Transactional Marketing: Mendongkrang Penjualan atau Mengubur Usaha Perlahan?

Minggu, 27 November 2022 - 17:37:42


Dania Dwi Septiani
Dania Dwi Septiani /

Transactional Marketing sangat asing di telinga kita, sebagai seorang konsumen, namun ternyata justru sangat dekat dengan kegiatan pembelian yang kita lakukan.

Tak jarang juga, Transactional Marketing ini yang menarik konsumen untuk melakukan pembelian, meskipun jika dipikir ulang barang atau jasa yang kita beli, tidak terlalu essential kala itu.

Transactional Marketing, justru menjadi trik yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk menarik konsumen, namun, juga bisa menjadi boomerang bagi pelaku usaha dan usahanya.

Jadi apakah itu Transactional Merketing?
Menurut Integrated Marketing Association, Transactional Marketing adalah startegi pemasaran tradisional oleh pelaku usaha yang berfokus pada transaksasi yang terjadi antara konsumen dan pelaku usaha.

Strategi pemasaran ini bertujuan untuk mengoptimalkan efisiensi peningkatan jumlah volumen penjualan.

Strategi pemasaran ini sering kita jumpai melalui berbagai diskon harga barang,cashback, promo beli 1 gratis 1,diskon khusus,atau yang sering kita tunggu kehadirannya adalah promo tanggal kembar.

Strategi ini sangat berdampak bagi konsumen, sebab hal seperti inilah yang membuat konsumen tergiur bahkan ditunggu-tunggu.

Survei yang dilakukan Lembaga Riset Ipsos menyatakan bahwa 52% responden mengaku rela menunggu Harbolnas atau Diskon Tanggal Kembar untuk barang dengan harga yang lebih murah.

Hal ini juga, menunjukkan bahwa pelaku usaha secara positif telah berhasil menerapkan Transactional Marketing dalam mempengaruhi pembelian yang dilakukan konsumen, dan meningkatkan volume penjualan atas produk.

Boomerang Transactional Marketing
Pelaku Usaha boleh merasa diatas awan atas meningkatnya volume penjualan dari penerapan Transactional Marketing, namun tanpa disadari Pelaku usaha juga mempertaruhkan keberlangsungan usahanya.

Dari penerapan strategi ini, secara tidak langsung akan menyebabkan perang harga yang ketat antar pelaku bisnis dengan produk yang sama.

Imbasnya, pelaku bisnis akan memutar otak bagaimana berapa potongan atau diskon yang dapat diberikan, untuk memenangkan dompet konsumen.

Pelaku usaha akan berusaha keras untuk memberikan potongan maupun diskon yang besar untuk memikat konsumen, sehingga produk yang dijual akan ‘terlihat’ dengan jelas dibanding produk lainnya.

Hal ini, tanpa disangka akan menyebabkan lubang besar pada biaya produksi maupun biaya lainnya yang dipertaruhkan.

Inilah konsep ‘bakar uang’ yang tidak secara langsung diterapkan pelaku bisnis.

Penerapan konsep ini berisiko tinggi, bagi pelaku usaha UMKM yang mencoba bersaing harga,dan tidak memperhatikan biaya biaya yang dibakar tanpa perhitungan.

Dengan anggapan memberikan diskon yang besar terus menerus akan menstabilkan penjualan produk, pelaku usaha telah mengubur perlahan usahanya.

Imbasnya usaha akan bergantung pada harga diskon,kebergantungan ini yang sewaktu-waktu bila dihentikan, belum tentu, konsumen akan tetap loyal terhadap produk.

Konsumen akan berpaling, dan mencari produk lainnya dengan harga diskon tentunya. Pelaku usaha telah gagal mempertahankan konsumen, apalagi usahanya.

Langkah Manajemen dalam Penerapan Transactional Marketing Meskipun Transactional Marketing memang terfokus pada transaksi penjual dan pembeli.

Namun, terdapat beberapa 4 elemen dasar untuk keberhasilan penerapan strategi dengan aman.

Menurut TechTarget, 4 elemen dasar itu adalah 4P yang terdiri atas;

Product : Bagaimana pelaku usaha harusnya menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginankonsumen

Pricing : Bagaimana harusnya pelaku usaha tidak hanya mematok harga produk yang menguntungkan bisnis tetapi juga tetap menarik perhatian konsumen

Placement : Bagaimana pelaku harusnya menciptakan dan memperhatikan rantai distribusi produks yang efektif dan efisien

Promotion : Bagaimana pelaku usaha harusnya memikirkan promosi yang membuat produk stand out di mata konsumen.

Keempat elemen dasar yang Transactional Marketing perlu diperhatikan oleh pihak manajemen pemasaran dalam mengambil keputusan atas penerapan Transactional Marketing.

Sehingga strategi ini dapat secara optimal mendongkrang penjualan dan akan mendorong konsumen memiliki opsi untuk membeli produk dari usaha yang dimiliki.

Manajer tidak boleh terpaku pada satu kiat dala mengimplemnetasikan startegi ini, harus ada transformasi dan upgrade untuk mencegah adanya kebocoran biaya dalam pemasaran. Berikut ini adalah beberapa kiat yang dapat diterapkan oleh manajemen:

Cross Selling. Merupakan strategi penawaran yang dilakukan untuk mendorong konsumen membeli produk yang berhubungan dengan produk utama maupun komplemen dari produk tersebut.
Bundling.

Teknik penjualan dimana pelaku usaha menjual produknya atau jasanya secara satuan ataupun kombinasi beberapa barang atau jasa yang ada
Upselling.

Startegi marketing yang dilakukan oleh pelaku usaha dimana, pelaku usaha menawarkan atau merekomendasikan kepada konsumen barang yang sering dibeli, premium ataupun upgraded version produk.

Sales Promotion. Dalam strategi ini, Pelaku usaha menawarkan penawaran jangka pendek tetapi juga inisiatif yang menarik untuk menciptakan permintaan atas produk untuk meningkatkan penjualan.

Bulk Discount. Startegi pemberian diskon dengan menggunakan kuantitas tertentu.

Hal ini mendorong konsumen membeli produk secara impulsif untuk mencapai diskon yang diberikan Point Of Sales Promotion.

Teknik pemasaran dimana mendisplay produk atau penawaran khusus di dekat atau di sekitar titik penjualan untuk menarik konsumen

Transactional Marketing memberikan dampak positif bila diterapkan dengan strategi dan langkah yang sesuai.

Startegi pemasaran ini mampu menjual produk dengan cepat dan meningkatkan volume penjualan yang tinggi.

Biaya yang dikeluarkan terbilang efektif, sebab pelaku usah atidak perlu menggambarkan brand image produknya, dan biaya promosi yang rendah untuk sekali penjualan.

Perputaran stok barang menjadi lebih cepat, barang yang mungkin masih dalam inventory akan dapat dikeluarkan dan dijual.

Tujuan lain dari strategi ini adalah untuk memberikan opsi hemat biaya. Hubungan konsumen dan penjual akan hanya sebatas hubungan jangka pendek tanpa ada komitmen dan harapan lebih, sehingga akan lebih mudah to offer another possible package.

Opsi hemat biaya ini juga akan mendorong perilaku konsumen dalam pembelian secara impulsif.

Dan utamanya adalah meingkatakan volume penjualan dan menyeimbangkan revenue.

Keputusan Pemasaran ini dipegang oleh seorang manajer, sebagai tombak perintah ia perlu mempertimbangkan strategi pemasaran yang diterapkan dengan tujuan pemasaran yang direncanakan.

Serta memperhatikan sumber daya yang ada, baik produknya, Promosi hingga Pricing.

Seorang manajer yang memahami tujuan pemasarannya dan startegi akan berhasil secara optimal dalam meningkatkan penjualan, sebaliknya, manajer yang hanya FOMO oleh trend Transactional Marketing tanpa mengetahui seluk beluk produknya akan mengubur usaha secara perlahan.(*)

 

Penulis : Dania Dwi Septiyani
Prodi,Kampus : Pendidikan Ekonomi Akuntansi,Universitas Negeri Semarang