Radarjambi.co.id-Berpetualang dan bergentayangan merupakan dua hal yang berbeda. Berpetualang atau petualangan adalah sebuah pengalaman yang tidak biasa, namun menarik.
Pelaku petualangan disebut petualang yaitu orang yang gemar mencari pengalaman yang berbahaya. Sedangkan bergentayangan adalah suatu aktivitas melayang di udara yang kerap dihubungkan dengan makhluk tak kasat mata.
Intan Paramadhita menggabungkan kedua istilah yang berbeda tersebut menjadi satu dalam novelnya.
Novel menawarkan sebuah dunia yang berisi kehidupan yang diidealkan, baik oleh pengarang maupun pembaca dan bersifat imajinatif.
Gentayangan Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu karya Intan Paramadhita merupakan sebuah novel yang berisi cerita imajinatif. Kata “gentayangan” yang terdapat dalam judul novel memberikan kesan sebuah novel misteri atau horor, padahal novel tersebut menceritakan petualangan seorang perempuan dengan sepatu merahnya.
Sepatu merah tersebut adalah sepatu merah terkutuk yang ia dapatkan dari kekasihnya yang berwujud iblis.
“Jangan sembarang menerima pemberian, demikian nasihat orang-orang tua dulu, tapi kau terlanjur meminta itu: hadiah sekaligus kutukan. Iblis Kekasih telah memberimu sepasang sepatu merah. Kau terkutuk untuk berpetualang, atau tepatnya, gentayangan. Bernaung, tapi tak berumah.”
Kutipan di atas merupakan pesan yang dikisahkan dalam novel Gentayangan Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu bahwa kita tidak boleh sembarangan menerima pemberian dari orang lain.
Novel tersebut memiliki berbagai tokoh dalam setiap cerita, penulis menyediakan tiga alur cerita, dan penulis mendeskripsikan latar dekor dan latar waktu secara detail sehingga membuat cerita seakan nyata.
Gentayangan Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu menceritakan tentang Cewek Bandel berusia hampir 28 tahun yang merasa bosan dengan kehidupannya.
Ia ingin kehidupannya dipenuhi dengan petualangan. Sehingga ia berpacaran dengan iblis agar keinginannya dapat terwujud. Iblis Kekasih adalah sebutan darinya untuk si iblis.
Selama berpacaran, setiap malam Iblis Kekasih datang ke kamar kos untuk memenuhi nafsunya. Iblis Kekasih selalu memberikan hadiah-hadiah layaknya seorang manusia yang sedang dimabuk cinta.
Hadiah yang paling spesial dan dapat mewujudkan keinginan Cewek Bandel untuk berpetualang adalah sepatu merah.
Sepatu merah datang bersamaan dengan surat persetujuan yang diajukan Iblis Kekasih mengenai sepatu tersebut. Namun, ia tidak membaca isi suratnya dan langsung memakai sepatu merah.
Setelah memakai sepatu merah ia tidak sadarkan diri dan ketika sadar, ia berada di dalam taksi menuju Bandara John F. Kennedy, New York untuk melanjutkan perjalanan ke Berlin.
Sesampainya di bandara, ia sadar bahwa salah satu sepatunya hilang. Intan Paramaditha sebagai penulis novel, mengusulkan tiga pilihan cerita untuk dipilih dan dibaca oleh pembacanya.
Pilihan pertama, jika kau ingin membatalkan perjalananmu dan kembali ke rumahmu di New York (di mana pun itu), buka halaman selanjutnya.
Kedua, jika kau ingin melaporkan kehilanganmu ke kantor polisi, buka halaman 29. Ketiga, jika kau ingin meneruskan perjalananmu ke Berlin, buka halaman 33.Pembaca diberi kebebasan untuk memilih jalan cerita seperti apa yang ingin dibaca.
Ketiga pilihan cerita tersebut mengisahkan situasi dan petualangan yang berbeda. Tiga pilihan utama itu menjadi awal dari perjalanan-perjalanan lain dan akan membawa pembaca ke petualangan dengan jalur yang cukup singkat, sangat singkat, atau sangat panjang.
Novel Gentayangan Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu membawa pembaca berpetualang ke New York, kota tikus, Los Angeles, perbatasan Tijuana, geraja di Haarlem, masjid di Jakarta, Amsterdam, Berlin, di dalam taksi pengap, atau kereta yang tak mau berhenti, hidup atau mati (atau bosan).
Petualangan dalam novel tersebut berkisah tentang pelarian, pencarian atau rumah, kehilangan, keterasingan, tindakan yang mengerikan, dan upaya untuk berdamai dengan keadaan.
Selain menarik novel Gentayangan Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu memiliki sebuah keunikan. Keunikan novel terlihat pada konsep yang digunakan, terdapat tiga pilihan cerita utama yang dapat dipilih oleh pembaca.
Selain itu terdapat pula pilihan-pilihan cerita lain yang berakhir diakhir yang berbeda, padahal dimulai pada awal yang sama. Dari banyaknya pilihan cerita, pembaca bisa menjadi apa saja dan dimana saja sesuai pilihannya.
Bahkan, pembaca juga bisa menulis dan mengakhiri ceritanya sendiri, seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.
“Tak ada yang berhak menentukan petualanganmu, termasuk pengarang yang semena-mena. Hekate benar. Ini waktunya kau tuliskan akhir petualanganmu (barangkali ia tak pernah benar-benar berakhir).” (Paramadhita, 2017: 443)
Penulis mengibaratkan pembaca sebagai tokoh utama, karena tokoh utama dalam novel menggunakan sudut pandang orang kedua yaitu kau.
Mengutip pernyataan Aminudin bahwa sudut pandang merupakan cara pengarang menampilkan para tokoh dalam cerita yang disampaikan.
Intan Paramaditha menggunakan sudut pandang orang kedua dalam penulisan novelnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
“Kau tersesat. Kau berjalan ke sana kemari hingga akhirnya kau sampai di sebuah gedung beratap putih melengkung., mirip kumbang.” (Paramadhita, 2017: 30)
Gaya penulisan tersebut tentu saja sulit dilakukan. Mengapa saya katakan sulit? Sebab sang penulis harus memahami segala tingkah laku “kau” bukan tingkah laku si penulis.
Tokoh utamanya adalah “kau” tetapi yang bercerita adalah orang yang memandang “kau”. Saya sendiri jarang melihat sudut pandang orang kedua pada sebuah cerita, baik novel maupun cerpen. Namun, pada surat, pidato, atau tulisan fiksi lainnya sudut pandang orang kedua sering digunakan.
Penulis pemula yang baru saja mengasah teknik menulis biasanya lebih banyak memakai sudut pandang orang pertama karena lebih mudah.
Sebagai penulis yang pernah, masuk nominasi pendek Khatulistiwa Literarry Award 2005 dan memenangkan penghargaan cerpen terbaik Kompas tahun 2013 membuat Intan Paramadhita berani menyuguhkan novel yang tidak biasa yaitu menggunakan sudut pandang orang kedua.
Intan Paramaditha berhasil mengemas cerita dengan apik. Novel setebal hampir 500 halaman dengan menggunakan sudut pandang orang kedua, membuat pembaca seakan-akan sedang memerankan perannya sendiri.
Bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami, sehingga membuat pembaca tidak terasa sudah menyelesaikan 12 akhir cerita yang berbeda di dalam satu novel.
Novel Gentayangan Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu membuat sebagian pembaca merasa bingung ketika membaca novel tersebut, karena cara membacanya yang melompat-lompat.
Misalnya pada saat pembaca membaca halaman 66 kemudian di akhir bacaan terdapat perintah untuk melanjutkan ke halaman 73. Jika pembaca membaca di halaman 67, maka cerita tersebut tidak akan relevan dengan cerita sebelumnya.
Intan Paramaditha benar-benar menyuguhkan sebuah novel yang unik dan berbeda dengan novel-novel pada umumnya.
Ia berhasil menyihir pembaca untuk ikut berpetualang di dalam ceritanya dengan memilih petualangannya sendiri. Pembaca seakan-akan sedang bergentayangan, berpindah-pindah secara cepat dari satu cerita ke cerita lainnya. (*)
Penulis: Anis Surya Trisanti S-2 PBSI
Universitas Negeri Yogyakarta
Partisipasi Petani Dalam Konservasi Lahan Pertanian di Lahan Kering
Sudut Pandang Mahasiswa dalam Menyikapi Persoalan "Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka"
Apa yang Terjadi Jika Resersi Benar Benar Terjadi di Tahun 2023, solusi
Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Jambi, Haji Muhammad Nawawi Berpulang Ke Rahmatullah