Kenduri Swarnabhumi Firdaus: Ajang Pengenalan Seni dan Budaya ke Generasi Muda

Kamis, 03 Agustus 2023 - 21:35:14


/

Radarjambi.co.id-MUAROJAMBI-Festival "Aek Telakung" menjadi puncak dari rangkain event Kenduri Swarnabhumi di Kabupaten Muaro Jambi. Kegiatan dilaksanakan di Lubuk Penyengat, destinasi wisata yang berlokasi di Desa Baru Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi tadi malam, Kamis (03/08/23).

Lokasi ini merupakan venue kedua kegiatan Kenduri Swarnabhumi di Muaro Jambi setelah sehari sebelumnya kegiatan Kenduri Swarnabhumi yang bertajuk "Bebiduk Besamo" dilaksanakan di Guci Emas Desa Muaro Pijoan Kecamatan Jaluko. 

Kegiatan semalam sukses dan berlangsung meriah. Masyarakat dihibur dan diberi tontonan berbagai pertunjukan seni dan budaya mulai dari Kincing Kuring, Betutur, Tarian Lukah Gilo, Zikir Berdah, hingga pertunjukan kolosal "Dam Rajo" dan ditutup dengan penampilan Pelerak Pantang Wak Kocai. 

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Muaro Jambi sebagai salah satu stakeholder yang terlibat dalam kegiatan ini mengaku senang dan bersyukur event berskala Nasional ini bisa sukses. 

"Alhamdulillah kegiatan ini bisa sukses dan dinikmati masyarakat. Selain itu juga bisa memberikan edukasi dan pengetahuan bagi masyarakat Jambi dan Muaro Jambi pada khususnya tentang seni dan budaya leluhur serta kearifan lokal yang ada di Muaro Jambi, " kata Firdaus S. Ag, MM, Kepala Dinas PdK Muaro Jambi. 

Sebagai stakeholder yang terlibat langsung, Firdaus menyebut ini merupakan pengalaman yang sangat berharga. Bisa mengenalkan Kebudayaan yang ada Muaro Jambi kepada masyarakat luas menjadi kepuasan dan pencapaian tersendiri baginya. 

"Tentunya kita berharap kebudayan dan kearifan lokal seperti ini tetap lestari, tak lekang oleh waktu dan bisa dikenal lebih luas oleh generasi saat ini maupun generasi ke depan," kata Firdaus. 

Beliau pun menjelaskan beberapa tradisu unik yang dimiliki Muaro Jambi khususnya di Desa Baru Muaro Jambi yang menjadi venue Festival Aek Telakung Kenduri Swarnabhumi malam itu. 

"Seperti Kincing Kuring. Kincing artinya suara dan Kuring artinya bambu. Suara yang ditimbulkan oleh bambu. Kearifan lokal ini ada sejak abad 20-an, dilakukan masyarakat untuk mengusir hama seperti babi dari kebun mereka," papar Firdaus. 

"Mereka memukulkan bambu yang dibuat sedemikian rupa hingga menimbulkan suara untuk mengusir hama dari kebun mereka," sambung Firdaus. 

Selain Kincing Kuring, ada juga kesenian Tari Lukah Gilo, tarian yang jaman dulu dimainkan sehabis salat maghrib oleh warga. Ada juga zikir bardah, drama kolosal "Dam Rajo" serta tradisional lisan Betutur. 

"Semua kesenian dan budaya ini adalah warisan tak benda yang harus kita lestarikan agar tak punah oleh waktu. Kita bersyukur dengan adanya Kenduri Swarnabhumi ini menjadi salah satu wadah untuk mewujudkan cita-cita kita bersama," kata Firdaus.(akd)