Radarjambi.co.id-Kegiatan Membaca merupakan salah satu bagian dari literasi. Dalam literasi yang ada di Indonesia khususnya budaya membaca masih sangat minim, terutama dari kalangan remaja.
Remaja saat ini, mulai dari usia sekolah menegah hingga perguruan tinggi masih belum memiliki daya tarik untuk gemar membaca. Mereka masih senang dan asik bermain game online yang ada di gadged, untuk mengisi waktu luangnya.
Padahal dengan membaca kita akan kaya tentang ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan, maka tidak berlebihan jika ada ungkapan membaca adalah jendela dunia.
Berangkat dari remaja di sekitar lingkungan rumah tinggal saya, hanya sebagian kecil atau beberapa anak saja yang sudah menjadikan budaya membaca sebagai kebiasaan atau hobi.
Salah satu faktor yang membuat minimnya budaya membaca pada anak remaja saat ini belum adanya taman membaca/perpustakan didekat tempat tinggalnya. Fasilitas berupa buku bacaan masih jarang dijumpai, bahkan dilingkungan terkecil yaitu rumah.
Disisi lain perkembangan dunia teknologi khususnya pada gadged/handphone juga menjadi salah satu faktor penyebabnya. Mudahnya mendapat informasi hanya menggunakan smartphone contohnya.
Jika dulu orang ingin mencari informasi untuk mengerjakan tugas harus mencari buku di perpustakaan untuk mendapat informasi yang diharapkan. Saat ini dengan keberadaan teknologi orang dengan mudahnya mendapat informasi yang ingin dicari.
Peranan sosial juga sangat mempengaruhi minat membaca dan belajar pada remaja. Sosial media ibarat sebuah candu yang membuat remaja selalu ingin mengaksesnya.
Untuk itu fasilitas untuk membaca perlu dibuatdibuat. Setidaknya dalam suatu intansi pemerintah terkecil yaitu tingkat Rt/Rw di desa disediakan semacam taman membaca mini yang dibantu oleh pemuda karang taruna setempat.
Agar remaja yang memiliki keterbatasan tidak mampu membeli buku dapat membaca dengan fasilitas itu. Ataupun dengan momen ramadhan ini bisa juga fasilitas membaca disediakan pada lingkungan masjid. Karena pada momen ramadhan inilah banyak orang yang datang ke masjid untuk beribadah.
Harapannya dengan hal itu dapat mendorong literasi membaca agar lebih meningkat. Karena dengan gemar membaca tentunya banyak manfaat yang diperoleh. Yaitu sebagai kunci membagun karakter pendidikan yang kuat.
Sebagai contoh negara dengan tingkat budaya membaca yang tinggi Jepang, yang memiliki karekter dalam etos kerja, jujur, disiplin, dan tanggungjawab.
Maka jika kebiasaan ini bisa kita terapkan bukan tidak mungkin Pendidikan karakter juga akan menjadi baik. (***)
Penulis : Ginanjar Febrian Nugroho,
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Tingkatkan Perlindungan Konsumen, Satgas PASTI Lakukan Soft Launching Indonesia Anti-Scam Centre