Radarjambi.co.id-Indonesia sebagai salah satu negara yang masyarakatnya menganut agama Islam telah memberikan warna dalam perayaan hari besar keagamaan.
Setelah menjalan ibadah puasa sebulan penuh, Indonesia pun memiliki tradisi merayakan kemenangannya.
Momen lebaran ditandai dengan mudik, bersilaturahmi serta berkumpul bersama keluarga besar.
Kebiasaan berbagi di bulan Ramadan, ditutup meriah dengan pembagian salam tempel atau angpau lebaran.
Tradisi ini telah ada sejak dahulu dan menjadi kebiasaan yang dipelihara dan dilestarikan oleh masyarakat Indonesia dengan berbagai cara khas dan kemenarikannya.
Bahkan, tradisi ini menjadi momen yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat muslim karena ada kebersamaan yang menjadi bagiannya.
The National News menyatakan tradisi salam tempel saat idulfitri ini sudah ada sejak abad pertengahan, pada masa Khalifah Fatimiyah di Afrika Utara.
Masa itu tradisi ini dilakukan dengan memberikan uang, pakaian, atau makanan riang untuk anak-anak di sekitar tempat tinggal di hari pertama idulfitri.
Berkembang zaman, bahkan lima abad berlalu, lebaran bertransisi dengan memberikan uang tunai di lingkup keluarga maupun tetangga sekitar yang berlangsung hingga hari ini.
Perubahan ini juga dipercaya mendapat pengaruh dari imigran Asia yang ke Indonesia melalui jalur dagang dan agama.
Kekayaan budaya Indonesia memberikan warna dalam menyambut idulfitri, termasuk sebutan untuk tradisi memberikan angpau atau salam tempel lebaran.
Di Betawi dikenal dengan sebutan ‘nanggok’, di Malang terdapat tradisi ‘galak gampil’, di Minangkabau disebut ‘manambang’.
Penamaan yang berbeda tersebut dalam sudut pandang antroplogi adalah bentuk terjadinya akulturasi budaya di berbagai wilayah Indonesia
Salam Tempel sebagai Ibadah
Tradisi ‘Salam Tempel’ dalam sudut pandang agama dianggap sebagai ibadah yang pahalanya lebih besar dari melakukan i’tikaf selama sebulan penuh.
Pendapat ini didasarkan dari hadis Nabi dari Ibnu Umar yang menyatakan:
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia.
Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan hutangnya atau menghilangkan rasa laparnya.
Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai dari pada di masjid ini-masjid nabawi-selama sebulan penuh.”( HR. Thabrani di dalam Mu’jam Al Kabir No. 13280, 12: 453).
Hadis Nabi tersebut sejalan dengan ajaran sedekah dan menyucikan harta. Umat muslim pun dengan penuh suka cita memberikan sebagian harta mereka yang sudah diperuntukkan untuk berbagi kepada sesama, khususnya bagi yang membutuhkan.
Tradisi ini juga menjadi momen yang tepat memberikan contoh tentang makna berbagi kepada sesama karena belum tentu bisa merayakan idulfitri seperti mereka.
Selain itu, orang tua juga penting memberikan pemahaman bahwa ibadah yang ikhlas karena Allah akan mendapatkan hadiah pahala yang besar dari Allah.
Ibadah yang sejalan dengan tradisi berbagai salam tempel dan harus dilakukan oleh seluruh umat muslim adalah membayar zakat. Zakat fitrah menjadi simbol kembali ke fitri bagi umat muslim.
Zakat adalah rukun Islam yang menjadi kewajiban umat Muslim dan dibayarkan di akhir bulan Ramadan.
Tujuan Tradisi ‘Salam Tempel’ Lebaran dan Mengatur Keuangan
‘Salam tempel’ sebagai sebuah tradisi di idulfitri penting disadari sebagai kebudayaan baik yang perlu dilakukan dengan cara yang tepat.
Tradisi yang ditunggu-tunggu ini tentu memiliki tujuan mendasar dalam berbagi.
Pertama, berbagi angpau lebaran ini dapat mengajarkan cara mengelola keuangan. Tradisi memberikan angpau atau salam tempel ini adalah dari yang telah bekerja dan memiliki penghasilan sehingga agar dapat berbagi tentu harus mampu mengelola keuangan termasuk menabung.
Kedua, sarana untuk mengapresiasi. Hal ini tentu dapat dilakukan orang tua agar anak merasa mendapatkan penghargaan dari perjuangan yang dilakukannya.
Ketiga, menunjukkan arti penting sedekah. Tradisi ini diharapkan mampu menjadi contoh mengenai perbuatan baik kepada sesama sehingga tidak ragu menolong sesama.
Sebagaimana konsep dasar tradisi ‘salam tempel’ adalah membagikan sebagian penghasilan untuk sesama, maka penting bagi yang telah memiliki penghasilan untuk mengatur keuangan dengan berbagai tahapan berikut.
Pertama, membuat daftar penerima dapat membantu perkiraan dana yang akan dikeluarkan sehingga anggaran yang disiapkan menjadi lebih jelas.
Kedua, anggaran disiapkan sedini mungkin agar beban keuangan tidak terlalu berat.
Ketiga, memastikan kebutuhan lain telah terpenuhi, seperti kebutuhan harian, tagihan bulanan, pengeluaran mudik, lebaran, dna hidup di kampung halaman.
Hal ini penting disadari bahwa tradisi ‘Salam tempel’ bukanlah hal wajib karena ini sarana sedekah yang tentu membutuhkan sikap ikhlas dan tidak memberatkan bagi yang memberikan.
Jika pun tidak bisa memberi semua sanak saudara, dapat membuat daftar yang mampu diberikan sesuai kedekatan saja sehingga keberkahan dan tradisi dapat dilaksanakan maksimal dan tidak mengganggu kondisi keuangan.
Merayakan idulfitri dengan meriah dan bahagia dapat disiapkan sejak dini, tidak perlu mengutamakan gengsi yang penting esensi berbagi didasarkan karena ikhlas memberi.
‘Salam tempel’ adalah tradisi ibadah dan menjaga silaturahmi jangan memaksakan diri hingga mengacaukan ekonomi.
Maka jadikanlah mudik nyaman dan berlebaran bersama keluarga menjadi menyenangkan dan mendapatkan keberkahan dari ibadah yang suci.(*)
Penulis : Yosi Wulandari,
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, UAD,
Mahasiswa S-3, Program Doktor, IIH, FIB, UGM
Aswan Hidayat Usman Terpilih menjadi Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Jambi periode 2024-2027