Dibalik Gempita Merdeka Belajar

Kamis, 02 Februari 2023 - 21:15:31


Sudaryanto
Sudaryanto /

Radarjambi.co.id-Hati Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim tampak gembira. Betapa tidak, program Merdeka Belajar yang digagasnya sejak tahun 2019 lalu memperoleh apresiasi dari banyak pihak.

Kunjungannya ke Manado, Tomohon, dan Minahasa tempo hari menunjukkan hal itu. Bahkan, dua anggota Komisi X DPR memberikan apresiasi dan dukungan terhadap program Merdeka Belajar. Apa makna di balik gegap gempitanya program Merdeka Belajar bagi kita?

Terhadap pertanyaan di atas, ada dua jawaban. Pertama, kebijakan Merdeka Belajar hadir bukan hanya sebagai kebijakan atau program dari pemerintah pusat.

Lebih dari itu, kebijakan Merdeka Belajar harus menjadi sebuah gerakan, atau lebih tepatnya gerakan kesadaran (awareness movement).

Dengan demikian, seluruh insan pendidikan di Tanah Air, dari guru, kepala sekolah, siswa, hingga orang tua siswa, memiliki kesadaran akan hakikat merdeka belajar.

Hakikat Merdeka Belajar

Hakikat merdeka belajar bertumbuh dari ide Ki Hadjar Dewantara. Ia berkata, pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidup lahirnya, sedangkan merdekanya hidup batin terdapat dari pendidikan.

Kata-kata itu membedakan antara pengajaran dan pendidikan. Pengajaran mengarah pada transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Sedangkan pendidikan berfokus pada transfer ilmu pengetahuan dan nilai/karakter dari guru ke siswa.

Pendiri Tamansiswa, Yogyakarta itu, menginginkan, agar para guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Salah satu prinsip mendidik khas Ki Hadjar Dewantara ialah ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Di depan memberikan teladan, di tengah memberikan dukungan, dan di belakang memberikan dorongan.

Idealnya, seorang guru mampu memberikan teladan, dukungan, dan dorongan kepada para siswanya di kelas.

Prinsip mendidik di atas dikreasikan oleh Kemendikbudristek lewat sejumlah program, seperti Guru Penggerak, Kepala Sekolah Penggerak, dan Sekolah Penggerak.

Ketiga program itu sejatinya mendorong para guru, baik personal maupun komunitas, untuk tetap belajar, berkarya, dan berbagi inspirasi dengan sesama koleganya. Tanpa ikhtiar-ikhtiar itu, program-program dari Kemendikbudristek akan berlalu saja tanpa manfaat sama sekali.

Kedua, terkait poin pertama, kebijakan Merdeka Belajar harus menjadi gerakan kesadaran yang diteruskan/dilanjutkan di kalangan insan pendidikan kita.

Ini sesuai dengan pernyataan Mendikbudristek bahwa Merdeka Belajar akan lanjut atau tidak, itu ada di tangan Bapak/Ibu (guru/kepala sekolah), itu kuncinya (KR, 7/1). Jika Merdeka Belajar sudah menjadi gerakan dan dirasakan manfaatnya, akan sulit membendung semangat Merdeka Belajar.

Hemat saya, semangat Merdeka Belajar menjadi kunci dari kebijakan Merdeka Belajar. Semangat itu terealisasi dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning) di kelas.

Sebagai contoh, metode pembelajaran berbasis proyek selaras dengan proses pembelajaran berpusat pada siswa. Melalui metode itu, siswa diajarkan untuk berinovasi dan berkolaborasi dengan siswa lainnya, serta berdisiplin dalam tahap-tahap pembelajaran.

Semangat Merdeka Belajar

Semangat Merdeka Belajar juga mewujud dalam pembelajaran berdiferensiasi dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Lewat pembelajaran berdiferensiasi, guru memiliki pendekatan belajar yang berbeda kepada para siswanya.

Tentu, pendekatan belajar yang berbeda berdampak pada produk pembelajaran siswa yang berbeda pula. Dengan begitu, guru lebih menghargai proses pembelajaran sesuai dengan minat dan gaya belajar siswa.

Lewat pelaksanaan P5, guru dan siswa sama-sama belajar empat hal. Pertama, proyek lintas disiplin ilmu yang kontekstual dan berbasis pada kebutuhan masyarakat di lingkungan sekolah.

Kedua, muatan pelajaran kegiatan/pengalaman belajar. Ketiga, kegiatan untuk mengembangkan minat dan bakat. Keempat, iklim sekolah, kebijakan, pola interaksi dan komunikasi, serta norma yang berlaku di sekolah. Semoga bermanfaat.(*)

 

Penulis : Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD; Mahasiswa S-3 UNY; Pengurus Adobsi Pusat Periode 2019-2024