Radarjambi.co.id-Proses pembelajaran yang bermakna akan memberikan dampak yang baik bagi peserta didik.
Hal ini menjadi perhatian penting dalam dunia pendidikan agar kegiatan belajar mengajar di kelas bukan lagi sebuah rutinitas yang membosankan atau sebuah kekangan bagi peserta didik.
Setiap pelaku pembelajaran di kelas memiliki peran penting dalam tercapainya pembelajaran yang bermakna, khususnya guru perlu menentukan berbagai model, pendekatan, metode, ataupun strategi yang tepat sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Era merdeka belajar yang telah memberi warna baru dalam dunia pendidikan saat ini masih dalam tahap adaptasi di Indonesia.
Penerapan merdeka belajar sudah hampir dilaksanakan di beberapa kota-kota besar maupun di daerah.
Meskipun belum semua sekolah menerapkannya, nawa cita dari merdeka belajar sudah mulai diarahkan ataupun dikenalkan di sekolah.
Penerapan merdeka belajar di tingkat sekolah yang dirancang dengan tepat juga mengarahkan pada tujuan tercapainya pembelajaran yang bermakna.
Oleh karena itu, sebagai dasar penting untuk terwujudnya pembelajaran yang bermakna penting bagi guru untuk menerapkan pembelajaran sosial-emosional.
Pembelajaran sosial-emosional merupakan proses belajar untuk mengenali dan mengelola emosi, menyelesaikan masalah, mengembangkan relasi sosial secara baik, berempati, membuat keputusan secara tepat, dan bertanggung jawab.
Pembelajaran sosial-emosional ini adalah pengembangan dari teori kecerdasan emosi yang dikembangkan oleh Goleman.
Oleh karena itu, pembelajaran sosial-emosional menjadi bagian penting dalam pendidikan dan relasi sosial manusia sehingga dapat membantu seseorang mengembangkan kemampuan dasar untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pelaksanaan pembelajaran sosial-emosional memiliki tujuan sebagai program preventif dan promotif atau peningkatan.
Preventif dalam hal ini adalah mencegah adanya perilaku yang negatif dengan upaya meningkatkan kompetensi sosial-emosional.
Promotif dalam hal ini adalah peningkatan kemampuan individu untuk mengelola emosi dengan baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan diri dalam menghadapi berbagai persoalan.
Penerapan pembelajaran sosial emosional dikenal dengan istilah Collaborative for Acedemic, Sosial and Emotional Learning (CASEL) dalam pembelajaran di kelas dikelompokkan dalam lima komponen.
Pertama, self-awareness (kesadaran diri), yaitu kemampuan untuk memahami emosi, pemikiran, dan nilai-nilai yang memberikan pengaruh terhadap perilaku dalam berbagai kondisi.
Kedua, Self-management (manajemen diri), yaitu kemampuan untuk mengatur emosi, pemikiran dan perilaku secara efektif terhadap situasi yang berbeda.
Ketiga, Responsible devision making (Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab), yaitu kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat dan konstruktif terhadap berbagai situasi.
Keempat, Social awareness (kesadaran sosial), yaitu kemampuan untuk memahami perspektif yang berbeda termasuk dalam hal berempati kepada kondisi individu dari latar belajang yang berbeda.
Kelima, Relationship skills (keterampilan sosial), yaitu kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dan efektif dengan individu dari latar belakang yang berbeda.
Merujuk pada lima keterampilan/komponen dalam pembelajaran emosional tersebut menjadi bagian penting yang harus dipahami oleh komunitas sekolah.
Pemahaman pembelajaran sosial dan emosional ini melingkupi cara penerapan yang tepat di sekolah atau dikelas.
Pelaksanaan pembelajaran sosial-emosional di sekolah dapat diterapkan dengan cara berikut.
Pertama, secara rutin dilakssanakan dengan menetapkan situasi atau kondisi yang sesuai dan biasanya dilaksanakan di luar jam belajar akademik.
Kedua, terintegrasi dalam mata pelajaran tertentu. Pembelajaran sosial-emosional dalam diintegrasikan dalam pembelajaran tertentu.
Hal tersebut membutuhkan kreativitas guru dalam merancang pembelajaran serta menyiapkan perangkat yang sesuai.
Misalnya, peserta didik dapat berdiskusi dengan membahas suatu kasus, melakukan kegiatan berkelompok, bermain peran, dan aktivitas lainnya yang dapat mendukung penerapan pembelajaran emosional.
Keberhasilan pembelajaran bermakna menjadi tanggung jawab komponen akademik di lingkungan sekolah. Salah satu upaya adalah membudayakan penerapan pembelajaran sosial emosional di sekolah.
Misalnya, membiasakan menyelesaikan masalah dengan damai, menghargai pendapat, dan sebagainya.
Beberapa upaya dan strategi menciptakan budaya yang mendukung diharapkan sekolah menjadi tempat paling nyaman dalam berinteraksi dalam hubungan sosial, khususnya dalam pembentukan karakter generasi bangsa.(*)
Penulis: Yosi Wulandari,
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, UAD,
Mahasiswa S-3, Program Doktor, IIH, FIB, UGM
Bangun Sinergi dan Kolaborasi, Pemkot Gelar Forum Satu Data Kota Jambi