai. Keduanya saling membutuhkan dan harus berkolaborasi agar mencapai suatu tujuan.

Namun, jika kita melihat keadaan di Indonesia saat ini, kita seharusnya bisa lebih meningkatkan praktik dalam rangka mempelajari bahasa Inggris.Kita bisa menerapkan lebih banyak praktik saat sedang dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Kita juga sebaiknya bisa menyingkirkan anggapan buruk kepada orang yang sedang berusaha mempraktikkan bahasa Inggris dengan benar agar mereka bisa lebih percaya diri dan cepat menguasai bahasa Inggris.

Jika sudah begitu, segala teori yang telah didapatkan nantinya akan sangat berguna karena didukung dengan praktik.

Teori dapat membantu kita untuk mampu menggunakan bahasa Inggris yang tepat. Sedangkan, praktik akan membantu kita untuk terbiasa berkomunikasi dengan orang lain, tidak mudah melupakan teori yang diperoleh, serta mampu melalukan improvisasi yang sesuai dengan situasi yang ada.

Maka dari itu, teori dan praktik sama-sama memegang peranan penting dalam pembelajaran bahasa Inggris. Keduanya harus dilakukan dengan porsi yang seimbang dalam mendukung penguasaan bahasa Inggris.

Dengan begitu, seseorang akan mampu dikatakan cakap dalam berbahasa Inggris. Hal tersebut juga akan mendukung meningkatnya Indeks Kecakapan Bahasa Inggris masyarakat Indonesia yang berakibat pada meningkatnya daya saing mereka secara global di era globalisasi.

Mengakhiri artikel ini, penulis kutipkan kata-kata dari Leonardo da Vinci yang berbunyi, “Mereka yang menyukai praktik tanpa teori bagaikan pelaut yang menjalankan kapal tanpa kompas dan kemudi. Dia tidak pernah tahu di mana akan terdampar.” (*)

 

Penulis : Shana Noor Izza Priyandara, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.