Sastra Sebagai Media Ekspresi Diri

Jumat, 29 April 2022 - 14:32:44


Angga Adrianto
Angga Adrianto /

Radarjambi.co.id-Apa yang terbesit dipikiran kita setelah mendengar kata sastra? Sebagian orang mungkin belum mengetahui apa itu sastra.

Sastra merupakan buah dari pikiran kreatif manusia yang dituangkan ke dalam sebuah media bahasa baik, tulisan maupun lisan. Sastra merupakan ekspresi pengarang atas berbagai fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Mulai dari kemiskinan, perkelahian, perebutan kekuasaan, dan masih banyak lagi.

Kita ambil contoh misalnya puisi seorang sastrawan terkemuka yakni Taufiq Ismail yang berjudul ‘Palestina Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu’. Puisi tersebut terinspirasi dari keadaan Palestina yang memprihatinkan.

Taufiq Ismail begitu peduli dengan Palestina,bahkan ia mengatakan bahwa Indonesia harus peduli dengan nasib Palestina.

Dilansir dari okezone.com Desember 2021 bahwa Palestina menduduki peringkat kedua sebagai negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Dari data tersebut dapat kita ketahui apa yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut.

Kemudian dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa fenomena sosial dapat menjadi inspirasi terciptanya sebuah karya sastra. Jika mau disebutkan, mungkin akan ada banyak sekali karya sastra yang tercipta karena adanya fenomena sosial yang ada.

Lalu apakah kita bisa membuat sebuah karya layaknya sastrawan, tentu kita juga dapat membuat sebuah karya sastra.

Selanjutnya ketika akan menulis apakah kita harus mencari tahu apa yang terjadi di sekitar kita? Tidak, banyak hal lain yang dapat menjadi inspirasi untuk menulis sebuah karya sastra.

Contohnya ketika kita memiliki pengalaman yang membekas dipikiran, itu dapat menjadi ide untuk menciptakan sebuah karya. Selain itu ketika kita tidur terkadang bermimpi tentang suatu hal, itu juga dapat menjadi inspirasi dalam menulis.

Kemudian ketika kita sedang merenung atau memikirkan sesuatu, itu juga dapat menjadi ide dalam menulis sebuah karya.

Lebih lagi yang namanya manusia itu tidak bisa lepas dari berbagai macam perasaan, misalnya ketika sedang jatuh cinta manusia akan memiliki rasa berbunga-bunga, ketika mengalami suatu hal yang tidak diharapkan, maka akan menimbulkan suasana sedih.

Hal-hal tersebut dapat menjadi ide dalam menulis, jadi hal seperti itu tidak hanya bertahan sebentar dipikiran dan hilang begitu saja, namun dapat kita tuangkan dalam sebuah tulisan.

Setelah mengetahui apa saja yang dapat menjadi ide dalam menulis sebuah karya sastra, permasalahan yang banyak muncul yaitu bagaimana cara untuk memulai menulis.

Dilansir dari yoursay.suara.com Juni 2021 terdapat lima tips untuk memulai menulis bagi pemula. Pertama yaitu niat dan komitmen, niatkan dengan sungguh-sungguh bahwa kita ingin menulis dan mempunyai komitmen untuk merealisasikannya.

Kedua tulislah ide yang sederhana, bagi penulis pemula hendaknya mencoba menulis dengan ide yang sederhana agar dapat dilakukan dengan mudah.

Ketiga memilih platform menulis yang sesuai, berbagai platform daring banyak menyediakan fitur untuk menulis.

Namun harus sesuai konten yang ditulis, misalnya akan menulis opini pribadi terkait politik, pendidikan, sosial budaya bisa melalui opini.id dan sebagainya. Untuk menulis artikel bisa melalui Kompas.com, detik.com, dan sebagainya.

Keempat konsisten dalam menulis,memang rasa malas dan jenuh sering datang, namun hal tersebut harus dilawan dan tetap konsisten dalam menulis. Mulailah dengan ide yang sederhana dan konsisten tentu jauh lebih baik.

Terakhir yaitu manajemen waktu dalam menulis, manajemen waktu tentu sangat penting bagi penulis pemula terutama yang memiliki kesibukan lain. Agar jadwal menulis tidak bentrok dengan kesibukan yang lain, maka buatlah jadwal menulis. Itulah beberapa tips dalam memulai menulis bagi pemula.

Jadi jangan berpikir bahwa menulis karya sastra hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah mahir dibidang nya, namun orang awam pun juga dapat menghasilkan sebuah karya sastra.(***)

Penulis : Angga Adrianto, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan.